Tak Masuk MUI, Ini Komentar Din Syamsuddin

Beredar luas perbincangan di ruang publik yang mempertanyakan, mengapa Mantan Ketum Muhammadiyah itu tak lagi ada dalam kepengurusan MUI Pusat.

Tak Masuk MUI, Ini Komentar Din Syamsuddin
Mantan Ketum Muhammadiyah dan MUI Pusat, Din Syamsuddin/Net

MONITORDAY.COM - Musyawarah Nasional X MUI yang digelar di Hotel Sultan telah merampungkan struktur kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Periode 2020-2025.

Hasilnya, KH Miftachul Akhyar yang merupakan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, didaulat sebagai Ketua Umum MUI dan Dr Amirsyah Tambunan mewakili unsur Muhammadiyah menjadi Sekretaris Jenderal.

Kepengurusan MUI Pusat kali ini tampak banyak diisi beberapa nama baru. Salah satunya Prof Amany Lubis yang mewakili unsur perguruan tinggi. Tapi tak sedikit juga dari pengurus yang sebelumnya, seperti Buya Anwar Abbas.

Namun yang menjadi sorotan publik saat ini tidak adanya beberapa nama besar yang sebelumnya punya andil besar dalam kepengurusan MUI. Salah satunya adalah Mantan Ketum MUI, Din Syamsuddin.

Beredar luas perbincangan di ruang publik yang mempertanyakan, mengapa Mantan Ketum Muhammadiyah itu tak lagi ada dalam kepengurusan MUI Pusat.

Menanggapi hal itu, Din lantas memberikan klarifikasi lewat keterangan tertulis yang diterima redaksi pada Sabtu (28/11/20).

Dirinya mengaku memang tak bersedia masuk dalam kepengurusan MUI. Bahkan dikatakannya sejak November ia telah mengajukan surat pengunduran diri.

"Bahwa saya tidak masuk dalam kepengurusan baru MUI adalah karena saya tidak bersedia. Seandainya Tim Formatur memasukkan maka saya tidak bersedia. Sebelum Munas MUI, saya sudah sampaikan di dalam Rapat Pleno terakhir Dewan Pertimbangan MUI pada 18 Nopember 2020 bahwa saya ingin berhenti dari keaktifan MUI," jelas Din.

Selain itu, ia juga beralasan bahwa sudah cukup lama berkecimpung di MUI. Kendati demikian, ia tak menampik bahwa ada beberapa pihak yang mendukungnya untuk tetap di MUI.

"Salah satu alasannya adalah saya merasa sudah terlalu lama terlibat di MUI (25 tahun). Dalam kaitan ini saya meminta maaf kepada segenap anggota Wantim MUI yg mendukung agar saya tetap memimpin Wantim MUI," tuturnya.

Ia juga menjelaskan mengapa dirinya tidak menghadiri Munas X MUI yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta tersebut.

"Saya memutuskan untuk tidak menghadiri Munas MUI dan mewakilkan kepada Wakil Ketua Wantim MUI Prof. Dr. KH. Didin Hafiduddin utk memberi sambutan dan menjadi formatur," ungkapnya.

"Sebenarnya ada alasan, yaitu saya mendengar dan mengetahui ada pihak yang ingin menjadi Ketua Wantim MUI, dan Pengurus MUI. Saya berhusnuzhon mereka ingin berkhidmat di MUI, maka sebaiknya diberi kesempatan. Biarlah  umat yang menilai dan Allah SWT yang mengganjari," imbuhnya kemudian.

Menurutnya, berjuang untuk agama dan mengabdi kepada ummat tak hanya sebatas lewat MUI. Karenanya, lanjut Din, masuk atau tidaknya ia di kepengurusan MUI sesungguhnya bukanlah masalah.

"Bagi seorang pejuang, khususnya Pejuang Islam, perjuangan dan pengabdian untuk umat dan bangsa tidaklah terbatas dapat dilakukan hanya dalam satu lingkaran organisasi seperti MUI, tapi bisa dilakukan pada berbagai lingkaran keaktifan. Jadi tidak masuk dalam kepengurusan suatu organisasi jangan dianggap sebagai masalah besar, begitu pula masuk dalam kepengurusan bukanlah hal istimewa," tutup Din.