Urgensi Blockchain bagi Indonesia
Salah satu peluang untuk membangun infrastruktur non-fisik dalam menata rantai pasok bersandar pada perkembangan teknologi Blockchain. Dimana pengolahan dan penyimpanan data transaksi didesentralisasi. Dengan demikian kepercayaan bisa dibangun diantara orang yang tidak saling kenal. Kerahasiaan terjamin. Transaksi berjalan aman, efisien, dan cepat.

MONDAYREVIEW - Apakah seluruh infrastruktur fisik yang dibangun Pemerintah akan termanfaatkan secara optimal? Jawaban atas pertanyaan itu bergantung pada kesiapan kita untuk menatap kondisi hari ini dengan realistis. Sama pentingnya dengan menatap masa depan dengan optimis. Jalan tol, bandara, pelabuhan, dan jaringan kereta api yang telah dibangun dapat berubah menjadi beban alih-alih memberi dorongan pada produktivitas ekonomi.
Di tengah berbagai capaian dalam berbagai bidang, kita masih menghadapi masalah elementer. Terkadang harga gabah jatuh. Tak jarang kita harus impor beras. Bahkan garam pun kita sering harus impor. Tentu ini berkaitan dengan kebutuhan yang sangat besar. Situasi yang kadang dimanfaatkan para pelaku kartel bisnis untuk mengendalikan pasokan dan harga.
Indonesia negara besar dengan ukuran ekonomi besar. Kebutuhan logistik dan distribusi barang tinggi baik untuk domestik maupun ekspor. Juga distribusi barang impor. Pasar yang luas sangat menjanjikan. Sejalan dengan itu upaya untuk mendorong masyarakat menjadi semakin produktif perlu dilaksanakan dengan konsisten.
Infrastruktur fisik yang sudah dibangun harus diimbangi dengan infrastruktur yang memadai. Dibutuhkan inovasi dalam pengembangan model bisnis yang mampu menopang percepatan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya terkait dengan Manajemen Rantai Pasok. Kebutuhan pangan, energi, dan bahan baku untuk diolah atau diberi nilai tambah oleh industri dalam negeri membutuhkan efisiensi. Dari hulu hingga hilir.
Salah satu peluang untuk membangun infrastruktur non-fisik dalam menata rantai pasok bersandar pada perkembangan teknologi Blockchain. Dimana pengolahan dan penyimpanan data transaksi didesentralisasi. Dengan demikian kepercayaan bisa dibangun diantara orang yang tidak saling kenal. Kerahasiaan terjamin. Transaksi berjalan aman, efisien, dan cepat.
Inovasi Blockchain terus meningkat. Bukti dari fase ide kemajuan dan sangat sedikit kerangka kerja berbasis blockchain. Bahaya asli dengan blockchain mungkin belum jelas untuk beberapa tahun ke depan sampai ia berkembang menjadi lebih standar.
Memang masih perlu kehatihatian dalam menerima blockchain. Implementasinya dalam keseharian harus seaman mungkin.
Sebagai kerangka kerja perekaman atau pencatatan yang bersifat umum, blockchain juga harus memiliki informasi yang rumit. Konsekuensinya, ia harus menjamin bahwa kriptografi dan asuransi digitalnya kuat dan sesuai dengan praktik bisnis terbaik. Jaminan dan isolasi informasi harus ditangani untuk pengaturan ritel berbasis cloud juga.
Kita tahu bahwa teknologi Blockchain menjalankan cryptocurrency Bitcoin. Ia membangun lingkungan terdesentralisasi untuk transaksi, di mana semua transaksi dicatat ke buku besar publik, yang akan terlihat oleh semua orang.
Tujuan Blockchain adalah memberikan anonimitas, keamanan, privasi, dan transparansi kepada semua penggunanya. Meskipun demikian, atribut-atribut ini mengatur banyak tantangan teknis dan keterbatasan yang perlu ditangani.
Studi pemetaan sistematis perlu dilakukan. Ha ini bertujuan memeriksa status terkini dan topik penelitian teknologi Blockchain. Pandangan ini mengecualikan perspektif ekonomi, hukum, bisnis, dan regulasi, dan hanya memasukkan perspektif teknis.
BlockChain mungkin masih perlu waktu agar bisa diterima kalangan dunia usaha, pemerintah, maupun publik. Masih ada celah yang belum bisa menjamin keamanan dalam transaksi. Namun bukan tidak mungkin BlockChain menyimpan potensi untuk menjadi solusi bagi Indonesia untuk mengamankan rantai pasok terutama atas produk yang menjadi kebutuhan dan hajat hidup orang banyak.