Soal Virus Corona, MPR: Lebih Khawatir Berdampak Krisis Ekonomi

Yang saya takutkan adalah menyentuh pada krisis ekonomi. Ini bisa dilihat dari nilai dolar dan indikasi indeks saham gabungan.

Soal Virus Corona, MPR: Lebih Khawatir Berdampak Krisis Ekonomi
Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid

MONITORDAY.COM - Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid menyatakan bahwa peristiwa penyebaran virus Corona (Covid 19) di Indonesia lebih dikhawatirkan berdampak pada ketahanan ekonomi. Menurutnya, hal itu bisa dilihat dari indikasi nilai dolar hingga indeks saham gabungan saat ini.

“Yang saya takutkan adalah menyentuh pada krisis ekonomi. Ini bisa dilihat dari nilai dolar dan indikasi indeks saham gabungan,” kata di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (06/03/2020).

Lebih lanjut, Jazilul mengatakan pemerintah harus mampu menghadapi persoalan tersebut. Menurutnya, virus corona jangan sebagai kambing hitam di tengah pengamatan ekonomi. 

“Pemerintah siap tidak mengantisipasi perlambatan ekonomi, penurunan ekonomi akibat virus corona. Jangan sampai virus corona ini dijadikan kambing hitam jika terjadi pelambatan ekonomi, target pertumbuhan ekonomi tidak,” ucapnya.

Politisi PKB itu mengatakan, banyak hubungan dagang yang terganggu dan bahkan juga mengganggu hubungan diplomatik antara negara setelah mewabahkan virus corona di Kota Wuhan China itu yang telah menyebar di 80 negara. 

Selain itu, Jazilul mengatakan sekarang ada puluhan ribu orang yang tidak bisa beribadah umrah. Menurutnya, kalau dibiarkan berlama-lama masyarakat juga akan mengalami ketidakpercayaan kepada negara, lantaran pemerintah tidak mampu untuk berdiplomasi dengan Arab Saudi untuk membuka umrah ini.

“Kalau Indonesia bebas dari virus corona, mestinya bisa. Kenapa kalau pejabat Indonesia menyatakan Indonesia bebas itu tidak dipercaya dan harus presiden yang umumkan?," ujarnya.

Menurut Jazilul, tidak harus presiden yang mengumumkan, baru dua orang. Itu menteri kesehatan di bully banyak orang dan akhirnya membuat juru bicara.

“Saya lihat, ada krisis di situ. Justru masalahnya itu ketidak percayaan kepada aparat pemerintah, khususnya jajaran Kementerian Kesehatan terhadap statement yang disampaikan. Ini jadi krisis karena tidak dipercaya,” pungkasnya.