Selamat dan Sukses, Orangutan Jadi Direksi Perusahaan Sawit, Gimana Kalau Jadi Mendag

MONITORDAY.COM - Belum lama ini sebuah perusahaan kelapa sawit di Malaysia, Mun Kee Ma-Jik Bhd, menunjuk orangutan menjadi Dewan Direksinya.
Dikutip dari https://www.eco-business.com, sebuah langkah bersejarah menuju keragaman direksi dan secara global merupakan contoh pertama penunjukan Direktur “non-manusia” yang menjadi direksi sebuah perusahaan.
Pengangkatan Orangutan tersebut berlaku efektif pada Jum'at (1/4/2022)
Perusahaan Malaysia percaya bahwa Orangutan akan membantu perusahaan dalam mengelola konflik manusia-hewan yang telah lama diperdebatkan di industri kelapa sawit.
Langkah ini selanjutnya diharapkan dapat memandu perusahaan dalam strategi ekspansi yang bertanggung jawab.
Orangutan yang ditunjuk sebagai direksi tersebut bernama Aman, adalah orangutan Kalimantan berusia tujuh tahun. Dia menjadi yatim piatu saat masih bayi ketika orang tuanya meninggal dalam kebakaran hutan. Aman telah mendapatkan popularitas besar selama bertahun-tahun karena keterampilan bersosialisasi dan sikap tenangnya yang unik.
Aman bisa menunjukkan empati terhadap orangutan yang stres dan menurut perusahaan ini merupakan aset besar untuk itu. Aman akan bertindak sebagai Penasihat Khusus Direksi dan akan membantu perusahaan mengelola konflik antara manusia - hewan di daerah di mana perusahaan memperluas perkebunannya.
Tidak seperti direksi pada umumnya yang memperoleh gaji dengan uang, namun Aman, akan dibayar dengan pisang dan diberikan cuti pada Hari Orangutan Internasional yang jatuh setiap 19 Agustus.
Diungkapkan Chief Sustainability Officer Mun Kee Ma-Jik Bhd, Dr. Gurin Woscher, Aman akan membantu mengembangkan keterlibatan pemangku kepentingan dan rencana pertumbuhan yang bertanggung jawab serta menambahkan dimensi lain pada kebijakan persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (FPIC).
Dengan kata lain FPIC merupakan prinsip ini digunakan oleh perusahaan sawit untuk memastikan partisipasi dari tingkat bawah masyarakat lokal sebelum dilakukan mengembangkan lahan. Dalam persetujuan prinsip tersebut untuk pertama kalinya harus memperoleh persetujuan dari komunitas non-manusia melalui penunjukan Aman.
Lebih lanjut tutur Gurin Woscher, orangutan tidak merusak lingkungan mereka sendiri, sementara manusia bisa melakukan perusakan. Sehingga kerap terjadi insiden penyerangan orangutan terhadap pejabat perusahaan lantaran dianggap mengancam rumah mereka.
“Dengan membawa salah satu perwakilan mereka menjadi direksi, perusahaan mengharapkan keuntungan yang lebih besar dengan membantu perusahaan mengelola wilayah konflik secara sensitif,” tandas Gurin Woscher.