Rusia Mitra Strategis Indonesia dalam Membangun Pendidikan dan Riset

MONITORDAY.COM - Indonesia harus mampu memanfaatkan hubungan diplomatik dengan Rusia demi kepentingan nasional terutama dalam penguasaan teknologi melalui pendidikan dan riset. Kerjasama saling menguntungkan antar kedua belah fihak akan sangat berarti dalam membangun perdamaian dunia dan keseimbangan global. Dari perjalanan 71 tahun hubungan diplomatik kita dengan Rusia perlu dikembangkan dan dimanfaatkan demi kemajuan bersama.
Hal tersebut menjadi salah satu pokok pikiran dalam Diskusi Virtual Kopi Pahit bersama Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Belarusia Jose Antonio Morato Tavares dengan tema Memaknai 71 Tahun Hubungan Diplomatik Antara Indonesia dan Rusia pada Sabtu (31 Juli 2021).
Kekuatan Federasi Rusia secara militer tercermin dari kepemilikan 6.300 hulu ledak nuklir. Meski Uni Sovyet terpecah namun kekuatan Federasi Rusia secara militer masih sangat kuat. Jika bertarung dengan Amerika Serikat yang juga memiliki ribuan hulu ledak nuklir maka dunia akan hancur dan tak ada yang akan menang. Kalah jadi abu menang jadi arang. Sehingga dominasi militer AS masih memiliki pesaing kuat dalam menjaga keseimbangan global.
Hubungan dengan AS dan Barat kurang baik saat ini diwarnai dengan sanksi ekonomi dari Barat yang juga dibalas dengan pemberlakuan sanksi balasan dari Rusia. Sementara itu ada kepentingan ekspor yang besar ke Amerika dan Eropa Barat yang terhambat dan potensial untuk dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai sesama anggota Eurasian Economic Union.
Dubes Jose Tavares yang sudah berkarier 34 tahun menegaskan bahwa Rusia sangat luas ada 11 zona waktu dengan panjang wilayah hampir sepertiga. Pendapatan per-kapita Rusia saat ini ada pada kisaran USD 11 000 dengan 147 juta penduduk.
Dikutip dari berbagai sumber, Rusia adalah negara dengan Indeks Pembangunan Manusia urutan ke 49 dunia dan tergolong sangat tinggi. Tingkat pendidikan dan kualitas SDM Negeri Beruang Putih ini menjadikan Rusia sangat kuat dan tahan menghadapi sanksi ekonomi Barat. Bahkan sanksi tersebut justru menjadikan Rusia semakin meningkatkan kemandiriannya.
Rusia kini menganut free market atau pasar bebas. Berbeda dengan saat menjadi bagian dari Uni Sovyet yang relatif tertutup. Sebagai kekuatan ekonomi ke 11 dunia posisi Rusia sangat strategis sebagai mitra dagang bagi Indonesia. Kondisi dan latar belakang sosial politiknya sudah sangat berbeda dengan masa Uni Sovyet.
Kekuatan ekonomi Rusia selama ini juga didukung dengan potensi energinya. Sektor utama migas, minyak terbesar ketiga di dunia dengan kapasitas produksi 11,29 juta barel per hari. Produksi gasnya juga sangat tinggi memgingat Rusia memiliki 19,1 persen cadangan gas dunia. Dunia mengenal tokoh bisnis populer Roman Abramovich sebagai raja minyak Rusia saat konglomerat itu mengambil kepemilikan mayoritas klub sepak bola Inggris Chelsea.
Salah satu keunggulan Rusia adalah penguasaan peknologi cutting edge sehingga termasuk yang terdepan di dunia. Rusia bersedia melakukan berbagai kerjasama dengan Indonesia terkait dengan pendidikan dan riset. 'Cutting edge', merujuk pada sesuatu yang sangat maju atau terbaru, mengacu pada sesuatu yang terbaru, paling canggih dari jenisnya.