Tingkatkan Kemampuan Menulis Siswa Lewat Ekskul Jurnalistik
Mereka adalah para siswa peserta Ekstrakulikuler (ekskul) Jurnalistik yang digelar setiap Senin sore, selepas pulang sekolah.

HINGGA senja menjelang, beberapa gelintir anak berseragam putih abu-abu itu masih betah berlama-lama berada di sudut perpustakaan Sekolah Menengah Atas (SMA) Avicenna Cinere. Beberapa dari mereka masih sibuk membolak-balik surat kabar yang terserak dilantai sambil seskali membuka gawai digenggamannya untuk menuliskan satu atau dua kalimat meniru seperti yang tertulis di surat kabar itu. Sementara beberapa yang lain terlihat seperti sudah jenuh sambil sesekali melihat detik waktu pada jam dinding, berharap aktivitas segera diakhiri.
Mereka adalah para siswa peserta Ekstrakulikuler (ekskul) Jurnalistik yang digelar setiap Senin sore, selepas pulang sekolah. Di ruangan yang dipenuhi oleh jejeran buku yang disusun rapih itu, mereka biasa dengan tekun mengikuti setiap materi yang disampaikan, meski sang pelatih kadangkala merasa kesulitan mengajari mereka, karena mungkin belum mengenal seutuhnya siapa dan seperti apa metode yang harus dipakai untuk memberikan mereka meteri.
Hilda Safitri, selaku pembina eksul mengaku, pada awalnya Ia juga merasa kesulitan untuk ‘mengatur’ peserta yang terdiri dari sekitar 12 anak itu. Sambil tersenyum, Ia berucap bahwa mengatur mereka di awal-awal memang cukup sulit dan perlu waktu untuk bisa beradaptasi. “sebenarnya mereka mau, hanya butuh penyesuaian saja dengan apa yang mereka mau,” ucapnya.
Ia menuturkan, bahwa dibukanya ekskul ini sejak sekitar sebulan lalu itu, merupakan kelanjutan dari pembuatan bulletin yang sebelumnya selalu diadakan oleh sekolah setiap tiga bulan sekali. Ia mengatakan bahwa anak-anak itulah yang mempunyai minat dan nantinya mengisi beberapa konten di bulletin yang dinamai 'Kabar Avicenna' itu. Pustakawati SMA Avicenna Cinere ini berharap dibukanya ekskul ini bisa menjadi wadah bagi mereka yang mempunyai minat di bidang kepenulisan, dan bisa mengembangkan minatnya.
Seperti diketahui, kegiatan jurnalistik bukan hanya soal pemberitaan ataupun penulisan berita saja, tapi juga soal lain dengan ruang lingkup yang luas, seperti misalnya jurnalistik juga punya fungsi pendidikan. Karena itu, selain bisa menulis, ekskul ini juga diharapkan bisa mendidik pesarta secara mental dan emosional. “salah satunya kan itu, bisa saja mereka pintar menulis, tapi bukan berarti bisa dan berani untuk mewawancarai orang. misalnya dewan guru,” papar Hilda.
Kegiatan ini juga dibentuk atas dukungan yang baik dari pihak sekolah. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Anggi Budi Utama medukung penuh berjalannya kegiatan ini. Ia menilai, para peserta yang punya minat di kepenulisan itu terdiri dari siswa yang cukup gemar membaca, karenanya para peserta diyakini bisa menyerap setiap materi yang diajarkan dengan baik. “Mereka lumayan mempunyai wawasan, karena yang ikut biasanya cukup suka baca buku,” ungkapnya.
Meski begitu, Ia berpesan agar sang pelatih bisa mendekati para peserta secara emosional. Anggi berharap kegiatan belajar yang berlangsung nantinya tidak dilakukan dengan kaku dan terkesan formal, namun harus persuasif agar materi yang disampaikan dapat mudah dipahami. “Makanya harus dekat juga dengan anak-anak itu,” tuturnya.
Rencananya, selain diberi materi tentang teknik penulisan berita, para peserta juga diajarkan beberapa hal yang berkaitan dengan dunia jurnalistik. Seperti menulis berita kisah (feature), membuat berita foto, opini, videografis, infografis, serta tulisan fiksi seperti cerpen ataupun puisi essai.
Hal ini sesuai dengan minat para peserta, yang tidak semuanya menggandrungi dunia non-fiksi, tapi juga fiksi yang bersifat imajinatif. Seperti Avisya, salah satu peserta yang berasal dari kelas X IPS, Ia mengatakan bahwa keikutsertaannya dalam ekskul ini karena memang sejak dulu sudah suka menulis, terutama fiksi. Dia berharap minatnya tersebut bisa terwadahi dan bisa dikembangkan dengan baik dengan mengikuti ekskul ini. “alasan saya karena memang suka nulis dari dulu, biasanya nulis cerita,” tukasnya.