Usung ‘Ta’awun’ Milad ke 106, Komitmen Muhammadiyah Terhadap Nilai Kemanusiaan dan Kebangsaan

Sejak awalnya berdiri, Muhammadiyah telah memposisikan sebagai organisasi gerakan dakwah dan sosial. Mengajak pada kebaikan dan mencegah pada perbuatan kejahatan atau kemungkaran menjadi spirit lahirnya organisasi ini sejak 106 tahun yang lalu.

Usung ‘Ta’awun’ Milad ke 106, Komitmen Muhammadiyah Terhadap Nilai Kemanusiaan dan Kebangsaan
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

MONITORDAY.COM - Sejak awalnya berdiri, Muhammadiyah telah memposisikan sebagai organisasi gerakan dakwah dan sosial. Mengajak pada kebaikan dan mencegah pada perbuatan kejahatan atau kemungkaran menjadi spirit lahirnya organisasi ini sejak 106 tahun yang lalu.  

Spirit inilah yang akan selalu dipegang teguh Muhamadiyah sebagai bahagian dari bangsa ini dalam setiap langkah perjalanan sejarahnya sejak 1912 hingga saat ini dan kedepannya.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat menghadiri Tabligh Akbar Muhammadiyah di Kabupaten Tegal dan Kota Tegal pada Minggu (11/11/2018)

“Muhammadiyah akan selalu berkomiten mengajak ummat berada pada jalan Allah SWT,” tutur Haedar di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Lebaksiu. 

Pada tahun 2018, Muhammadiyah genap berusia ke 106, dengan usia yang cukup tua Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang diakui peranannya bagi masyarakat luas dan juga oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Karena secara gerakan, Muhammadiyah tidak hanya berkaitan pembaharuan dalam bidang keagamaan tetapi kerja nyata melalui pendirian berbagai lembaga sosial dan pendidikan untuk memajukan, mencerdaskan serta memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

“Maka pemilihan kata ‘ta’awun’ dalam milad Muhammadiyah ke-106, untuk  mentransformasikan hadirnya tujuan Muhammadiyah yang telah banyak berbuat untuk memajukan kehidupan bangsa di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan usaha-usaha dakwah pembaruan,” katanya

Haedar menambahkan di wilayah Indonesia bagian Timur seperti di Papua dan Nusa Tenggara Timur di mana umat Islam minoritas, Muhammadiyah melakukan usaha-usaha di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. 

"Di Papua Muhammadiyah mendirikan Perguruan Tinggi dan Sekolah-Sekolah, pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial bagi penduduk setempat yang mayoritas Kristen dan Katholik, sebagai sarana atau jalan mengembangkan integrasi sosial. Guru atau dosen yang beragama Kristen dan Katholik ada yang mengajar di lembaga pendidikan Muhammadiyah tersebut," imbuh Haedar. 

Haedar menuturkan, semua peranan itu dilandasi oleh spirit kemanusiaan. Bahwa di era peradaban modern, semua umat manusia layak hidup bersama tanpa diskriminasi, penderitaan, dan penindasan. 

"Peran kemanusiaan universal tersebut nyaris tanpa slogan-slogan nyaring tentang “Islam rahmatan lil-‘alamim”, karena spirit Islam tersebut bukan disuarakan tetapi justru dipraktikkan oleh Muhammadiyah. Karena prinsip Muhammadiyah sekali-kali berbicara, banyak kerjanya," tegas Haedar. 

Diakhir sambutan, Haedar menyampaikan bahwa Muhammadiyah telah dan akan terus memberikan sumbangan besar di dalam upaya-upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan politik Islam yang berwawasan kebangsaaan di tengah pertarungan berbagai ideologi dunia.