Bogor Message dan Islam Tengahan

Pesan Islam yang Damai dari Poros ISlam Moderat

 Bogor Message dan Islam Tengahan
Presiden Joko Widodo dan Syekh Al Azhar Mesir

 

MONDAYREVIEW- Istilah Islam Tengahan atau Islam Moderat kembali  diangkat dalam forum Konsultasi Tingkat Tinggi yang berlangsung di Bogor. Tak kurang dari 100 ulama dari Indonesia, Saudi, Mesir dan beberapa negara berpenduduk mayoritas muslim dan mayoritas non-muslim terlibat dalam forum ini. Apa yang terjadi saat ini menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan dimana peran Islam yang memberi jalan keluar dan merangkul dengan dakwahnya mulai terpinggirkan. Perpecahan dan pengelompokan semakin mengkristal, kekerasan dan radikalisme agama memperoleh panggung, dan musuh utama ummat yakni kemiskinan dan ketertinggalan terabaikan.

Momentum ini sangat tepat bagi Indonesia dan Presiden Joko Widodo untuk membawa ummat Islam lebih berperan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Forum yang bisa menghapus prasangka antar kelompok sekaligus merajut benang persatuan ummat sekaligus persatuan bangsa. Banyak kalangan mengapresiasi inisiatif ke arah dakwah yang inklusif, mendorong terciptanya keadilan sosial, dan memperkuat sendi-sendi kehidupan di tengah keberagaman.

Tak dapat dipungkiri bahwa posisi Ummat Islam masih terpinggirkan di buritan peradaban. Keterpinggiran yang diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal Ummat Islam. Sehingga dalam kerangka pembangunan kemanusiaan dalam tatanan global, diperlukan upaya afirmatif untuk memajukan Dunia Islam. Di sisi lain ummat Islam juga harus menemukan formula-formula yang jitu untuk melakukan percepatan peran dan fungsinya. Formula yang mencakup penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, penguasaan ekonomi, dan peran politik.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia tidak boleh sedikitpun. Indonesia akan terus mengedepankan perdamaian dan persatuan yang mengutamakan musyawarah yang penuh toleransi dan kepercayaan, yenga membawa keadilan sosial dan perdamaian abadi. Pernyataan Presiden ini menunjukkan betapa berat tantangan yang harus dilalui dalam merawat keberagaman di negeri-negeri berpenduduk mayoritas muslim, termasuk Indonesia.

Posisi pemerintah didukung oleh mayoritas kalangan muslim di Indonesia. Ormas Islam termasuk Muhammadiyah dan NU memiliki kesamaan pandang dalam merawat keindonesiaan. Nilai-nilai universalitas Islam yang memperjuangkan keadilan dan kemajuan menjadi agenda utama dalam mendorong peran ummat Islam. Peran yang konstruktif bagi kemanusiaan. Peran yang efektif mengeliminasi  radikalisme sekaligus menghindarkan ummat Islam dari posisinya yang seringkali menjadi obyek kepentingan politik berbagai kelompok.

Presiden Jokowi mampu mengambil keputusan yang tepat dengan menjalin komunikasi dan dialog dengan ummat Islam. Apalagi dengan sebuah forum yang inklusif dan mendorong terbentuknya Poros Islam Moderat. Inisiatif ini akan menjadi catatan tersendiri dalam sejarah Islam di Indonesia. Di tengah situasi krisis di Dunia Islam khususnya di Timur Tengah, ancaman terhadap pluralitas, dan menguatnya politik identitas yang membelah persatuan ummat bahkan bangsa, inisiatif ini menawarkan alternatif solusi yang komprehensif.

Bagi Indonesia yang tengah memasuki tahun politik, langkah ini dapat menurunkan ketegangan sosial dan politik yang cenderung terus mengalami ekskalasi. Sementara kalangan dapat saja menganggap bahwa upaya ini adalah bagian dari pencitraan Jokowi.  

 

Syeikh Al Azhar, Syeikh Ahmad Toyyib bin Toyyib, hadir dalam acara ini. Kehadiran ulama paling berpengaruh di Dunia Islam ini memberi makna tersendiri. Al Azhar menjadi salah satu pusat pendidikan Islam modern yang memiliki akar dan legitimasi yang kuat di dunia. Sarjana Muslim dan Barat mengenal Al Azhar dan mengakuinya sebagai lembaga pendidikan sekaligus pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam.  

Ulama dan Cendekiawan Muslim dari berbagai negara berpenduduk mayoritas non-muslim juga hadir. Mereka datang dari Amerika Serikat, Jepang, Perancis, dan China. Perkembangan Islam di berbagai negara ini tentu memerlukan perhatian khusus. Jumlah pemeluk Islam cenderung meningkat secara signifikan di negara-negara Barat. Pada saat yang sama, citra Islam yang radikal masih sering dilekatkan oleh masyarakat Barat. Sementara beberapa insiden yang dilatar belakangi radikalisme masih terjadi dan mengganggu terbangunnya citra Islam yang damai dan moderat.  

Ulama lain yang hadir diantaranya adalah Mufti Libanon Syaikh Abdulatif Daryan, Sekjen Majelis Hukama Muslimin Syaikh Ali Rasyid An-Nu'aimy, Imam Masjidil Haram Syaikh Saleh bin Abdullah bin Hamid, Imam Masjidil Aqso Syaikh Muhammad Ahmad Husein. Para ulama ini akan membahas dan merumuskan Pesan Bersama bertajuk Bogor Message yang menjadi pedoman bagi ulama dunia dalam mengembangkan dakwah Islam yang moderat.   

Sekjen Liga Dunia Islam Muhammad Abdul Karim Al-'Isa, Ketua Muslim Jepang Amin K Tokomasu. Cendekiawan Muslim Kanada Jamal Badawi, Sekjen Konferensi Muslim Eropa Muhammad Bechari dari Perancis juga hadir dalam acara tersebut. Tingginya animo peserta menunjukkan betapa pentingnya isu ini bagi perkembangan dakwah Islam secara global. Pada saat yang sama juga bisa digagas dan dikedepankan solusi untuk membawa Islam sebagai pemain kunci dalam membangun peradaban.