Resesi Atau Tidak Rakyat Kecil Sudah Menderita
Jangan terpaku pada angka pertumbuhan ekonomi semata. Ada hal-hal yang lebih substansial bagi rakyat kecil pada situasi ekonomi saat ini. Tak banyak pengaruh nyata jika pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020 akan minus atau negatif. Tak penting bagi mereka yang hidupnya sudah sulit jika negara ini masuk ke kondisi resesi. Hal ini diungkapkan oleh Direktur CORE Indonesia Muhammad Faisal dalam Diskusi Daring Kopi Pahit bertema Kalahkan Resesi dan Hadapi Pandemi yang diselenggarakan oleh Monday Media Group pada Minggu (16/8/2020).

MONDAYREVIEW.COM- Jangan terpaku pada angka pertumbuhan ekonomi semata. Ada hal-hal yang lebih substansial bagi rakyat kecil pada situasi ekonomi saat ini. Tak banyak pengaruh nyata jika pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020 akan minus atau negatif. Tak penting bagi mereka yang hidupnya sudah sulit jika negara ini masuk ke kondisi resesi.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur CORE Indonesia Muhammad Faisal dalam Diskusi Daring Kopi Pahit bertema Antisipasi Resesi dan Melawan Pandemi yang diselenggarakan oleh Monday Media Group pada Minggu (16/8/2020).
Dilihat dari indikator makro kita pernah mengalami situasi yang lebih buruk. Saat krisis moneter 1997 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia turun (-13,16%) pada 1998, bertumbuh sedikit (0,62%) pada tahun 1999 dan setelah itu makin membaik. Namun pada saat itu sektor finansial yang paling terdampak. Sementara UMKM masih dapat bernafas dan menopang pemulihan ekonomi.
Saat itu perbankan yang harus diselamatkan hingga terjadi skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Hingga kini rakyat yang masih harus ikut menanggung beban utang. Sementara para bankir konglomerat melenggang bagai tak tersentuh oleh upaya penegakan hukum. Kalaupun ada pengusutan semakin lama justru kasusnya terlihat semakin kusut.
Salah satu dampak resesi atau krisis ekonomi adalah ledakan jumlah pengangguran. Simulasi yang dilakukan tim CORE Indonesia menunjukkan bahwa pertambahan pengangguran akan sangat signifikan. Pada kuartal II 2020 sudah ada penambahan antara 4,2% -9,5%. Hingga tahun 2021 jumlah pengangguran bisa naik pada kisaran 8,2% hingga 11,%.
Sementara angka kemiskinan pada tahun 2021 menurut Tim CORE Indonesia dapat mencapai 11%-14%. Hal itu dapat terjadi bila tak ada intervensi dari Pemerintah. Dengan bantuan langsung tunai dan berbagai skema jaring pengaman sosial Indonesia dapat berharap pada kondisi yang tak seburuk prediksi itu.
Masyarakat kelas menengah yang memiliki cukup uang berada dalam posisi khawatir sehingga tidak banyak membelanjakan uangnya. Padahal belanja konsumsi oleh kelas menengah yang paling banyak dan signifikan jumlahnya. Mereka lebih banyak menyimpan dananya di bank. Terbukti makin meningkatnya Dana Pihak Ketiga di bank.
Kelas menengah juga banyak menyimpan dananya dalam bentuk aset likuid yang aman seperti emas. Harga emas cenderung naik saat pandemi. Hal ini menujukkan instrumen investasi ini menjadi incaran mereka yang memiliki cukup dana. Menabung dalam bentuk emas menjaddi salah satu pilihan saat kondisi tak menentu dan nilai tukar mata uang suatu negara dapat terjun bebas seketika.
Sementara Ekonom Universitas Terbuka Etty Puji Lestari menegaskan bahwa UMKM sangat terdampak oleh pandemi dan kebijakan Pemerintah belum sepenuhnya dirasakan. Subsidi listrik sebenarnya termasuk yang paling banyak diharapkan. Namun bagi industri besarannya masih belum signifikan.
Program penghapusan bunga pinjaman juga belum dirasakan. Walaupun Pemerintah memiliki niat baik dengan skema tersebut pada kenyataannya Bank hanya memberikan penjadwalan ulang atas pengembalian kredit.
Negeri jiran Singapura dan Malaysia mengalami resesi yang cukup dalam. Namun demikian kondisi riil masyarakatnya yang lebih sejahtera berbeda dengan sebagian rakyat Indonesia yang mengandalkan pendapatan harian. Hanya memiliki sedikit tabungan bahkan banyak yang tak memiliki tabungan sama sekali.