Sepak Bola, Fair Play, dan Cermin Mentalitas Bangsa
Di tengah prestasi dan potensi para pemain dan generasi baru sepak bola Indonesia yang menjanjikan, tercetus keprihatinan yang mendalam. PSSI dilanda kasus yang mencoreng sportivitas olahraga paling populer ini. Kasus Mafia Bola dan pengaturan skor pertandingan.

MONDAYREVIEW. COM – Di tengah prestasi dan potensi para pemain dan generasi baru sepak bola Indonesia yang menjanjikan, tercetus keprihatinan yang mendalam. PSSI dilanda kasus yang mencoreng sportivitas olahraga paling populer ini. Kasus Mafia Bola dan pengaturan skor pertandingan.
Publik bola begitu geram. Gairah dan dukungan yang diberikan kepada tim-tim yang berlaga di liga ternyata dicemari oleh perilaku yang sama sekali bertentangan dengan prinsip sportivitas. Tontonan menarik di lapangan hijau tak ubahnya drama yang sudah tersusun skenarionya. Publik dibohongi dan dikhianati akal sehatnya demi kepentingan segelintir oknum yang mengambil keungtungan besar di balik pengeturan skor pertandingan.
Kasus mafia bola menyeret pucuk pimpinan PSSI. Perkara pidana yang memperlihatkan upaya serius perlu diperlihatkan untuk memeranginya. Twitter Divisi Humas Mabes Polri pada Rabu (12/3/2019) merilis informasi pertemuan anatar Kaolri dengan 18 Manajer Klun Sepak Bola Tanah Air.
Kapolri, Jenderal Polisi Prof. H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D., menerima langsung audiensi dari 18 manajer klub sepak bola Liga 1 di Rumah Dinas Kapolri, Jakarta Selatan, Selasa (12/3). Kehadiran para manajer sepak bola tersebut dalam rangka menyatakan komitmen untuk mengikuti Liga 1 secara fair play & menjunjung tinggi sportifitas.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolri didampingi oleh Kasatgas Anti Mafia Bola Polri Brigjen Pol. Drs. Hendro Pandowo, M. Si., dan Wakasatgas Anti Mafia Bola Polri Brigjen Pol. Krishna Murti, S.I.K., M. Si. Demikian dikutip dari twitter Divisi Humas Mabes Polri.
Kasus yang berawal dari laporan mantan manajer Persebara Banjarnegara atas dugaan pengaturan skor dalam pertandingan antara klubnya dengan Persekabpas Pasuruan itu membuka skandal yang memperlihatkan bobroknya penyelenggaraan kompetisi di tanah air. Mafia bola telah mengatur bagaimana tim liga 3 bisa promosi ke liga 2 dan seterusnya.
Pengaturan skor itu diduga menggunakan modus operandi suap kepada wasit. Oknum komisi wasit, komisi disiplin, dan exco PSSI terlibat dalam kasus itu. Hal yang menandai pengkhianatan terhadap prestasi sepak bola tanah air sekaligus menistakan nalar dan simpati publik pada nilai-nilai sportivitas yang dipegang publik pecinta bola.