PPIM: Pesantren Berpotensi Jadi Klaster Penyebaran Covid-19

MONITORDAY.COM - Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan dukungan United Nations Development Program (UNDP) menyelenggarakan webinar berjudul “Pesantren dan Pandemi: Bertahan Di Tengah Kerentanan”. Webinar ini merupakan kegiatan peluncuran dengan tujuan mendiseminasikan hasil penelitian yang berjudul “Dampak dan Ketahanan Institusi Pendidikan Lanjutan Tingkat Atas di Pesantren saat Krisis Pandemi COVID-19: Studi 15 Pesantren wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat”.
Penelitian ini dilakukan di 15 Pesantren di wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Pemilihan wilayah didasarkan pada tingginya kasus penyebaran COVID-19 pada tiga wilayah tersebut. Pesantren terpilih merupakan representasi afiliasi dari berbagai organisasi masyarakat Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS), Afiliasi Gontor, Salafi, dan Tarbiyah. Penelitian dilakukan mulai dari Mei-November 2021 sedangkan waktu pengumpulan data ialah Juli-September 2021.
Penelitian dilakukan dengan convergent mixed method study. Dalam proses wawancara dan focus group discussion (FGD) terdapat 132 informan yang terdiri dari pimpinan pesantren (kiai), nyai, kepala sekolah, satuan tugas (satgas) COVID-19, guru, dan santri. Kemudian, untuk survei terdapat 819 responden guru dan santri yang mengisi kuesioner.
Pertanyaan untuk mengecekan perhatian (attention checker) responden juga diberikan, maka data responden yang tidak fokus dalam pengisian kuesioner tidak diolah. Data survei guru dan santri yang diolah dalam penelitian ini adalah 658 responden. Karakteristik responden survei yaitu: santri (83,3%) dan guru (16,7%); sebagian besar adalah perempuan (55,9%), berasal dari wilayah kota (58,1%), sebagian besar tidak pernah terinfeksi COVID-19 (72%). Untuk wilayah pesantren, sebagian besar berada di Kabupaten (70,8%), dan berasal dari afiliasi berbedabeda, yaitu: NU (30,5%), PERSIS (19,6%), Tarbiyah (16,9%), Muhammadiyah (13,8%), dan afiliasi Gontor (12,8%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pesantren merupakan lingkungan yang berpotensi menjadi klaster penyebaran COVID-19, karena masyarakat pesantren hidup bersama di satu lingkungan dan banyak menyelenggarakan kegiatan komunal. Dengan demikian, pesantren mengeluarkan berbagai kebijakan dalam merespon pandemi, seperti penerapan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan, edukasi kesehatan, skrining COVID-19 saat kedatangan santri ke pesantren, testing, tracing, dan treatment. Selain itu, melalui penelitian ini diketahui pula tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat pesantren serta penerapan protokol kesehatan.