Prabowo Subianto, Kepada Siapa Mandat Diberikan?
Harapannya, mandat tetap menjadi sesuatu yang sakrat dan misterius. Jangan sampai sebaliknya, menjadi ‘senjata makan tuan’.

MONDAYREVIEW – Kendatipun serangkaian cerita telah ditulis secara apik, namun Ketua Umum Partai Gerindra diyakini tetap akan menyerahkan mandatnya kepada orang lain. Sejak lama, Prabowo bahkan disebut telah berniat untuk ‘bertapa’, melepas sarung tinju, atau ‘mandeg pandito.’
Pertemuan rahasianya dengan Luhut Binsar Panjaitan disebut-sebut juga bagian dari rencana besarnya untuk memenangkan kontestasi politik di negeri ini. Belum hilang dalam ingatan publik, Prabowo Subianto dalam Rakernas di Hambalang, membuat cerita apik penyerahan mandat politik dari para pengurus DPD se-Indonesia.
Pun demikian yang terbaru, survei Indonesia Network Election Survei (INES), yang merilis hasil mencengangkan seputar elektabilitas Prabowo. Berbeda dengan hasil lembaga-lembaga survei lainnya, INES menempatkan Prabowo dengan elektabilitas tertinggi.
“Ini top of mind, dengan pertanyaan jika pemilu dilakukan hari ini siapa presiden yang akan dipilih? Prabowo unggul 50,20%, Jokowi 27,70%, Gatot Nurmantyo, 7,40%, dan tokoh lain 14,70%,” ujar Direktur INES, Oskar Vitriano, dalam paparannya di Mess Aceh Menteng Jakarta Pusat, Minggu (6/5/2018).
Oskar menjelaskan, ketika menggunakan pertanyaan tertutup, Prabowo masih tetap unggul dengan perolehan suara di atas 54,50%. Sementara Jokowi mendapat 26,10%, Gatot Nurmantyo 9,10%. “Itu artinya, tingkat kepedulian publik kepada Prabowo semakin meningkat,” tutur Oskar.
Terkait perbedaannya yang amat jauh dari survei-survei yang ada, Oskar mengklaim bahwa INES mempunyai akurasi yang tinggi dari hasil survei yang ada. "Lihat saja waktu Pilkada DKI, itu INES kan akurat dengan hasil yang ada di lapangan," ungkap Oskar.
Oskar pun membantah bila apa yang dilakukan INES merupakan pesanan. INES menurut Oskar adalah lembaga survei yang kredibel, dengan pendanaan yang independen. "Apa yang kami tunjukkan pada Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan bukti dari kredibilitas INES. Dengan quick count KPU berapa jumlah presentase suara Anies-Sandi dikomparasikan dengan Ahok-Djarot," pungkas Oskar.
Ketua DPP Partai Perindo Arya Sinulingga mengaku sangsi terhadap hasil survei yang dilakukan Indonesia Network Election Survei (INES). Arya menyebut, ada angka yang terbalik dari hasil survei lembaga itu menyebut elektabilitas Prabowo Subianto tertinggi, mengalahkan Joko Widodo.
"Agak beda sama survei lain, angkanya terbalik. Tapi kita lihat namanya angka ya sudah. Tapi kita sebagai partai politik harus lihat lembaga survei yang ada, kita akan lihat hasilnya gimana," ujar Arya, di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu, (6/5/2018).
Survey INES menyebut peluang keterpilihan Prabowo di Pilpres 2019, yaitu sebesar 50,20%, angka itu jauh mengungguli Jokowi yang hanya di angka 27,70%. Disusul oleh Gatot Nurmantyo sebesar 7,40%.
Kendati demikian, kata Arya, kubu Jokowi tidak akan ambil pusing dengan hasil tersebut. Apalagi bila dibandingkan dengan mayoritas lembaga survey yang justru menempatkan Jokowi yang mempunyai elektabilitas tertinggi.
Menurut Dia, elektabilitas Joko Widodo saat ini masih berada di atas angka 50 persen. Hasil survei tersebut sesuai dengan mayoritas lembaga survey yang terbilang konsisten.
"Masih di atas 50 persen dari semua lembaga yang ada ya. Bahwa kita kihat konsistenya aja ada 5 atau 6 lembaga survei mana yang kita ambil gitu," terang Arya.
Terlepas betul atau tidaknya survei tersebut, satu hal yang pasti, bahwa politik memang tak hanya membutuhkan modal simbolik. Namun, seperti diungkapkan Pierre Bourdieu, politik membutuhkan multiple forms of capital. Terutama modal politik. Dan Prabowo, dengan beberapa manuvernya selama ini, malah membuat modal politiknya kian tergerus.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon sampai harus berkali-kali menegaskan bila Ketua Umumnya, Prabowo Subianto betul-betul siap dicapreskan. Keputusan untuk mencalonkan Prabowo sudah final, kata Fadli Zon. “Dengan Prabowo maju, maka elektabilitas pada pemilu legislatif akan lebih baik,” ujarnya.
Fadli Zon juga menegaskan, Ketua Umum Prabowo Subianto tidak akan mengalihkan mandatnya sebagai calon presiden yang diusung partai berlambang kepala burung itu. Hal ini seperti hasil kesepakatan Rapat koordinasi (Rakornas) Partai Gerindra.
“Enggak ada. Itu saya kira sudah semuanya itu terbantah kemarin dari Rakornas Gerindra itu mengajukan Prabowo sebagai capres. Tidak ada cawapres, capres lain, itu berita basil ah,” kata Wakil ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/4).
Dengan mulai kendurnya tarikan magnit Prabowo tersebut, beberapa pihak pun kemudian mengusulkan agar pencapresan Prabowo Subianto dievaluasi kembali. Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti bahkan menyebut ada beberapa persoalan pelik yang kini tengah dialami Prabowo bersama sekutunya. Mulai dari persoalan elektabilitas, figur pendamping yang belum muncul, pun demikian dengan dinamika partai pengusung yang masih simpang siur.
“Saya melihat figur yang kemungkinan besar akan banyak membantu naiknya suara Prabowo, ada pada AHY atau Muhaimin Iskandar,” ujar Ray, Sabtu (14/4/2018).
Hanya saja, menurut Ray, persoalannya Muhaimin telah mendeklarasikan sebagai Cawapres dari Jokowi. Sementara AHY adalah figur militer, profesi yang sama dengan Prabowo. Yang tentunya menjadi pertimbangan parpol koalisi.
Bila sudah begitu, maka pertanyaannya hanya satu, kepada siapa mandat itu diberikan? Kebesaran hati Prabowo beserta elite partai lainnya akan sangat dinantikan. Karena harapannya, mandat tetap menjadi sesuatu yang sakrat dan misterius. Jangan sampai sebaliknya, menjadi ‘senjata makan tuan’.