WHO Sebut Situasi Pandemi Covid-19 Semakin Buruk

Meskipun situasi di Eropa membaik, secara global keadaannya memburuk.

WHO Sebut Situasi Pandemi Covid-19 Semakin Buruk
Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus/ Net

MONITORDAY. COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa situasi pandemi virus Corona (Covid-19) semakin memburuk di seluruh dunia. Berdasarkan data WHO mencatat jumlah kasus tertinggi infeksi virus Corona baru setiap hari yaitu di Amerika.

Dilansir dari AFP, bahkan ketika aksi protes massal untuk menegakkan keadilan rasial di AS dan negara bagiannya, PBB sudah mengingatkan untuk tetap melakukan aksi dengan aman.

Adapun, Virus Corona telah menewaskan lebih dari 403.000 orang dari setidaknya tujuh juta yang terinfeksi sejak pandemi itu muncul di China Desember lalu. Setelah Asia Timur, Eropa sempat menjadi pusat penyakit. Tetapi, kini pusat penyebaran virus Corona telah berpindah ke Amerika.

"Meskipun situasi di Eropa membaik, secara global keadaannya memburuk," kata Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual di Jenewa, Selasa (09/06/2020).

Lebih lanjut, Ghebreyesus mengatakan lebih dari 100 ribu kasus baru telah dilaporkan sepanjang sembilan dari 10 hari terakhir.

"Kemarin, lebih dari 136.000 kasus dilaporkan, paling banyak dalam satu hari sejauh ini," ucapnya.

Selain itu, Ghebreyesus mengatakan bahwa hampir 75 persen kasus datang dari 10 negara, kebanyakan di Amerika dan Asia Selatan. Ghebreyesus mengatakan bahwa di negara-negara di mana situasinya membaik, ancaman terbesar adalah rasa puas diri. Pasalnya, kebanyakan orang secara global masih rentan terhadap infeksi.

"Lebih dari enam bulan dalam pandemi ini, sekarang bukan saatnya bagi negara mana pun untuk melepas pijakannya," katanya.

Kemudian, beralih ke gelombang protes yang dipicu oleh pembunuhan terhadap George Floyd pada (25/05/2020) lalu, Ghebreyesus mendorong pengawasan aktif terhadap virus terutama dalam konteks pertemuan massal.

"WHO sepenuhnya mendukung kesetaraan dan gerakan global melawan rasisme. Kami menolak segala bentuk diskriminasi. Kami mendorong semua yang melakukan protes di seluruh dunia untuk melakukannya dengan aman," tuturnya.

WHO terus menerus menekankan pentingnya melacak mereka yang mungkin telah melakukan kontak yang berkelanjutan dan dekat dengan orang yang terinfeksi.

Sementara itu, Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan seseorang yang telah melakukan protes massal belum tentu memenuhi definisi teknis dari kontak.

"Itu kembali ke analisis kesehatan masyarakat setempat dan manajemen risiko lokal," jelasnya.

"Mungkin ada situasi dengan pertemuan massal di mana pejabat kesehatan masyarakat setempat, atas dasar kehati-hatian, bisa menyarankan orang baik untuk karantina atau untuk diuji," tambahnya. 

Selanjutnya, hebreyesus pun mengatakan bahwa WHO sejauh ini telah mengirim lebih dari lima juta item alat pelindung diri ke 110 negara.

Badan kesehatan global tersebut bertujuan untuk mengirimkan lebih dari 129 juta item APD ke 126 negara.