Pro Vaksin, Anti Vaksin dan Kritis Terhadap Vaksin Covid-19

Pro Vaksin, Anti Vaksin dan Kritis Terhadap Vaksin Covid-19
Sumber gambar: antaranews.com

MONITORDAY.COM - Rencana pemerintah untuk melaksanakan vaksinasi massal covid-19 kepada masyarakat menuai polemik. Saya ingin mencoba menyederhanakan polemik yang terjadi dari tiga pandangan yang berdialektika dalam polemik ini. Tiga pandangan tersebut adalah pro vaksin, anti vaksin dan kritis terhadap vaksin. 

Saya ingin memulai dari dua pandangan yang bersebrangan, yakni pro vaksin vs. anti vaksin. Dua pandangan ini sudah ada seusia dengan vaksin itu sendiri. Jauh sebelum adanya pandemi covid-19 dan rencana vaksinasi, kaum pro vaksin dan anti vaksin sudah berdebat.

Kaum pro vaksin seperti namanya berpendapat bahwa vaksin adalah suatu hal yang penting dan bermanfaat guna meminimalisir penyakit. Sebaliknya kaum anti vaksin menganggap bahwa vaksin adalah sebuah konspirasi untuk melemahkan generasi muda. Atau vaksin bisa dipasangi chip agar elit global bisa mengontrol gerak gerik kita. 

Baik kaum pro vaksin maupun anti vaksin keduanya menyuguhkan beragam argumen untuk merebut hati masyarakat. Misalnya kelompok anti vaksin seringkali berargumen bahwa anaknya sehat-sehat saja walaupun tidak divaksin. Kemudian dikeluarkan juga argumen banyak yang malah sakit setelah divaksin. 

Adapun kaum pro vaksin berargumen dengan data-data statistik, dimana jumlah kematian akibat penyakit menurun jauh setelah ditemukannya vaksin. Lantas yang mana yang benar antara pro vaksin versus anti vaksin? 

Untuk memutuskan mana yang benar saya ingin mencoba memperkenalkan sebuah analisis yang dinamakan dengan Occam's Razor atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Pisau Cukur Occam. Prinsip ini dicetuskan oleh seorang pendeta dan ahli logika Inggris bernama William Ockham. 

Occam's Razor itu penerapannya begini, misalnya ada sebuah pohon yang tiba-tiba terbakar, maka bisa ada beragam kemungkinan penyebabnya. Jika ada dua kemungkinan sebab terbakarnya pohon, yakni tersambar petir atau dia dibakar oleh alien, mana yang akan anda pilih? 

Menurut prinsip Occam's Razor yang kita harus pilih adalah karena tersambar petir. Mengapa? Karena penjelasan pohon terbakar oleh sambaran petir itu lebih sederhana dibandingkan dengan pohon terbakar karena dibakar alien. 

Jika dibandingkan antara kelompok pro vaksin dengan anti vaksin, mana yang paling benar? Pilih yang teori konspirasinya paling sedikit dan bukti sains ilmiahnya paling banyak. Ini prinsip yang benar. Maka bagi saya jika disuruh memilih antara menjadi pro vaksin atau anti vaksin, saya akan memilih yang pro vaksin. Karena pro vaksin landasannya saintifik, sementara anti vaksin landasannya banyak yang spekulatif. 

Oke, sampai di sini kita bisa memahami kelompok pro vaksin dan anti vaksin. Mari kita masuk ke masa kini dimana pandemi menyerang dan vaksin adalah salah satu harapan untuk keluar dari pandemi. Kelompok anti vaksin jelas akan menolak vaksin covid-19, wong memang dasarnya mereka sudah anti vaksin kok. 

Tapi kita akan menemukan perbedaan pandangan dari kelompok pro vaksin. Ada yang bersikap seperti biasa, yakni mendukung vaksin karena memang inilah harapan kita semua. Namun ada juga yang skeptis atau kritis terhadap vaksin covid-19. Kelompok kritis ini tidak anti vaksin, namun mereka hanya khawatir mengenai kemanan, kehalalan vaksin, mengingat tidak seperti vaksin polio atau tetanus, vaksin covid ini baru dibuat dan dikembangkan. 

Kelompok pro vaksin pun bukan berarti tidak punya kekhawatiran. Sama saja, kelompok pro vaksin ini khawatir jika narasi-narasi anti vaksin dan kritis terhadap vaksin menyebar, lalu masyarakat tidak mau divaksin, kita kemudian akan gagal keluar dari pandemi. Inilah kenapa hari ini sebagian masyarakat menampilkan gambar-gambar berisi "saya siap divaksin". Karena ada juga kekhawatiran orang tidak mau divaksinasi massal. 

Lantas bagaimana solusinya? Solusinya adalah kelompok pro vaksin dan kritis terhadap vaksin harus diperhatikan oleh pemerintah dan diedukasi dengan benar. Hari ini satu demi satu tahap sudah mulai dijalankan. Soal keamanan BPPOM sudah mengeluarkan uji klinis. MUI sudah mengeluarkan fatwa halal. Beragam kritik yang ada jangan ditanggapi secara konfrontatif, namun harus dijawab. 

Pemerintah juga harus mengutamakan cara-cara persuasif dibanding dengan konfrontatif. Benar juga kritik banyak pihak soal denda jika tidak mau divaksin. Apakah tidak ada cara lain selain ancaman? 

Terakhir adalah pemerintah harus melibatkan masyarakat juga untuk melakukan persuasi soal vaksin ini. Hal ini kita bisa lihat bahwa banyak organisasi dan kelompok masyarakat sipil yang menyatakan saya siap divaksin. Pemerintah harus melihat inisiatif masyarakat ini dan mengapresiasinya.