Target Pertumbuhan Ekonomi dan Capaian Vaksinasi

Target Pertumbuhan Ekonomi dan Capaian Vaksinasi
Sri Mulyani/ net

MONITORDAY.COM - Pandemi menjadi hambatan ekonomi yang luar biasa. Ekonomi Indonesia di tahun 2020 terkontraksi minus 2%. Semua sektor melambat bahkan sebagian anjlok ke titik terendahnya. Untuk kembali bangkit diperlukan kebijakan yang tepat dan implementasi yang kuat. Dan vaksinasi menjadi kata kuncinya. Target vaksinasi bagi tenaga kesehatan yang menunjukkan angka yang menggembirakan dalam pencapaiannya telah mengembalikan kepercayaan pasar.

Dengan vaksinasi yang secara statistik telah mampu menunjukkan hasil yang menggembirakan di banyak negara maka upaya ini diyakini akan mampu menggerakkan kembali roda ekonomi. Meski dengan target prioritas vaksinasi bagi pelayan publik terus berjalan meski masih harus terus digenjot. Bulan Maret ini akan menjadi salah satu titik krusial apakah upaya dan harapan publik dapat diwujudkan.

Disamping tenaga kesehatan dan pelayan publik, lansia menjadi kalangan yang paling rentan dan berisiko tinggi terpapar infeksi Covid-19. Vaksinasi bagi lansia meski masih kecil dari sisi prosentase namun menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Lokasi vaksinasi di puskesmas-puskesmas terlihat padat dengan antrean lansia yang akan divaksin. Pendek kata bila vaksinasi mampu menurunkan angka penularan dan kematian akibat Covid-19 maka ekonomi akan tumbuh seiring dengan upaya di bidang kesehatan.

Bila kita amati perkembangan ekonomi Indonesia era sebelum krisis moneter 1998 kita akan mendapatkan potensi untuk menjadi ekonomi kelas dunia. Ekonomi Indonesia menjadi salah satu ekonomi yang terindustrialisasi seperti Jepang, Korea Selatan dan Thailand. Meski demikian ada indikasi Indonesia kemudian terpuruk dalam deindustrialisasi. Banyak manufaktur yang tutup dan pindah ke negara lain termasuk Vietnam.  

Meski Indonesia berhasil mencapai stabilitas polsoshankam dan industri manufaktur dan pengolahan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, ternyata keberadaan infrastruktur transportasi tak mampu mengejar kebutuhan pasar.

Mimimnya Jalan tol, pelabuhan, kereta api dan bandara yang ada di Indonesia mengakibatkan munculnya kesenjangan ekonomi di antara Pulau Jawa dan Pulau di luar Jawa akibat minimnya pembangunan infrastruktur transportasi di luar pulau Jawa.

Pada gilirannya hal tersebut mengakibatkan terjadi maraknya urbanisasi massal warga luar Pulau Jawa yang menuju Pulau Jawa memunculkan kesimpulan bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya diperuntukkan untuk Pulau Jawa sendiri.

Masalah inilah yang berusaha diselesaikan oleh Pemerintahan Joko Widodo. Jalan tol Trans Jawa dari ujung barat sudah sampai ke Probolinggo Jawa Timur. Pemerintah mungkin masih gamang untuk melanjutkan tol Probolinggo hingga Banyuwangi mengingat volume kendaraan yang melewati jalur itu terhitung minim sehingga dinilai kurang layak. Namun secara umum ekonomi Jawa sudah makin terfasilitasi dengan hadirnya tol sebagai urat nadi logistiknya. Di sisi selatan pun pembangunan jalur lintasnya mulai terus diupayakan.    

Sebelum krisis moneter 1998, pengelolaan fiskal APBN  mulai menunjukkan perimbangan neraca yang tidak sehat dan penegakan regulasi dan pengawasan kegiatan sektor finansial yang lemah karena minimnya kecakapan instansi untuk mengatur kegiatan sektor jasa keuangan.

Terjadilah pertumbuhan pinjaman tidak bergerak (non-performing loan) yang tidak terkendali, hal ini tidak lepas juga dari peran regulator finansial yang gagal untuk menegakkan peraturan untuk memberikan pertanggungjawaban sosial perusahaan berupa edukasi keuangan kepada rakyat. Namun itu semua berhasil dilalui dan Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang mendongkrak posisi Indonesia naik ke middle income country atau negara dengan pendapatan menengah.

Tekanan paling kuat datang bagi ekonomi global di tahun 2020 saat pandemi menghantam. Negara-negara ekonomi kuat pun tumbang dan masuk ke jurang resesi. Tiongkok yang paling beruntung hingga dapat tumbuh 2%. Bahkan tahun ini Tiongkok sudah mencanangkan pertumbuhan 6% seperti saat sebelum pandemi. Prediksi dan ambisi yang wajar.  

Bagaimana dengan kita? Tahun ini, prospek ekonomi Indonesia dinilai akan lebih baik dibanding tahun lalu. PDB diperkirakan bakal tumbuh di kisaran 4% - 5%. Namun untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi kembali di angka yang ideal dibutuhkan kerja keras untuk membenahi berbagai aspek.

Konsumsi masih menjadi penopang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Angka 270 juta lebih penduduk menunjukkan pasar yang besar. Kebutuhan pangan, sandang, energi, dan berbagai produk lainnya sangat besar. Untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi ke 6%, maka konsumsi domestik tahun ini harus naik 6% (yoy), konsumsi pemerintah harus tumbuh 5% (yoy), investasi harus naik 8% (yoy), ekspor dan impor naik masing-masing setidaknya 3% (yoy) dan 2% (yoy).

Pada Desember lalu ekonom Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memproyeksikan, pemulihan ekonomi di tahun 2021 akan sulit tercapai sesuai target pemerintah yang sebesar 5%. Bahkan mungkin tidak akan tembus 3%. Hal ini terkait dengan belum ada kepastian menyangkut distribusi vaksin kala itu.

Kini vaksinasi telah mulai berjalan meski perlahan. Indonesia menempati urutan ke -18 dalam capaian angka vaksinasi dunia. Data dari situs ourworlddata itu pekan lalu menunjukkan Indonesia sudah menyuntikkan tak kurang dari 2,5 juta vaksin. Per 7 Maret 2021 kemenkes merilis data tak kurang dari 2.888.757 vaksin sudah disuntikkan untuk tahap I dan 1.133.787 target sudah menerima vaksin sesi tahap II.  

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati optimis pertumbuhan ekonomi berada di 4,5 persen sampai 5,3 persen di 2021. Realisasi tersebut bisa terjadi karena adanya dukungan program vaksinasi Covid-19 sebagai penentu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saat ini pemulihan ekonomi domestik sudah mulai terlihat. Tercatat konsumsi listrik tumbuh 6,2 persen secara tahunan pada Januari 2021 dan konsumsi rumah tangga tumbuh 46,3 persen dari total konsumen listrik yang tumbuh 22,4 persen pada Januari 2021.