LP Ma'arif NU Nilai Permintaan Maaf Nadiem Makarim Soal POP Salah Sasaran
Meskipun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim sudah minta maaf soal Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud, LP Ma'arif NU menilai permintaan maaf tersebut salah sasaran karena tidak dibarengi dengan perbaikan kesalahannya.

MONITORDAY.COM - Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’rif NU, Arifin Junaidi menilai permintaan maaf Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim soal Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud, salah sasaran.
“Jadi permintaan maaf ini menurut kami salah sasaran. Harusnya permintaan maaf kepada bangsa, negara, dan dunia pendidikan,” kata Arifin dalam diskusi virtual ‘Mau Dibawa Kemana Pendidikan Indonesia’, Kamis (30/7/2020)
Selain itu, ia mengatakan permintaan maaf yang disampaikan Nadiem juga akan percuma jika tidak dibarengi dengan perbaikan kesalahannya.
“Tidak ada gunanya minta maaf kalau tidak diikuti tindakan nyata untuk memperbaiki kesalahan,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Arifin juga mengungkapkan ajaran pesantren terkait empat langkah ketika ada orang bertobat.
“Pertama mengkui secara spesifik kesalahannya, kedua minta maaf untuk kesalahannya, ketiga itu berjanji untuk tidak mengulangi, dan keempat memperbaiki diri,” ujar Arifin.
“Empat langkah ini setidaknya mesti dilakukan. Mas Nadiem mengakui kesalahannya, tapi tidak secara spesifik, misalnya sampai sekarang tidak merasa bersalah menempatkan dua yayasan dalam program itu karena menggunakan dana sendiri,” jelasnya.
Secara ide, POP diakui Arifin, memang baik. Namun karena implementasinya yang terkesan asal-asalan, arifin menilai POP bakal gagal.
"Kami tidak menganggap program ini jelek, program ini bagus karena LP Ma'arif NU sudah melaksanakannya berpuluh-puluh tahun. Karena programnya bagus, maka kami berharap dijalankan dengan bagus. Kalau programnya bagus tapi dijalankan secara tidak bagus hasilnya bisa tidak bagus," ungkapnya.
Arifin menuturkan, setidaknya ada tiga hal yang membuat LP Ma'arif merasa bahwa program ini masih kurang matang. Di antaranya kriteria peserta dan prosedur pelaksanaan yang tidak jelas, pertimbangan efektivitas pelaksanaan selama masa pandemi hingga banyak organisasi yang tidak jelas asal-usulnya justru lolos dalam seleksi POP.
"Saya lihat di daftar penerima macam-macam sekali, ada keluarga alumni, kemudian sekolahan, ada lembaga zakat. Jadi tidak jelas, karena tentu saja berasal dari kriteria yang tidak jelas. Jadi kami ucapkan terima kasih mas menteri, apresiasi setinggi-tingginya, tapi untuk bergabung, mungkin iya tapi tidak dengan program-program asal-asal dan gak matang. Jadi kami diluar saja. Sampean Mas Menteri lebih paham, jadi atur sajalah," tuturnya.
Untuk diketahui, Program Organisasi Penggerak merupakan salah satu program unggulan Kemendikbud. Program itu bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para guru penggerak untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan peserta didik.
Dalam program ini, Kemendikbud akan melibatkan organisasi-organisasi masyarakat yang mempunyai kapasitas meningkatkan kualitas para guru melalui berbagai pelatihan. Kemendikbud mengalokasikan anggaran Rp595 miliar per tahun untuk membiayai pelatihan atau kegiatan yang diselenggarakan organisasi terpilih.
Organisasi yang terpilih dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Gajah, Macan dan Kijang. Untuk Gajah dialokasikan anggaran sebesar maksimal Rp 20 miliar/tahun/program, Macan Rp5 miliar per tahun/program, dan Kijang Rp1 miliar per tahun/program.