Stasiun MRT Thamrin Diproyeksikan akan Jadi Titik Transit Penumpang

Stasiun MRT Thamrin Diproyeksikan akan Jadi Titik  Transit Penumpang
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar (tengah) saat mengunjungi (site visit) area proyek Stasiun MRT Thamrin Jakarta, Jumat (28/5/2021). (Dok. ANTARA).

MONITORDAY.COM - Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda), William Sabandar mengatakan Stasiun MRT Thamrin, diproyeksikan akan menjadi stasiun paling ramai dan terbesar, sebab berfungsi sebagai titik transit penumpang.

Oleh karena itu, kata William, Stasiun Thamrin akan menjadi titik temu yang terintegrasi dari kedua jalur MRT, yaitu Utara-Selatan yang menghubungkan Lebak Bulus-Ancol Barat, serta jalur Timur-Barat yang menghubungkan Kalideres-Ujung Menteng.

"Karena ini akan menjadi stasiun terbesar dan teramai. Di sini kan Jalan Kebon Sirih, nanti MRT akan bangun Timur-Barat, di sini terjadi integrasi, akan terjadi pertemuan antara jalur Utara-Selatan dan jalur Timur-Barat," ujar Willian di area proyek Stasiun MRT Thamrin Jakarta, Jumat (28/5/2021).

Maka dari itu, Stasiun MRT Thamrin didesain memiliki 10 pintu masuk/keluar (entrance) sebagai akses penumpang.

Nantinya, diperkirakan ada 150 ribu orang berinteraksi di Stasiun Thamrin apabila nantinya jalur utara-selatan dan timur-barat selesai pengerjaannya.

"Kalau hanya jalur utara-selatan saja, dari HI sampai Ancol, kira-kira sekitar 50 ribu orang. Dibandingkan Bundaran HI, hanya sekitar 20 ribu," ungkap Willy.

Lalu, Stasiun Thamrin ini membentang panjang 440 meter, khususnya meliputi bawah JPO depan Hotel Sari Pacific hingga depan Kementerian ESDM.

Saat ini, pengerjaan Stasiun Thamrin telah meliputi pembuatan dinding penahan (diaphragm wall) dan pengerjaan "guide wall".

Tak serupa seperti Stasiun Monas, pengerjaan konstruksi di Stasiun Thamrin lebih menantang karena area proyek yang lebih sempit, serta adanya keterbatasan area karena rekayasa lalu lintas dari kedua arah Jalan MH. Thamrin.