Strategi Penguatan Pengolahan Pangan Lokal

Strategi Penguatan Pengolahan Pangan Lokal
Ilustrasi produk yang relevan dengan Strategi Penguatan Pengolahan Pangan Lokal/ net

MONITORDAY.COM - Makanan berbahan singkong, jagung, atau sagu telah lama dikenal masyarakat. Masih ada banyak sumber pangan lokal lainnya. Sebagian konsumen masih memandang sumber pangan tertentu dengan sebelah mata. Menjadikan harga komoditas tersebut terpuruk. Sebagian orang hanya mengkonsuimnya karena terpaksa. Sebagian lain menjadikannya selingan saja.

Kini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kebutuhan pangan kita sangat besar mengingat jumlah penduduk kita yang sangat banyak. Ketergantungan kita pada impor beberapa komoditas pangan seperti terigu dan kedelai sangat besar. Sebuah fakta yang sarat paradoks dengan geliat pasar ekspor beberapa komoditas pangan seperti porang dan mocaf. Sepintas saja kita dapat memahami bahwa neraca impor dan ekspor pangan kita tidak berimbang.

Apa yang akan terjadi bila tiba-tiba impor terigu atau kedelai terhambat? Efek domino dari kelangkaan ketersedian kedua komoditas itu akan merembet tidak hanya pada konsumen rumah tangga. Dunia usaha dan industri terkait akan terguncang. Banyak sekali orang yang bergantung hidupnya dari kedua komoditas tersebut.

Kemandirian pangan membutuhkan pengembangan ekosistem yang mendorong pemanfaatan pangan lokal. Kesadaran konsumen pada nilai etis dan kesehatan membuka peluang bagi produsen pangan untuk menggali alternatif sumber pangan dan inovasi pengolahannya. Selapis konsumen yang memiliki daya beli tinggi dapat menjadi elemen penting dalam menggerakkan pangan lokal.

Salah satu agenda penting dalam mendorong pemanfaatan pangan lokal adalah inovasi dalam pengolahan pangan. Pengolahan pangan adalah transformasi hasil pertanian menjadi pangan, atau dari satu bentuk pangan menjadi bentuk lain. Pemrosesan makanan mencakup banyak bentuk pemrosesan makanan, mulai dari menggiling biji-bijian hingga membuat tepung mentah hingga masakan rumah hingga metode industri kompleks yang digunakan untuk membuat makanan praktis.

Inovasi teknologi pengolahan pangan tak hanya urusan efisiensi biaya dan maksimasi laba. Beberapa metode pengolahan makanan memainkan peran penting dalam mengurangi limbah makanan dan meningkatkan pengawetan makanan, sehingga mengurangi dampak lingkungan total dari pertanian dan meningkatkan ketahanan pangan. Ada nilai-nilai etika di sana.

Pemrosesan makanan primer diperlukan untuk membuat sebagian besar makanan dapat dimakan, dan pemrosesan makanan sekunder mengubah bahan menjadi makanan yang sudah dikenal, seperti roti.

Pemrosesan makanan tersier telah dikritik karena mempromosikan kelebihan gizi dan obesitas, mengandung terlalu banyak gula dan garam, terlalu sedikit serat, dan sebaliknya tidak sehat sehubungan dengan kebutuhan makanan manusia dan hewan ternak.

Dalam konteks membangun value dan budaya pemanfaatan pangan lokal, di tingkat komunitas dapat diinisiasi pemanfaatan lahan pekarangan. Tanaman pangan di pekarangan rumah atau sekitar rumah bisa jadi solusi memperbaiki nutrisi masyarakat, baik tumbuhan pangan liar maupun tanaman pangan lokal. Status gizi masyarakat bisa didapat dari yang ada di sekeliling dan mudah terjangkau.

Pangan liar di pekarangan maupun sekitar rumah, seringkali dianggap sebelah mata. Sebagian orang menilai, sebagai hama, pakan ternak, atau makanan orang miskin. Pangan lokal awalnya juga pangan liar yang dibudidaya turun menurun.

Pemaknaan pangan liar maupun pangan lokal sendiri masih sangat kontekstual pada sosial budaya masyarakat setempat dan dalam berperan pemenuhan gizi masyarakat.

Pengembangan industri pangan lokal

Komoditi pertanian di Indonesia belum sepenuhnya dikelola dengan optimal. Saat ini masih banyak komoditi pertanian yang dipasarkan dalam bentuk bahan segar sehingga belum menghasilkan nilai tambah yang bisa dinikmati oleh petani.

Karena itu pengembangan industri, khususnya industri pangan lokal perlu dikembangkan. Dilihat dari peluang pasar yang ada, industri pangan lokal mempunyai prospek pasar yang baik. Namun demikian para pengusaha pangan lokal masih mempunyai kendala untuk mengembangkan industri pangan yang dimilikinya.

Untuk merancang solusi yang tepat maka seluruh prospek dan kendala yang ada perlu dianalisis secara komprehensif. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang prospek dan kendala pengembangan industri pangan lokal ini. Penelitian dilaksanakan pada sentra produksi pangan lokal di Sumatera Barat.

Industri pangan lokal, khususnya yang berskala kecil merupakan salah satu sumber pendapatan dari sebagian besar penduduk. Untuk mempercepat pengembangannya maka industri pangan lokal yang berskala kecil ini dibina dalam kelompok usaha.

Pembinaan industri pangan lokal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan yang dimilikinya. Kelemahan industri pangan lokal ini antara lain adalah rendahnya penguasaan teknologi pengolahan.

Hasil Penelitian Saikia (2012) menyatakan bahwa dalam berproduksi sebaiknya industri skala kecil menggunakan teknologi padat karya dan dalam penerapannya mengacu pada aspek finansial.

Perpaduan antara aplikasi teknologi dengan aspek finansial merupakan jalan terbaik untuk mempercepat perkembangan usaha kecil. Industri pangan lokal yang umumnya berskala kecil mempunyai potensi untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

Untuk itu diperlukan usaha yang komprehensif untuk mengembangkan industri pangan lokal yanag skala kecil. Akan tetapi industri kecil ini belum bisa berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan karena masalah yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku, mutu produk dan pemasaran (Taib, 2014). Industri pangan lokal dalam skala kecil mempunyai potensi untuk dikembangkan, khususnya dalam era perdagangan bebas.