Problemnya sangat Kompleks, Pembelajaran di Rumah Dinilai Belum Ideal

Tidak adanya ruang rekreasi bagi anak membuat mereka tidak mempunyai ventilasi bagi masalah-masalah ketika berada di rumah. Apalagi, pandemi virus corona juga telah berdampak pada banyak hal, termasuk di sektor ekonomi.

Problemnya sangat Kompleks, Pembelajaran di Rumah Dinilai Belum Ideal
Dekan Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung, Agus Abdul Rahman, dalam diskusi virtual Kopi Pahit bertajuk "Pandemi dan Belajar di Rumah: Dilema dan Solusi", pada Minggu (17/5).

MONITORDAY.COM - Bagaimanapun juga proses belajar di rumah akan berbeda dengan proses belajar yang ada di sekolah. Salah satunya karena faktor sosial-kultural yang ada di sekolah tidak bisa dipindahkan ke rumah. Hal ini yang kemudian membuat anak-anak jenuh dan tidak bisa fokus mengikuti pembelajaran di rumah.

Demikian disampaikan Dekan Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung, Agus Abdul Rahman saat memberikan paparan dalam diskusi virtual Kopi Pahit bertajuk "Pandemi dan Belajar di Rumah: Dilema dan Solusi", pada Minggu (17/5).

Ia mengatakan, proses pembelajaran di rumah sebenarnya bukan hal yang baru bagi siswa. Di hari-hari biasa sistem pembelajaran ini juga sudah dilaksanakan oleh siswa. Namun yang menjadi masalah saat ini, pandemi Covid-19 telah memindahkan semua kegiatan anak ke rumah.

"Proses pembelajaran di rumah kalau bukan di masa pandemi anak-anak masih mempunyai ruang untuk rekreasi sosialisasi dan sebagainya, namun sekarang di masa pandemi ini semuanya tertutup sama sekali," ujarnya.

Menurut dia, tidak adanya ruang rekreasi bagi anak membuat mereka tidak mempunyai ventilasi bagi permasalahan-permasalahan ketika berada di rumah. Apalagi, pandemi virus corona juga telah berdampak pada banyak hal, termasuk di sektor ekonomi.

"Akibat pandemi ini banyak keluarga yang tiba-tiba jatuh miskin, ada yang kehilangan pekerjaan dan hal itu berdampak pada sebuah keluarga mempunyai masalah internal," ujarnya.

"Keluarga yang mempunyai masalah itu akan berdampak pada banyak hal termasuk pendidikan anak. Anak yang harus belajar namun dengan keluarga yang kurang secara ekonomi itu akan susah," lanjut dia.

Selain itu, dengan pembelajaran di rumah, anak-anak juga tidak mendapatkan pengalaman sosio-kultural seperti yang didapatkan di sekolah. Misalnya, teman sebaya adalah salah satu motivasi bagi siswa untuk berangkat sekolah, di samping untuk belajar. Ketika bertemu teman, mungkin masalah-masalah yang terjadi di rumah bisa diceritakan dan kemudian menguap begitu saja.

"Ketika pembelajaran di rumah, hal tersebut tidak mungkin terjadi, bahkan ada beberapa orang tua yang justru menjadi tekanan bagi anak itu sendiri. Jadi bagaimana mau anak fokus untuk mengikuti pembelajaran daring, sedangkan masalahnya ada di dalam rumah," tutur Agus.

Lebih lanjut, Agus mengungkapkan, yang menjadi dilema pembelajaran di rumah juga terkait guru yang lebih condong hanya memberikan pelajaran pengetahuan kepada siswa. Padahal di samping itu, pebelajaran sikap dan perilaku pun tidak kalah penting untuk diajarkan.

"Ini ditengarai bukan karena guru tidak mengerti akan hal itu, namun mereka tidak mempunyai kemampuan atau metode untuk memberikan pembelajaran sikap atau perilaku secara daring," ungkapnya.

Menurut dia, hal itu sebenarnya bisa disiasati dengan mengandalkan peran orang tua untuk memberi pelajaran sikap. Namun yang menjadi masalah adalah tidak semua orang tua memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan kapasitas untuk membantu guru mendampingi anak belajar di rumah.

Beberapa masalah tersebut, menurut Agus, menunjukan bahwa pembelajaran di rumah masih belum ideal. Karena masalahnya jauh lebih kompleks daripada yang seringkali dibayangkan, seperti terkait teknologi yang belum merata, SDM guru, atau metode pembelajaran.

Karena itu, yang diharapkan saat ini adalah pamdemi Covid-19 agar segera berkhir supaya anak-anak kembali mendapatkan pendidikan yang ideal di sekolah.

"Kalau pun masih berjalan semoga tidak lama lagi dan kami juga berharap semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari pendemi ini, supaya kita menghadapinya dengan tetap bahagia dan dengan senyum," tandasnya.