Webinar LLDIKTI XV Soroti Pentingnya Link and Match Pendidikan dan Dunia Usaha
Dunia usaha terutama pelaku UMKM sangat terdampak di masa Pandemi ini. Karenanya pemerintah saat ini tengah mencari solusi yang tepat untuk membantu para pelaku UMKM agar dapat bertahan di masa Pandemi ini.

MONITORDAY.COM - Isu tentang pendidikan di Indonesia dalam kaitannya dengan kemampuan mencetak sumber daya yang kompeten untuk terjun ke dunia Industri dan dunia usaha (DUDI) menjadi salah satu perhatian serius saat ini. Realisasi link and match antara pendidikan dengan industri patut terus dikawal agar pendidikan mampu menjawab tantangan akan kebutuhan SDM yang mempu bersaing di era global.
Dalam menyoroti hal itu, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VX Nusa Tenggara Timur kembali menggelar webinar seri 04 bertajuk “Realisasi Program Pendidikan dan Dunia Usaha”, pada Rabu (9/9/2020).
Hadir sebagai pembicara, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki; Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Ir. Nita Yudi, MBA; Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Dr. Fredrik L Benu, M.Si, Ph.D; Wakil Gubernur NTT, Drs. Josef Nae Soi, MM; serta Sekretaris Ditjen Dikti Kemendikbud, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P.
Webinar ini digagas oleh Sekretaris LLDikti XV Ade Erlangga Masdiana, sekaligus memandu jalannya diskusi sehingga berlangsung dinamis.
Menkop UKM dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa dunia usaha terutama pelaku UMKM sangat terdampak di masa Pandemi ini. Karenanya pemerintah saat ini tengah mencari solusi yang tepat untuk membantu para pelaku UMKM agar dapat bertahan di masa Pandemi ini.
Menkop mengkategorikan UMKM di masa pandemi ini menjadi tiga, pertama UMKM yang sama sekali tidak bisa menjalankan usaha, dan ini diprioritaskan untuk mendapat bantuan sosial, kedua UMKM yang masih bisa bertahan tapi punya masalah dengan pembiayaan, yang dimasukkan ke program restrukturisasi, termasuk program bantuan presiden, kemudian ketiga UMKM yang masih berkembang bahkan tumbuh dengan beradaptasi memasuki platform digital.
“karena itu penting kita dampingi UMKM untuk beradaptasi dan merumuskan orientasi bisnis yang baru sesuai dengan perubahan perilaku konsumen yang lebih senang belanja di market online. Ini penting karena saat ini bagaimana UMKM bisa bertahan sehingga mereka bisa mempersiapkan diri suatu usaha ketika ekonomi bangkit bisa tumbuh lebih cepat,” kata Teten.
Pandemi, menurut Teten telah menunjukkan UMKM yang bisa bertahan dan yang tidak. Karena itu, pihaknya berencana ke depan mendorong agar pelaku usaha agar terus membesar menjadi enterpreneur baru. Karena jumlahnya saat ini baru sekitar dua persen.
“berdasarkan data, jumlah UMKM saat ini ada 64 juta, itu 98 persen itu tergolong ekonomi subsisten. Mereka bukan mau menjadi pengusaha tetapi karena tidak diserap oleh sektor formal maka mereka bikin warung dan jualan,” tuturnya.
Teten juga menilai bahwa UMKM tidak memiliki biaya untuk melakukan research and development untuk pengembangan prodak mereka, baik bahan baku hingga penguatan brand image, standar produk dan lain sebagainya. Karena itu penting dukungan universitas, mengingat di dalamnya banyak hasil riset tentang produksi dalam kaitannya dengan UMKM.
Sementara itu, Ketua Umum IPAWI Nita Yudi menyoroti bahwa Pendidikan saat ini belum secara optimal mampu menlakukan link and match dengan dunia usaha. Salah satunya terkait masalah kompetensi yang belum memenuhi standar kerja. Padahal menurutnya, program pendidikan di samping sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia, juga harus mempunyai data lengkap dan akurat mengenai peta dunia usaha.
Karena itu, sebagaimana dikatakan Wagub NTT Josef Nae Soi, bahwa pendidikan seharusnya terdiri dari tiga hal, yaitu melakukan pembimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Terlebih di pendidikan tinggi, kata kunci yang harus dipegang adalah mengembangkan diri dan membantuk peradaban.
“Membentuk peradaban berarti seseorang membantuk konstelasi di dalam hidup dia sendiri. Karena itu, istilah Orang belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup sangat relevan dengan pendidikan saat ini. karena pada dasarnya pedagogi adalah bagaimana bisa mempersiapkan untuk kehidupan anak didik,” kata Josef.
Rektor Universitas Nusa Cendana Fredrik L Benu menyatakan bahwa di Indonesia, upaya membangun semangat kewirausahaan terus ditingkatkan. salah satunya melalui pola dan cara pembelajaran yang membuat mahasiswa tertarik untuk berwirausaha. Menurutnya, perguruan tinggi sebagai mediator dan fasilitator terdepan dalam membangun anak bangsa mempunyai kewajiban dalam membantuk anak didiknya mampu menciptakan berbagai peluang pekerjaan.
Realisasi program pendidikan dan dunia usaha mulai diterapkan oleh Universitas Nusa Cendana (Undana). Fredrik mengungkapkan bahwa di kampusnya mempunyai beberapa usaha yang mempunyai peran penting di wilayah tersebut, seperti Klinik Pratama Undana di bidang kesehatan, Badan Pengelola Usaha (BPU) Undana yang membawahi beberapa bidang usaha, Laboratorium Lahan Kering Kepulauan Undana, serta Laboratorium Bioscience Undana.
Sekretaris Ditjen Dikti Paristiyanti menyebut bahwa yang dilakukan oleh Undana merupakan contoh kongkrit dari realisasi kampus merdeka. Artinya Undana telah menerapkan banyak kebijakan terkait kemandirian perguruan tinggi melalui inovasi-inovasi usaha yang dikembangkan.
“Saya sebetulnya bermimpi suatu saat kampus-kampus seperti Udana, bisa menjadi inspirasi dan ditiru di berbagai daerah di Indonesia. Jika kita punya 485 kabupaten kota, andai saja perguruan tinggi negeri dan swasta bisa meniru Undana, kita bisa memenangkan pertarungan pasca Covid-19 terkait dengan akselerasi ekonomi melalui transformasi yang dimulai dari kampus merdeka,” ujarnya.