Radikalisme Kembali Marak, Haedar Nashir Rekomendasikan 3 Langkah Strategis
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir lontarkan 3 langkah strategis untuk menangkal radikalisme. Tiga saran itu ia lontarkan untuk merespons peristiwa bom Kartasura beberapa hari lalu.

MONITORDAY.COM – Meski tak berdaya ledak tinggi dan tak cukup besar menyita perhatian publik, namun terror bom bunuh diri jelang lebaran di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (3/6/2019) namun peristiwa ini patut diwaspadai.
Pertama, adanya indikasi ancaman radikalisme pasca Pilpres yang kian kentara. Perilaku elite dan kualitas demokrasi yang buruk seperti pernah disinyalir LIPI telah menjadi salah satu penyebab munculnya radikalisme pasca Pilpres.
Kedua, karena peristiwa terror bom Kartasura telah membuktikan betapa media sosial dengan sangat mudahnya dijadikan alat untuk menyebarkan paham radikalisme terutama kepada kaum milenial.
Dengan kondisi tersebut, tiga saran strategis dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir untuk menangkal radikalisme bisa diterapkan. Tiga saran itu ia lontarkan untuk merespons peristiwa bom Kartasura beberapa hari lalu.
"Kami prihatin masih ada bom dan berharap hal seperti ini tidak terulang, oleh karena itu penting untuk dilakukan beberapa hal," ujar Haedar seusai acara syawalan di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (5/6/2019).
Pertama, pihak kepolisian mesti menegakkan hukum seadil-adilnya dan transparan. Menurut Haedar, pelaku teror perlu digiring ke pengadilan supaya akar persoalan bisa terungkap.
"Kalau dulu ditembak dan mati, sekarang pendekatannya lebih soft tetapi tetap di jalur hukum," ucapnya.
Haedar menilai dengan membawa kasus itu ke pengadilan, maka motif pelaku serta jaringan di belakangnya bisa diketahui dengan jelas.
Kedua, pemerintah perlu memiliki strategi yang lebih progresif dalam memecahkan masalah kesenjangan. Berbagai macam kekerasan tumbuh dalam situasi yang antagonis, terutama kesenjangan sosial.
Haedar menuturkan tak jarang orang menjadikan itu sebagai pembenaran untuk melakukan tindakan anarkistis. Oleh sebab itu, persoalan kesenjangan sosial harus menjadi perhatian dan segera dicarikan cara untuk mengatasinya.
Ketiga, masyarakat harus punya strategi kebudayaan, yakni menjadikan gotong-royong dan kebersamaan untuk menciptakan situasi sosial yang kondusif dan ada zona tidak toleran terhadap berbagai kekerasan.
"Kekerasan bisa tumbuh dalam konteks aktualisasi massa, kalau dulu ada gerakan petani radikal, kalau sekarang politik radikal," ucapnya.
Haedar meyakini radikalisme politik muncul karena masyarakat marah, sehingga harus ada banyak ruang sosial yang diciptakan bersama.