Ulama Terluka, Umat Siaga

Umat Islam perlu melakukan antisipasi dengan mengaktifkan divisi-divisi keamanan dalam setiap kegiatan.

Ulama Terluka, Umat Siaga
Sumber gambar: antaranews.com

MONDAYREVIEW.COM – Peristiwa penusukkan terhadap Syaikh Ali Jaber begitu tiba-tiba, pelakunya merupakan seorang anak muda yang segera dikeroyok massa. Untungnya massa segera dapat ditenangkan dan anak muda yang bernama Alfin Andiran segera diamankan. Terlihat mukanya luka-luka bekas pukulan. Syaikh Ali Jaber pun harus dilarikan ke rumah sakit karena lengan atasnya terkena tusukan. Dia harus mengalami beberapa jahitan guna menutup lukanya. Syukurnya Syaikh Ali Jaber segera dapat beraktifitas kembali setelah menjalani perawatan.

Giliran Alfin Andrian yang mendapatkan sorotan dari warganet. Menurut kabar berita, orang tua pelaku mengatakan bahwa Alfin sudah mengalami gangguan kejiwaan sejak 4 tahun terakhir. Kabar kegilaan Alfin tidak serta merta dipercayai oleh publik. Mayoritas masyarakat meyakini bahwa Alfin tidak gila seperti yang dikatakan ibunya. Warganet dengan mudah menemukan akun medsos Alfin lalu membullynya. Akun facebook yang terakhir update tahun 2018 tersebut menjadi bulan-bulanan warganet. Dari konten di akun fbnya tidak terlihat yang bersangkutan mengalami gangguan kejiwaan.

Apa yang dialami Syaikh Ali Jaber membuat ingatan publik kembali ke awal tahun 2018 silam. Pertama, kasus penganiayaan terhadap KH Umar Basri, pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hidayah di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pelakunya bernama Asep yang dikabarkan sakit jiwa. Beberapa hari berselang atau kejadian kedua yang berlangsung di Kota Bandung, Komandan Brigade PP Persatuan Islam (Persis) ustaz Prawoto dianiaya Asep Maftuh yang tak lain tetangganya sendiri. Prawoto meninggal dunia akibat insiden tersebut.

Beberapa warganet dari kalangan Nahdliyin pun menceritakan para ulama terdahulunya yang pernah mengalami kejadian serupa. Diantaranya Kiai Ali Maksum Krapyak dan Kiai Maimun Zubair. Keduanya sempat mengalami pencobaan penganiayaan walaupun nyawanya selamat. Menurut Rijal Mumazziq kader NU asal Surabaya, inilah pentingnya fungsi Banser untuk melindungi para mubaligh Nahdliyin. Pemuda Muhammadiyah sendiri mempunyai KOKAM sebagai organ paramiliter Pemuda Muhammadiyah. Dalam beberapa event, baik Banser dan KOKAM telah mengawal dakwah para dai NU dan Muhammadiyah.

Peristiwa penusukan Syaikh Ali Jaber sebagaimana insiden-insiden sebelumnya menimbulkan beragam spekulasi di masyarakat. Sampai saat ini, belum ada titik terang siapa dalang di balik beragam peristiwa tersebut. Kasus-kasus tersebut berhenti sampai pelaku yang diduga menderita gangguan jiwa dihukum. Tentu saja kita tidak bisa membenarkan spekulasi liar tanpa bukti, apalagi bila peristiwa kriminal ini sengaja dimanfaatkan untuk menyudutkan kelompok tertentu.

Namun pemerintah juga harus mengusut tuntas kasus ini agar spekulasi bisa diredam. Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya masyarakat yang berspekulasi jika kasus seperti ini selalu terulang tanpa diketahui siapa dalangnya. Terlepas dari sulitnya menguak konspirasi di balik insiden-insiden yang menimpa ulama, namun umat Islam perlu melakukan antisipasi dengan mengaktifkan divisi-divisi keamanan dalam setiap kegiatan. Divisi keamanan pun mesti mempunyai kemampuan yang terlatih guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Tentu saja selain keamanan yang bersifat swadaya, pihak penyelenggara perlu berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Biar bagaimanapun menjaga keamanan masyarakat tetap menjadi tugas utama dari kepolisian. Walaupun negara kita dalam kondisi damai, bukan perang, namun adanya insiden yang terjadi mengharuskan penyelenggara kegiatan siap atas segala kemungkinan.