Ritualitas Umroh, Simbol Kejuangan Hidup Manusia

Jika ada satu kota yang tak pernah berhenti berdenyut, Makkah atau Bakkah adalah salah satunya. Terutama di musim haji atau umroh, setiap detik ribuan orang selalu berlalu lalang. Silih berganti menuju baitullah, Masjidil Harram.

Ritualitas Umroh, Simbol Kejuangan Hidup Manusia
Suasana Tawaf di Masjidil Harram, Foto: Ma'ruf/Monitorday.

MONITORDAY.COM - Jika ada satu kota yang tak pernah berhenti berdenyut, Makkah atau Bakkah adalah salah satunya. Terutama di musim haji atau umroh, setiap detik ribuan orang selalu berlalu lalang. Silih berganti menuju baitullah, Masjidil Harram.

Terang saja, karena tiap tahun animo masyarakat muslim dunia untuk menjalankan ibadah umroh kian meningkat. Mengingat, panjangnya daftar tunggu ibadah haji. Tercatat, berdasarkan data Kemenag RI, total jamaah umrah Indonesia tahun 2018 mencapai 1.050.000 orang. Sementara hingga April 2019 jamaah umroh asal Indonesia sudah mencapai 849.000 orang. Jumlah ini menjadi yang terbanyak kedua setelah jamaah haji asal Pakistan.

Di siang hari, meski matahari begitu terik, ribuan jamaah umrah tetap berduyun-duyun ke Masjidil Haram. Ada yang melaksanakan shalat fardu, tadarus, melaksanakan rangkaian umroh (tawaf dan sa’i), tawaf sunah, atau sekadar beri’tikaf di area perluasan masidil haram.

Area Perluasan Masjidil Harram

Jika di area utama dekat ka’bah aktifitas jamaah lebih banyak yang melakukan umrah, tawaf sunah dan menunggu hingga datang waktu shalat, di area perluasan kita bisa mengikuti beberapa halaqah seperti kita jumpai di Masjid Nabawi sehabis shalat ashar.

Di malam hari, banyak jamaah haji atau umrah tetap banyak yang berangkat menuju Masjidil Haram, karena cuaca tidak begitu panas. Mereka melakukan tawaf sunah, shalat di Hijir Ismail, berdoa di atau berdoa di multazam (tempat di antara pintu ka’bah dan hajar aswad).

Jelang akhir pekan (mulai malam jum’at), Masjidil haram kian padat. Selain karena para jamaah umroh dari berbagai negara mulai berdatangan, banyak warga lokal Saudi yang mendatangi Mekkah untuk melaksanakan umrah atau melaksanakan tawaf sunah, dan shalat fardu. Mereka datang dari Riyadh, Jeddah, maupun Madinah.

Warga lokal Arab Saudi biasanya memarkir mobil mereka di Kuday Parking yang letaknya sekitar 4 km dari Masjidil Haram. Dari Kuday Parking, banyak taksi yang bisa disewa untuk mengantar ke Masjidil Haram. Adapun jamaah haji dan umrah dari luar Indonesia biasanya memilih hotel yang tidak jauh dari Masjidil Haram sehingga cukup berjalan kaki.

Pelataran depan Pintu Utama Masjidil Harram

Dalam perjalanan dari hotel menuju Masjidil Haram banyak hal menarik bagi jamaah haji dan umrah dari luar Arab Saudi. Jamaah bisa melihat toko yang tutup saat waktu solat tiba. Hal ini unik karena pembeli yang masih ada dalam toko harus menyudahi belanja saat waktu solat tiba.

Para pedagang melaksanakan solat berjamaah di masjid berdekatan dengan kios mereka. Terkadang masjid-masjid tersebut tidak muat menampung jamaah, sehingga banyak jamaah yang melaksanakan solat di luar masjid, pelataran antara zam-zam tower dan bab Malik Abdul Aziz. Saat shalat usai, jamaah yang tak ikut masuk bergantian masuk, melakukan tawaf dan sebagainya.

Begitulah gambaran aktivitas para jamaah umroh di masjidil Haram, penuh dengan ritualitas simbolik yg menggambarkan kejuangan hidup manusia. Para jamaah, seperti dipaksa untuk bergerak (tawaf, sa’i, ritual shalat, meraih hajar aswad, mengantri di Hijr Ismail, atau sekadar meminum air zam-zam) semua harus berdenyut. Bila tidak, bukan saja kita kehilangan momentum akibat terbatasnya visa, namun juga kantuk yang kian terasa. Dalam jangka panjang, kediaman kita niscaya membuat kita kian lelap, dan hampa saat menutup usia. [ ]