Seiring Kenaikan Pendapatan Negara, Luhut Optimis Anggaran TNI Akan Dinaikan

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menjelaskan bahwa saat ini pemerintah mengalokasikan belanja pertahanan sebesar 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB). Ke depan, alokasi akan ditingkatkan seiring dengan peningkatan penerimaan pajak.

Seiring Kenaikan Pendapatan Negara, Luhut Optimis Anggaran TNI Akan Dinaikan
Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan/net

MONITORDAY.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menjelaskan bahwa saat ini pemerintah mengalokasikan belanja pertahanan sebesar 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB). Ke depan, alokasi akan ditingkatkan seiring dengan peningkatan penerimaan pajak.

Hal tersebut sesuai dengan aturan pemerintah yang menyatakan kenaikan anggaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan disesuaikan dengan pertumbuhan pendapatan negara. Luhut mengungkapkan saat ini pajak berkontribusi sebesar 83,1 persen penerimaan negara. Melalui reformasi fiskal, dia meyakini tahun depan penerimaan pajak naik dengan rasio pajak 11-12 persen.

“Secara rasional anggaran untuk TNI dapat bertambah menjadi Rp 150 triliun - Rp 200 triliun dalam dua sampai empat tahun ke depan. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan, pendidikan, dan persenjataan dengan membangun industri pertahanan dalam negeri,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu, (28/11).

Menurut Luhut, Guna mendukung rencana pemerintah tersebut, stabilitas dalam negeri mutlak diperlukan. Menurutnya, salah satu peran penting TNI adalah menjaga stabilitas nasional dengan tetap mengedepankan netralitas.

Luhut menambahkan TNI pun memiliki peran penting dalam implementasi strategi pembangunan Indonesia. Selain fungsi pertahanan dan keamanan, TNI juga ikut berperan dalam membantu implementasi program pembangunan seperti pertanian dan dana desa.

Terkait peringkat, Luhut optimistis akan semakin membaik dengan mengacu pada fundamental ekonomi Indonesia. Indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi yang sehat, inflasi rendah, menurunnya tingkat kemiskinan dan rasio gini dan didukung dengan pengolahan kebijakan fiskal yang penuh kehati-hatian.

“Jika pada 2000 kita berada di peringkat 24 dunia maka pada 2017 kita berada di peringkat 16 dunia,” ungkapnya.

“Situasi ini akan membawa dampak luas pada generasi 10 tahun ke depan sepanjang bisa menjaga denyut perkembangan ekonomi kita sekarang dengan kinerja yang transparan, profesional, terintegrasi,” imbuh Luhut.