Umat Islam Harus Jadi Pilar Utama Kerukunan

Islam yang merangkul kebudayaan. Bukan menghapus atau bahkan merusak kebudayaan yang ada,

Umat Islam Harus Jadi Pilar Utama Kerukunan
Pengajian Bamusi di Majelis Taklim al-Nur, Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat, Minggu (26/3).

MONDAYREVIEW.COM- Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) kembali melaksanakan Ngaji Kebangsaan dengan tema menegakkan "Islam Nusantara Berkemajuan." Kali ini pengajian dilaksanakan di Majelis Taklim al-Nur, Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat, Minggu sore (26/3).

Wasekum PP Bamusi, Hari Apriatno, yang menjadi penanggungjawab kegiatan ini mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan agenda rutin Bamusi, yang merupakan organisasi sayap Islam PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Ketua Umum Prof. KH. Hamka Haq dan Sekum Gus Nasyirul Falah Amru. Bamusi selalu mengabdi kepada masyarakat dengan melakukan pencerahan keagamaan, yang diantaranya melalui ngaji kebangsaan ini.

"Kita juga ingin Pilkada DKI Jakarta putaran dua ini berjalan dengan damai, tanpa menggunakan isu-isu yang berbaru SARA. Islam Indonesia itu adalah Islam yang toleran," kata Hari di Majelis Taklim al-Nur, Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat, Minggu sore (26/3).

Dalam pengajian ini hadir 150 orang jamaah, hadir sebagai penceramah KH Nu'man Bashori Alwi. KH Nu'man mengatakan bahwa umat Islam Indonesia harus terus menerus menjaga persatuan dan kesatuan. Sebagai entitas terbesar umat Indonesia dan bahkan di dunia, umat Islam Indonesia harus menjadi pilar utama kerukunan.

Gus Nu'man menjelaskan bahwa karakter umat Islam Indonesia sejak ratusan tahun lalu adalah karakter Islam Nusantara yang berkemajuan. Sejarah mencatat Islam sudah masuk ke Indonesia bahkan sejak zaman Khalifat al-Rasyidin. Saat itu Ratu Shima, penguasa Kalingga di Jawa Tengah yang berkuasa pada tahun 674-695 Masehi sudah masuk Islam. Islam yang dikembangkan sejak zaman Khalifah al-Rasyidin di Nusantara ini adalah Islam yang damai.

"Islam yang merangkul kebudayaan. Bukan menghapus atau bahkan merusak kebudayaan yang ada, melainkan memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam kebudayaan itu. Ritual-ritual yang dimasukkan ke dalamnya ritual-ritual Islam. Sehingga Islam dengan budaya Nusantara saat itu menyatu sangat erat," kata Gus Nu'man, begitu ia disapa, di hadapan sekitar 150 orang jama'ah.

Gus Nu'man mengingatkan bahwa belakangan ini ada bagian dari kelompok Islam yang baru datang ke Indonesia, yang bukan hanya mau menghabisi kebudayaan Nusantara yang sudah Islami itu, tapi selalu memaksakan kehendak. Kelompok-kelompok inilah yang merusak tatanan Islam yang sudah damai dan tenteram selama ini.

"Umat Islam harus waspada dan jangan mau dipecah belah oleh kelompok yang sedikit-sedikit bicara bid'ah," ungkap Gus Nu'man.

Gus Numan mengingatkan bahwa di antara kelompok ini juga sudah menjelma menjadi partai politik. Ironisnya mereka ini menjalankan inkonsistensi hanya karena momentum Pilkada.

"Misalnya di Jakarta mengharamkan pemimpin non-muslim, namun di daerah lain partai ini mengusung pemimpin non-muslim. Jadi yang munafik siapa?" tanya Gus Nu'man.