Ali Imran: Keluarga Istimewa

Ali Imran: Keluarga Istimewa
ilustrasi keluarga/pasundanekspres.co

MONITORDAY.COM - Ali Imran merupakan salah satu nama surat dari seratus empat belas surat yang ada dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an bukan karya ilmiah, kandungan yang ada dalam setiap surat tidak secara sistematis dan rinci menjelaskan mengenai nama surat itu.

Secara tegas Al-Qur’an mendiskripsikan dirinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar bacaan yang mulia, pada kitab yang terpelihara, tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan, yang diturunkan dari Tuhan pemelihara alam semesta.” (QS.Al-Waqiah [56]:77-80). Berkaitan dengan fungsinya, Allah berfirman: “Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS.Al-Jaatsiyah [45]:20).

Secara sederhana, karakteristik karya ilmiah didasarkan pada hasil pengamatan empiris, diungkapkan dengan urutan logis dan sistematis, di uraikan secara rinci dengan formulasi tertentu yaitu menggunakan kaidah ilmiah, dan fokus pada pembahasan tertentu. Al-Qur’an sebagai bacaan yang mulia dan berfungsi sebagai pedoman, petunjuk, dan rahmat bagi manusia, tentu saja menjadi tidak logis apabila disejajarkan dengan karya ilmiah.

Allah telah memilih diantara manusia sebagai makhluk ciptaannya yang layak untuk menerima Al-Qur’an sekaligus diberi tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikannya kepada umat manusia. Dan pilihan itu sesuai dengan kehendaknya jatuh pada seorang yang bernama “Muhammad” yang berasal dari Arab. Agar manusia memfungsikan dimensi akalnya, maka Allah Swt menegaskan: “Sesungguhnya kami telah menurunkan al-qur’an dalam bahasa arab supaya kalian memfungsikan akal.” (QS.Yusuf [12]:2)

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan manusia dalam Al-Qur’an. Istilah-istilah tersebut berasal dari bahasa arab, diantaranya “Al-Insan” yang dapat dimaknai manusia yang memiliki hati Nurani, orientasi hidupnya pada aspek bathiniah atau ruhaniah.

Kemudian Al-Basyar  yang berarti manusia yang berbentuk lahiriah orientasi hidupnya pada aspek lahiriah. Sedangkan An-Naas adalah manusia secara umum oreintasi hidupnya pada aspek sosial dan “Bani Adam” manusia keturunan Adam orientasi hidupnya pada aspek asal-usul atau keturunan.

Semua istilah tentang manusia tersebut menggambarkan betapa manusia merupakan makhluk yang unik dan rumit dibandingkan dengan makhluk lainnya sekaligus makhluk yang sempurna dalam hal penciptaanya dan merupakan makhluk multi dimensi.Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (ahsani taqwim).” (QS at-Tin [95]:4)

Dengan demikian, menjadi sangat logis apabila uraian dalam setiap surat yang terdapat dalam Al-Qur’an diorientasikan pada kebutuhan manusia sebagai makhluk multi dimensi. Kebutuhan itu berkaitan dengan pengembangan potensi dimensi bathiniah atau ruhaniah, dimensi lahiriah, dimensi sosial, dan dimensi-dimensi lainnya.

Menurut pakar pendidikan Islam, Zakiah Derajat, hakikat manusia jika dilihat dari sudut pandang pendidikan adalah bagaimana cara mengembangkan berbagai dimensi yang dimiliki oleh manusia mulai dari dimensi fisik atau jasmani, dimensi akal, dimensi iman, dimensi akhlak, dimensi kejiwaan, dimensi keindahan, dan dimensi sosial kemasyarakatan.

Surat Ali Imran yang berisi 200 ayat dan diturunkan di Madinah sesuai dengan penjelasan para mufasir, tidak hanya menjelaskan mengenai keluarga Imran semata. Surat ini diawali dengan penjelasan mengenai ke Maha Kuasaan Allah Swt, dilanjutkan dengan informasi tentang ke Maha luasan Ilmu-Nya yang tercantum dalam kitab yang di turunkan-Nya (Taurat, Injil, dan Al-Qur’an).

Kemudian dijelaskan pula sikap manusia terhadap ayat-ayat yang terkandung pada kitab yang diturunkan-Nya serta konsekwensi logis yang diterimanya akibat penerimaan maupun penolakannya terhadap isi kitab-Nya.

Selain itu, dalam surat Ali Imran dijelaskan pula faktor penyebab penolakan dan penerimaan terhadap isi kitab terutama Al-Qur’an yang dilakukan oleh manusia. Tersirat pula betapa pentingnya pendidikan yang berorientasi pada pengembangan potensi dimensi ruhaniah seorang anak pada tahap awal pendidikan. Betapa pentingnya peran seorang dalam menentukan efektifitas proses pendidikan ini.

Dalam proses pendidikan ini sangat ditentukan oleh betapa peran seorang ibu pun menjadi unsur paling sentral dalam perencanaan pendidikan, pemilihan lingkungan pendidikan yang ideal, dan penentuan pendidik yang kompeten. Dan jika semua itu dilakukan secara tulus dan istiqomah (konsisten) untuk kebutuhan finansial dalam proses pendidikan Allah Swt menjamin-Nya.

Pada ayat 33-34 surat Ali Imran Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing) (sebagai) satu keturunan yang sebagaiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.Ali-Imran [2]:33-34)

Adam berstatus sebagai nabi, demikian pula Nuh dan Ibrahim, sementara Imran bukanlah sebagai nabi. Pertanyaan yang paling esensial dari kandungan ayat 33-34 surat Ali Imran ini adalah mengapa keluarga Imran mempunyai kedudukan yang istimewa di sisi Allah dan di kalangan manusia sehingga disejajarkan dengan Adam, Nuh, dan keluarga Ibrahim?

Bila dimaknai secara arif, salah satu hikmah yang terkandung pada ayat 33-34 ini, sesuai dengan kewenangan dan kehendak-Nya, Allah menegaskan bahwa semua manusia berhak untuk mendapatkan posisi istimewa di sisi Allah dan di kalangan manusia. Apa rahasianya untuk memperoleh hak istimewa tersebut? (Bersambung)