WHO Sebut Virus Korona dapat Bertahan Lebih Lama di Udara, Tim Medis Diminta Lakukan Pencegahan
Studi terbaru WHO menunjukkan virus korona dapat bertahan hidup di udara dalam kondisi tertentu.

MONITORDAY.COM – Virus korona baru yang menyebarkan pandemi Covid-19 di seluruh dunia saat ini betul-betul telah menyita perhatian kita semua. Sejak pertama kali dikabarkan pada 31 Desember 2019 hingga hari ini, Selasa (7/4/2020), virus ini telah menginfeksi lebih dari 1,21 juta orang di hampir 206 negara di dunia.
Jika dibandingkan dengan virus SARS yang mewabah di tahun 2002, WHO merilis bahwa virus ini hanya menginfeksi sekitar 8.098 orang di 26 negara. Sangat berbeda dengan virus korona yang menyebabkan pandemi Covid-19 di hampir 206 negara saat ini.
Para peneliti dan otoritas kesehatan dunia pun terus mencari fakta-fakta baru terkait Covid-19, terutama soal kenapa virus korona begitu cepat menyebar?
Untuk menjawab pertanyaan itu, organisasi kesehatan dunia (WHO) sedang mempertimbangkan tindakan pencegahan melalui udara untuk staf medis sejak studi yang menunjukkan virus korona mampu bertahan hidup di udara (survive in airbone) dalam beberapa kondisi.
Ini tentu berbeda dari penemuan sebelumnya bahwa virus korona hanya menyebar lewat benda padat dan berawal dari percikan (droplet). Ini tak lain karena protein yang terkandung dalam virus korona memiliki ‘daerah khusus’ atau ridge yang lebih padat. Butiran-butiran yang dibawa melalui bersin dan batuk serta kuman lantas tertinggal pada benda mati.
Adalah Dr. Maria Van Kerkhove, Kepala Unit Penyakit Baru dan Zoonis WHO yang mengatakan bahwa ada kemungkinan virus korona menyebar melalui aerosol seperti dalam fasilitas perawatan medis di rumah sakit. Ada kemungkinan virus korona dapat melayang di udara, dan tetap menggantung di udara tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti panas dan lembab.
“Ketika seseorang melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol seperti dalam perawatan medis, akan terjadi kemungkinan aerosolize dalam partikel-partikel ini yang mengindikasikan virus korona dapat tinggal di udara sedikit lebih lama,” kata Kerkhove seperti dilansir CNBC, Kamis (26/3/2020).
Karena itu, menurut Kerkhove, sangat penting bagi petugas kesehatan untuk melakukan tindakan pencegahan tambahan ketika mereka bekerja dan melakukan prosedur seperti itu pada pasien. Keyakinan ini kata dia, berasal dari keyakinan dari beberapa penelitian di sejumlah negara yang melihat kondisi lingkungan berbeda dan Covid-19 bisa bertahan.
“Para ilmuwan secara khusus melihat bagaimana kelembaban, suhu dan cahaya ultraviolet mampu mempengaruhi virus Covid-19 serta berala lama virus itu mampu bertahan hidup di permukaan yang berbeda termasuk baja,” ujarnya.
Otoritas kesehatan, kata Kerkhove, lantas menggunakan informasi ini untuk memastikan panduan WHO sudah sesuai dan sejauh ini mereka meyakini kesesuaian pedoman tersebut. Lebih lanjut, sambungnya, tenaga kesehatan direkomendasikan memakai masker N95 untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 melalui aerosol tersebut.
“Otoritas kesehatan merekomendasikan staf medis memakai masker wajah N95 yang mampu menyaring 95 persen dari semua partikel cair atau udara,” pungkasnya.