Siswa SMK Tewas Tawuran, SEMMI Minta Respon Cepat Pemkot dan Polres Tangsel Cegah Perkelahian Pelajar
Perkelahian antar pelajar seakan tiada henti meski telah sering jatuh korban. Dampak yang ditimbulkan dari tawuran itu oleh sebahagian pelajar tidak membuat mereka jera untuk tidak lagi untuk terlibat dalam aksi brutal tersebut, khususnya bagi sejumlah pelajar di Tangerang Selatan.

MONITORDAY.COM - Perkelahian antar pelajar seakan tiada henti meski telah sering jatuh korban. Dampak yang ditimbulkan dari tawuran itu oleh sebahagian pelajar tidak membuat mereka jera untuk tidak lagi untuk terlibat dalam aksi brutal tersebut, khususnya bagi sejumlah pelajar di Tangerang Selatan.
Setelah sebelumnya, Fauzan, salah seorang siswa kelas XII Sasmita Jaya meninggal setelah mengalami luka tusukan dalam tawuran di puspitek pada 31 Juli lalu. Belum lama ini, tepatnya tanggal 31 Oktober, tawuran pelajar terjadi kembali di daerah bintaro yang menyebabkan Muhammad Kindy, salah satu siswa Sasmita Jaya kembali tewas setelah dikeroyok oleh pelajar sekolah lainnya.
Menanggapi hal ini, Ketua Bidang Perguruan Tinggi dan Kepemudaan SMMI Tangerang Selatan, Aan Dirga mengatakan kedua kejadian ini secara tidak langsung telah mencoreng nama baik Tangerang Selatan sebagai salah satu kota layak anak. Tidak hanya itu, menurutnya, ini bertolak belakang sebagai sebuah kota layak anak karena pada kenyataannya masih saja terjadi kekerasan terhadap anak.
" Sepertinya, kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah efektif yang dilakukan oleh para pelajar, " kata aktivis Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia dalam keterangan medianya, Tangerang Selatan, Minggu (4/11/2018)
Di satu sisi, dia menyayangkan masih lambatnya pencegahan agar kejadian yang sama tidak terulang, khususnya dari pihak keamanan
" Jajaran Polres Tangsel terutama ditingkat Kecamatan seperti Polsek seharusnya menjadi alat utama dalam mencegah hal tersebut dapat terjadi," ujarnya.
Selain itu, dia mengharapkan keberadaan tim khusus pengamanan polres Tangsel seperti tim Viper perlu ditingkatkan dan dioptimalkan dalam menjaga daerah rawan keamanan di wilayah Tangsel dari kejahatan jalanan, perampokan,tawuran dan balapan liar.
Lebih jauh, dia menyebutkan dengan beberapa kejadian yang melibatkan sekolah di lingkungan Tangsel, maka sudah menjadi kewajiban Dinas Pendidikan Tangsel untuk ikut bertanggung jawab atas kejadian perkelahian pelajar serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar seluruh sekolah di Tangerang Selatan.
"Jika terus dibiarkan tidak menutup kemungkinan hal ini akan terus berlanjut. Dinas pendidikan tidak hanya meningkatkan sosialisasi. Tidak hanya itu, Dindikbud Tangsel juga harus memberi sanksi serta menindak tegas sekolah yang terbukti melakukan pembiaran kepada siswanya untuk melakukan kekerasan," imbuhnya.
Aan berkeyakinan jika seluruh stakeholder bersama melakukan langkah kongkrit untuk memutus mata rantai kekerasan pelajar, maka tawuran bisa terdeteksi dari awal dan bisa dicegah dan dihindari.
" Saya kira sebagai kota layak anak, sudah seharusnya Tangsel dan stakeholdernya melakukan upaya pendeteksian dini dan preventive sebelum tawuran itu terjadi, jangan baru ada korban baru merespon. Jika perlu medsos masing-masing siswa dipantau oleh bagian konseling sekolah. Begitu pula peran orang tua untuk mengawasi pergaulan anak-anaknya. Karena kalau lihat kejadian tawuran di bintaro itu, para pelajar mengunakan media sosial untuk berkomunikasi mengatur waktu dan tempat perkelahian antar pelajar tersebut," pungkasnya.
Sebelumnya, tawuran pelajar yang melibatkan tiga sekolah yakni SMK Sasmita Jaya, SMA Averus dan SMK 12 Tangerang terjadi di kolong Deplu Raya Bintaro, Jakarta Selatan, pada Rabu, 31 Oktober 2018 sekitar pukul 22.00 WIB.