Ranieri dari Kisah Dongeng Menjadi Mimpi Buruk

Di Liga Inggris, posisi Si Rubah mengkhawatirkan. Berada di peringkat ke-17 dan hanya terpaut satu poin dari zona degradasi.

Ranieri dari Kisah Dongeng Menjadi Mimpi Buruk
Claudio Ranieri (The Sun)

MONDAYREVIEW.COM – Musim 2015-2016 adalah kisah dongeng bagi Leicester City. Diantara kekuatan sejarah dan finansial yang mapan, Leicester berhasil menyeruak menjadi juara Liga Inggris. Puja-puji pun berhamburan. Inspirasi pun bermunculan, bahwa siapa pun bisa menjadi pemenang dengan segala keterbatasan.

Kasper Schmeichel puts the crown on Ranieri's head

Namun kisah dongeng itu 9 bulan kemudian menjadi mimpi buruk. Hal itu terindikasi pada pemecatan pelatih Claudio Ranieri pada Kamis malam waktu setempat (23/2). Sang juara bertahan memang menunjukkan grafik menurun pada musim ini. Sejumlah data menunjukkannya, seperti The Foxes yang kalah pada tujuh dari sembilan pertandingan terakhirnya. Yang teranyar di Liga Champions, pada leg pertama babak 16 besar Leicester takluk 1-2 atas Sevilla.

Di Liga Inggris, posisi Si Rubah mengkhawatirkan. Berada di peringkat ke-17 dan hanya terpaut satu poin dari zona degradasi. Leicester hanya mampu menuai lima kemenangan dalam 25 pertandingan Liga Inggris.

Secara statistik dari 25 pertandingan, Leicester City merupakan tim juara bertahan terburuk dalam catatan poin sepanjang sejarah Liga Inggris. Leicester City tahun 2017 lebih miris dari Ipswich tahun 1963, Aston Villa tahun 1982, Liverpool tahun 1924, dan Sheffield United tahun 1899.

Perbandingan dengan Kisah Dongeng Musim Lalu

Leicester jika dibandingkan dengan musim lalu memang begitu jauh perbedaannya. Pada musim 2015-2016 dari 26 partai, tim asuhan Claudio Ranieri mencatatkan 53 angka. Pada musim 2016-2017 dari 25 partai hanya mendulang 21 angka. Pada musim lalu, The Foxes hanya kalah 3 kali, bandingkan dengan 14 kekalahan yang telah diraih hingga kini di Liga Inggris.

Resep sukses Leicester City ketika meraih juara Liga Inggris adalah pertahanan yang kokoh, organisasi yang solid, dan serangan balik cepat bertumpu kepada Jamie Vardy dan Riyad Mahrez.

Terbukti pada musim lalu Si Rubah sepanjang musim hanya kebobolan 36 gol di Liga Inggris. Namun pada musim ini sudah 43 gol bersarang dari 25 partai. Sedangkan juru gedornya Jamie Vardy berhasil mendonasikan 24 gol dari 36 pertandingan yang dilakoninya di Liga Inggris.

Vardy celebratesVardy celebratesHasil gambar untuk claudio ranieri sad

Ranieri dan Gelar Juara Liga Inggris

Didepaknya Ranieri ini mengingatkan pada sosok Jose Mourinho. Mourinho yang membawa Chelsea menjadi juara Liga Inggris musim 2014-2015 pada musim berikutnya dipecat seiring penurunan prestasi Chelsea.

“Leicester City Football Club malam ini (Kamis) berpisah dengan manajer tim pertama, Claudio Ranieri,” kata klub Leicester dalam pernyataan resmi.

Sekalipun dipecat, sosok Ranieri akan terus dikenang dalam sejarah sepak bola. Bagi Leicester yang berhasil membawa tim tersebut meraih kejayaan terbesarnya sepanjang sejarah 133 tahun klub tersebut. Dan bagi sepak bola untuk percaya bahwa mimpi, kerja keras bisa berbuah juara.