PLTB Tolo Selesai Lebih Cepat

Rampungnya sebuah proyek pembangunan infrastruktur tepat waktu akan sangat berarti perekonomian nasional. Apalagi bila penyelesainnya lebh cepat dari yang ditargetkan seperti yang terjadi pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo yang berlokasi di Jeneponto, Sulawesi Selatan.

PLTB Tolo Selesai Lebih Cepat
ilustrasi PLTB c) CNN

MONITORDAY.COM -  Rampungnya sebuah proyek pembangunan infrastruktur tepat waktu akan sangat berarti bagi perekonomian nasional. Apalagi bila penyelesainnya lebh cepat dari yang ditargetkan seperti yang terjadi pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo yang berlokasi di Jeneponto, Sulawesi Selatan.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Thahar memperkirakan PLTB Tolo akan selesai lebih cepat dari target. Pasalnya, saat ini pembangunan PLTB Tolo telah mencapai 97%. Dengan terbangunnya PLTB ini maka pasokan listrik di Sulawesi Selatan akan bertambah signifikan. Dengan demikian ketersediaan energi yang memadai akan berdampak secara ekonomis dan mendorong kesejahteraan masyarakat.  

Mengacu perkembangan tersebut, PLTB Tolo ditargetkan beroperasi komersial (Commercial Operation Date/COD) pada akhir tahun 2018. Semula proyek ini dijadwalkan baru akan selesai tahun 2019. Pembangunan proyek ini lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam negeri, Hanya ada 27 tenaga kerja asing dalam tahap konstruksi.  

Saat ini, dari 20 Wind Turbine Generator (WTG) yang direncanakan, 17 WTG telah terpasang. Pembangunan konstruksi untuk Bangunan Pengendali (Control Building) dan Service Building juga telah selesai.  Besar harapan semua pemangku kepentingan bahwa segala sesuatunya akan selesai lebih cepat dan tidak ada kendala yang berarti.

Dari segi teknis, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) PLTB Tolo mencapai sekitar 42%.  Dengan tinggi 133 meter (m) dan panjang baling-baling 63 m, masing-masing turbin mampu mengalirkan listrik sebesar 3,6 Megawatt (MW), sehingga kapasitas totalnya mencapai 72 MW.

Prinsip kerja PLTB sangat sederhana. Angin memutar turbin angin atau orang lebih mengenalnya dengan sebutan kincir angin. Karena turbin berputar, generator yang satu poros dengan turbin ikut berputar. Jadilah energi listrik. Pada PLTB yang sudah dikelola secara korporat, listrik langsung dialirkan melalui transmisi. Sedangkan pada PLTB rumahan, biasanya energi disimpan pada baterai.

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, salah satunya yang terpenting adalah kecepatan dan juga kestabilan angin. Kecepatan angin yang diharapkan biasanya berkisar antara 2 hingga 17 m/s dan konstan.

Jika terlalu pelan listrik yang dihasilkan tidak terlalu besar. Bahkan turbinnya sendiri mungkin tidak bisa berputar. Tapi jika terlalu besar, maka bisa merusak ataupun malah menumbangkan turbin angin itu sendiri.

Cadangan pasokan listrik nasional ditargetkan akan mencapai 30%. Hal ini akan semakin memperkuat daya saing Indonesia dalam pengembangan investasi. Dengan cadangan tersebut maka bila terjadi permasalahan dengan salah satu pembangkit akan bisa diatasi dengan memanfaatkan cadangan yang ada.

Listrik yang dihasilkan PLTB Tolo akan disalurkan ke sistem transmisi PT PLN (Persero) dengan tegangan 150 kiloVolt (kV). Dengan sistem transmisi tegangan ultra tinggi itu diharapkan minim kebocoran.

Untuk penyaluran tenaga listrik, telah dibangun satu substation baru, yakni Substation Tolo, dan modifikasi pada substation PLN Jeneponto. Selain itu, dua unit transformator telah dipasang dengan kapasitas masing-masing 45 Volt Ampere (VA).

Estimasi produk listrik adalah 198,6 Giga Watt (GW) pertahun, dengan kecepatan angin 6 meter perdetik (m/s) dan capacity factor 30 persen. PLTB Tolo juga ditargetkan akan mereduksi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 160.600 ton karbon dioksida (CO2) per tahun.

Proyek PLTB Tolo menelan investasi sebesar US$160,7 juta. Penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) PLTB Tolo telah dilakukan pada 14 November 2016 silam dengan masa kontrak 30 tahun. Harga jual listrik PLTB Tolo yang disepakati sebesar 11,85 sen dolar AS per kWh.