Protokol Normal Baru : Tak Hanya Soal Aturan dan Kebiasaan

Pelonggaran pembatasan di tengah wabah yang belum terkendali menghadirkan era New Normal (Normal Baru). Apa yang disepakati normal di masa lalu harus bergeser. Banyak hal yang dibolehkan di masa sebelum pandemi akan dilarang pada masa yang akan datang. Ketentuan baru ditetapkan berikut berbagai sanksinya.

Protokol Normal Baru : Tak Hanya Soal Aturan dan Kebiasaan
ilustrasi normal baru/ net

MONDAYREVIEW.COM - Pandemi belum berlalu. Sudah lebih dari dua bulan ‘lockdown’ dan pembatasan dilakukan di beberapa negara.  Banyak juga yang sudah turun signifikan. Namun agaknya terjadi pergeseran episenter. Di beberapa negara angkanya terus menanjak persebaran infeksi dan kematian akibat Covid-19.

Kasus infeksi di Amerika Serikat masih tinggi namun menurun drastis. Tak kurang dari 1,5 juta warga AS terjangkit. Namun fasilitas kesehatan di negara adidaya itu termasuk yang paling kuat. Berbeda dengan Meksiko yang sebelumnya percaya diri kini dilanda kepanikan. Wabah mulai menumbangkan satu demi satu warganya. Rasio fasilitas kesehatannya diperkirakan hanya seperempat dibanding AS.

Brazil dan Ekuador makin merana. Presiden Brazil yang cenderung menyepelekan wabah harus menghadapi kenyataan pahit. Banyak protes dari warga bahkan para gubernur. Bahkan sampai dua Menteri Kesehatan mundur karena tidak sejalan dengan kebijakannya.

Eropa sudah mulai menggeliat. Kompetisi sepak bola Liga Jerman sudah mulai bergulir dengan protokol yang ketat. Demikian juga dengan Liga Italia dan Spanyol dalam pekan-pekan mendatang. Beberapa jenis usaha yang masih dibatasi untuk menekan kerumunan atau kontak fisik. Selebihnya sudah berjalan dengan disiplin pada ketentuan yang diterapkan.

Dunia masih waspada terhadap kemungkinan gelombang kedua wabah. Di China yang relatif tak ada lonjakan kasus lagi masih terbaca ada kluster baru yang muncul. Penularan dan luar daratan China (imported case) juga masih terus mengintai.  

Mesin ekonomi berhenti atau setidaknya melambat. Hampir semua sekor terimbas krisis berkepanjangan. Pengangguran terjadi dimana-mana. Penghasilan menguap kebutuhan bertambah. Kemiskinan dan ketiadaan pasokan kebutuhan terjadi di banyak negara. Kriminalitas meningkat.

Pelonggaran pembatasan di tengah wabah yang belum terkendali menghadirkan era New Normal (Normal Baru). Apa yang disepakati normal di masa lalu harus bergeser. Banyak hal yang dibolehkan di masa sebelum pandemi akan dilarang pada masa yang akan datang. Ketentuan baru ditetapkan berikut berbagai sanksinya.

Cara pandang baru pun terbentuk. Setelah perdebatan di ranah publik akan tercipta kesepakatan batasan dan parameter tentang Normal Baru dan berbagai istilah terkait langsung dan tidak langsung.  

Bekerja, belanja dan belajar dari rumah menjadi salah satu gejala era ini. Orang dipaksa untuk bertindak dan bersikap lebih efisien dan aman. Kontak fisik antar individu semakin dibatasi. Pola hidup yang tidak sehat akan sangat berisiko. Berbagai penyakit bawaan ibarat jerami kering bila terpercik wabah Covid-19.  Hidup bersih dan sehat tidak hanya penting bagi dirinya tetapi juga bagi orang banyak.   

Di sisi lain orang dituntut untuk semakin tinggi solidaritasnya. Bahkan di tingkat nasional dan internasional. Tanpa saling bantu ekonomi kolektif akan runtuh. Peran negara dan swasta harus ditata ulang. Jumlah dana bailout atau stimulus yang digelontorkan masing-masing negara menunjukkan betapa krisis hebat di depan mata harus ditanggung bersama.

Laporan Asian Nikei menyebutkan bahwa Thailand pada hari Minggu (17/5/2020) telah  mengurangi pembatasan terkait virus korona dengan membuka kembali pusat perbelanjaan di seluruh negri dalam upaya untuk memulai konsumsi, pendorong utama ekonomi. Langkah ini mengikuti keputusan 3 Mei untuk membuka kembali pasar luar setelah menutupnya selama hampir 50 hari.

Orang mulai mengantre untuk masuk ke kawasan perbelanjaan. Antrean yang disiplin dan tidak berdesakan menjadi ciri normal baru. Lalu lintas terlihat lancar dan tak bagitu padat. Pelanggan juga diizinkan makan di restoran di mal-mal.

Namun, panti pijat, bioskop, stadion tinju dan tempat hiburan akan tetap ditutup setidaknya untuk dua minggu ke depan. Gambaran semacam ini menjadi salah satu ciri khas kondisi ruang publik di era Normal Baru. Orang-orang menjaga jarak dan menggunakan masker. Mungkin lipstik jadi kurang laku atau ada varian produk barunya yang cocok dengan kebutuhan konsumen.