Saran Sandiaga Terkait Produksi Migas dan Ketahanan Energi

Disamping ketahanan pangan kita juga perlu menyiapkan ketahanan energi. Beras tidak akan menjadi nasi tanpa gas mengalir di kompor dapur. Percuma saja punya mobil jika tak ada atau mahal BBM. Indonesia harus memiliki kalkulasi akurat setidaknya untuk 20 tahun ke depan. Proyeksi pada 2030, produksi minyak nasional bisa mencapai satu juta barel per hari (BPOD). Sementara untuk gas 12.000 MMSCFD.

Saran Sandiaga Terkait Produksi Migas dan Ketahanan Energi
Sandiaga Uno

 

MONDAYREVIEW.COM – Disamping ketahanan pangan kita juga perlu menyiapkan ketahanan energi. Beras tidak akan menjadi nasi tanpa gas mengalir di kompor dapur. Percuma saja punya mobil jika tak ada atau mahal BBM. Indonesia harus memiliki kalkulasi akurat setidaknya untuk 20 tahun ke depan. Proyeksi pada 2030, produksi minyak nasional bisa mencapai satu juta barel per hari (BPOD). Sementara untuk gas 12.000 MMSCFD.

Minyak dan gas masih dibutuhkan bahkan ketika era listrik dan energi terbarukan sudah di depan mata. Perlu waktu transisi yang cukup panjang untuk berpindah dari energi fosil. Industri hulu migas memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia hingga saat ini karena selain menyediakan sumber energi utama migas, juga lokomotif ekonomi yang dampaknya berantai.

Bisnis migas memang lesu. Bahkan dapat dikatakan terpuruk. Penerimaan negara pada sektor migas dalam beberapa tahun cenderung menurun. Penyebabnya, selain karena produksi migas yang turun dan lapangan yang sudah tua, serta harga minyak dunia yang cenderung turun.

Indonesia memang pernah menjadi eksportir minyak. Di era Ibnu Sutowo hingga Subroto minyak menjadi primadona. Kini makin padat penduduk dan makin banyak kendaraan serta mesin yang membutuhkan energi. Kita menjadi importir. Apalagi Indonesia termasuk sangat terlambat dalam pembangunan kilang minyak.

Saat ini, eksplorasi industri migas semakin ditingkatkan, terutama setelah di PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di bawah pengawasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Migas (SKK Migas) menuntaskan survei dua dimensi (2D) Komitmen Kerja Pasti (KKP) Jambi Merang di area terbuka.

Dengan tenaga ahli dari Direktorat Eksplorasi Pertamina dan pakar seismik dari PT Elnusa Tbk (ELSA) yang diangkut menggunakan kapal Elsa Regent, PHE Jambi Merang menyelesaikan survei seismik 2D sepanjang 32.200 kilometer atau 107,3 dari target yang ditetapkan sepanjang 30.000 kilometer.

Survei seismik 2D Jambi Merang di kawasan lepas pantai merupakan aktivitas eksplorasi terbesar selama satu dekade terakhir, karena melewati perairan Seram hingga Natuna. Survei mencakup 35 cekungan dari 128 cekungan di Indonesia. Saat ini, Indonesia memiliki 128 cekungan, masih ada 68 cekungan yang belum dieksplorasi untuk mengurangi ketergantungan impor.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menargetkan proyek pengembangan kilang atau Refinery Development Masterplan Programe (RDMP) Dumai, Balikpapan, Balongan, dan Cilacap. Untuk kilang baru atau Grass Rott Refenery (GRR) di Bontang dan Tuban rampung pada 2027.

Pemerintah akan melakukan penyelarasan kebijakan agar iklim investasi migas dapat menarik investor, di antaranya melalui kebebasan memilih skema kontrak kerja sama (Production Sharing Contract/PSC), di mana antara PSC bagi hasil kotor (Gross Split) atau PSC pengembalian biaya operasi (Cost Recovery).

Sementara itu, pengusaha nasional, pemilik PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan untuk mencapai target produksi minyak nasional satu juta BPOD dan 12.000 MMSCFD itu ada strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Untuk strategi jangka pendek dengan menerapkan teknologi-teknologi yang baru untuk sumur-sumur yang saat ini berproduksi agar dapat meningkatkan produksinya dengan metode secondary dan tertiary recovery.

Penerapan teknologi tersebut dapat dilakukan di sumur-sumur yang berproduksi seperti di blok ex Chevron, Rokan, Mahakam, dan beberapa blok yang selama ini menghasilkan produksi lima besar migas di Nusantara. Dengan penerapan teknologi dan investasi dengan teknik-teknik recovery yang baru, maka akan mampu meningkatkan produksi (migas, red.) untuk jangka pendek.

Strategi jangka menengah, kata Sandiaga yang pernah maju sebagai Calon Wakil Presiden RI periode 2019-2024 itu, menyarankan untuk melakukan survei seismik tiga dimensi (3D) pada blok-blok yang akan dieksplorasi maupun blok yang sudah dilakukan eksplorasi, serta dilakukan pengeboran secara sporadis untuk memastikan peningkatan produksi migas.

Untuk jangka panjang harus hati-hati terhadap keberlanjutan industri minyak dengan harga 40-45 dolar Ameriksa Serikat per barel serta harus memiliki pendekatan untuk mengejar produksi sekarang atau peningkatan produksinya untuk skala yang bertahap.

Sandiaga juga menyarankan untuk strategi jangka panjang dengan membuka eksplorasi di blok baru dan memberikan insentif bagi produksi yang agak tersendat seperti blok Masela dan blok Indonesia Deep Water Development (IDD) yang selama ini terkendala reformasi, birokrasi dari peraturan perundang-undangannya.

Dengan mendorong terjadinya eksplorasi di cadangan-cadangan di blok-blok baru, kita akan melakukan peningkatan Original Oil in Place (OOIP), dari cadangan impossible menjadi probable, dan dari probable menjadi prubent, setelah menjadi riset akan menjadi garansi untuk meningkatkan produksi migas kita. Begitu saran Sandiaga.