Pidato Presiden dan Ketepatan Data
Bahwasanya terbiasalah berbicara dengan data. Terbiasalah berbicara dengan data yang tepat.

MONDAYREVIEW.COM – Dalam kolom opini yang ditulis oleh Asna Husin di harian Kompas, Jumat (19/5) disorot bagaimana dua kesalahan Presiden Joko Widodo dalam memakai data. Data yang keliru itu yakni tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia jika dibandingkan di kancah dunia dan klaim Indonesia memiliki menteri perempuan terbanyak di dunia. Permasalahan salah kutip data bukan kali ini saja diujarkan oleh Presiden Jokowi. Yang sempat heboh diantaranya ketika Jokowi mengucapkan Sukarno dilahirkan di Blitar, padahal Presiden Pertama RI tersebut lahir di Surabaya.
Sebagai seorang Presiden, Jokowi merupakan simbol negara. Ucapannya akan dikutip serta menjadi referensi. Jokowi juga kerap berpidato di berbagai kesempatan dengan ragam variasi informasi yang diujarkan. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi saat ini. Maka bagaikan akuarium, pernyataan Presiden akan bisa diklarifikasi benar-salahnya secara data.
Tim di sekitar Presiden dengan demikian harus lebih cermat dan cekatan ketika menyediakan data untuk pidato Presiden Jokowi. Menggali data, mencari data memang memerlukan ketekunan yang baik. Namun itulah jalan yang mesti ditempuh. Jika data yang diungkap keliru, maka itu bukanlah contoh yang baik bagi anak bangsa. “Kok Presiden salah mengungkap data,” begitulah kira-kira ujaran yang dapat terjadi.
Dengan memperhatikan data yang tepat, maka bisa menjadi pembelajaran dan revolusi mental yang baik bagi negeri ini. Bahwasanya terbiasalah berbicara dengan data. Terbiasalah berbicara dengan data yang tepat. Maka dengan demikian budaya baca, tulis, riset pun akan menjadi efek bola salju yang membesar di berbagai lini ketika Presiden telah mencontohkannya.
Dalam sebuah wawancara, saya pernah mendapatkan pengakuan dari Sidarto Danusubroto, mantan ajudan Presiden Sukarno. Menurutnya Sukarno benar-benar menyiapkan pidatonya sendiri terutama kala peringatan 17 Agustus. Sukarno memperhatikan betul apa yang diucapkannya, pilihan katanya, jedanya, dan sebagainya.
Presiden Jokowi dalam hal ini perlu untuk belajar dari Sukarno. Pastikan data-data yang akan diucapkannya dalam pidato benar adanya. Dengan demikian Jokowi akan dikenang sebagai Presiden yang cermat dan tepat dalam menggunakan data.