Perjanjian Hudaibiyah: Mengalah Untuk Menang

Perjanjian Hudaibiyah: Mengalah Untuk Menang
Ilustrasi Perjalanan Ke Mekkah

MONITORDAY.COM - Rasulullah ﷺ mengumumkan bahwa tahun itu kaum muslimin akan berangkat haji ke Mekah. Maka berangkatlah Rasulullah ﷺ beserta 1400 orang muslim. Semuanya mengenakan pakaian ihram untuk menunjukkan bahwa mereka berniat beribadah, bukan berperang.

Selain pedang di pinggang, tidak ada lagi senjata yang mereka bawa. Kaum muslimin juga membawa 70 unta yang akan disembelih selesai berhaji. Istri Rasulullah ﷺ yang terundi mengikuti perjalanan ini adalah ummu Salamah.

Namun orang-orang Quraisy sangat khawatir mendengar keberangkatan ini.

"Ini pasti tipu muslihat Muhammad agar bisa menyerang kita,"
seru para pemimpin Mekah.

Maka orang-orang Quraisy mengutus Khalid bin Walid beserta 200 orang pasukan berkuda untuk menghalangi kaum muslimin. Sementara itu di daerah Usfan, Rasulullah ﷺ dan rombongannya bertemu dengan seseorang dari bani Kaab.  Rasulullah ﷺ Bertanya kepadanya tentang keadaan Mekah.

"Mereka sudah mendengar tentang perjalanan Tuan ini!" sahut orang itu.

"Lalu mereka berangkat dengan mengenakan pakaian kulit harimau. Mereka bersumpah bahwa mereka akan menghalangi perjalanan Tuan."

"Oh, kasihan orang Quraisy," kata Rasulullah ﷺ. "Mereka sudah lumpuh karena peperangan. Apa salahnya kalau mereka membiarkan kami? Kalau aku sampai binasa, itu yang mereka harapkan."

Kalau Allah memberiku kemenangan mereka akan berbondong-bondong masuk Islam. Tetapi mereka pasti akan berperang saat mereka punya kekuatan. Aku akan terus berjuang sampai Allah memberi kemenangan atau leherku ini terpenggal.

Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak ingin berperang. Rasulullah ﷺ meminta seorang Pandu untuk memimpin di jalan sulit berliku di pegunungan untuk menghindari pasukan Khalid bin Walid yang sudah menunggu di daerah Kira Al Ghamim.

Rombongan itu berhasil melewati pasukan berkuda musuh dan berhenti di Hudaibiyah.

"Ya Rasulullah di lembah ini tidak ada air, tidak cocok untuk tempat berhenti," ujar seorang sahabat

Kedua pihak kini saling memikirkan langkah selanjutnya. Orang Quraisy sudah siap berperang namun mereka mengirim dulu Budail bin Warko dan beberapa orang ke perkemahan kaum muslimin. Tujuan Budail  untuk berunding sekaligus mengetahui kekuatan lawan.

Rasulullah ﷺ bersabda kepada Budail,

"Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerangi seseorang, tetapi untuk melakukan haji. Rupanya orang-orang Quraisy sudah buta akibat peperangan. Jika mereka menghendaki damai dan membiarkan kami berhaji berarti mereka masih punya nyali. Tetapi jika mereka menghendaki perang maka demi Allah aku pasti akan melayani mereka sampai aku menang atau Allah menentukan lain,"

"Akan kusampaikan perkataanmu ini kepada mereka," kata Budail.

Namun orang Quraisy belum puas. Mereka mengirim Hulais bin Al Qamah. Melihat kedatangan Hulais dari jauh, Rasulullah ﷺ bersabda,

"itu adalah Hulais,  Dia berasal dari kaum yang sangat menghormati hewan kurban. Lepaskanlah hewan-hewan kurban kita. Melihat banyaknya hewan kurban Hulais terharu,

"Tidak selayaknya orang-orang Quraisy menghalangi mereka memasuki Masjidil Haram."

Hulais kembali dan Mengatakan agar kaum muslimin tidak dihalangi, orang-orang Quraisy marah kepada Hulais. kemudian mereka mengirim Urwah bin Mas'ud sebagai utusan ketiga.

Urwah pun bertemu Rasulullah ﷺ yang memegangi janggut, sambil bicara. Namun setiap kali itu pula Al Mughiroh, salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ menepis tangannya. Padahal sebelum masuk Islam Al Mughiroh sering dilindungi Urwah.

Kecintaan Al-Mughirah kepada Rasulullah ﷺ membuatnya tidak bisa membiarkan Urwah menyentuh beliau walau hanya sesaat. Setelah jelas mengetahui maksud kedatangan Rasulullah ﷺ, Urwah pun kembali.

"Wahai saudaraku Quraisy," demikian kata Urwah,

"Aku pernah menemui Kaisar dari kisra. Demi Allah tidak pernah kulihat seorang raja yang diperlakukan para sahabat seperti Muhammad, mengagungkannya.

Setiap kali Muhammad berwudhu para sahabat berebut menyediakan airnya. Setiap ada helai rambut Muhammad jatuh mereka akan mengambilnya dan aku tidak akan diserahkan kepada orang lain walau harus mati. Terimalah tawaran Muhammad."

Orang-orang Quraisy masih belum mau menerima kedatangan Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin. Kini Rasulullah yang mengirim utusan. Semula beliau memerintahkan Umar bin Khattab. Namun Umar berkata,

"Saya khawatir orang Quraisy akan menindak saya, mengingat di Mekkah tidak ada pihak Bani Adi yang akan melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui permusuhan saya dan tindakan tegas saya kepada mereka. Saya ingin menyarankan orang yang lebih baik daripada saya yaitu Utsman bin Affan."

Maka Rasulullah ﷺ mengutus menantunya Utsman bin Affan. Tugas Usman adalah berusaha meyakinkan bahwa kaum muslimin benar-benar berniat melaksanakan Haji.
Usman pun memasuki Mekah di bawah perlindungan (jiwar) Aban bin Said. Melihat Usman para pemimpin Quraisy berkata,

"Utsman, kalau tidak mau berthawaf di Ka'bah berthawaflah."

"Aku tidak akan melakukannya sebelum Rasulullah berthawaf," jawab Usman.

Kedatangan kami kemari hanya untuk berziarah ke rumah suci dan memuliakannya. Kami ingin menunaikan kewajiban ibadah di tempat ini. Kami telah datang membawa binatang kurban setelah disembelih kami pun akan kembali pulang dengan damai."

"Tapi kami telah bersumpah bahwa kalian tidak boleh masuk ke Mekkah tahun ini," sanggah seorang Pembesar Quraisy.

Terjadilah perdebatan seru yang alot tidak ada yang mau mengalah, masing-masing melontarkan argumen. Akibatnya lama sekali Utsman bin Affan tidak kembali.

Kaum muslimin pun sudah sangat gelisah. Mereka takut Utsman dibunuh secara licik. Maka Rasulullah ﷺ mengumpulkan para sahabatnya di bawah sebatang pohon. Mereka semua bersumpah setia untuk tidak meninggalkan tempat itu sebelum membalas kematian Utsman bin Affan, kemudian disebut baiat Ridwan. Allah menurunkan firman-nya

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).
Surah Al-Fath (48:18)


*Perjanjian Hudaibiyah*

Alangkah leganya kaum muslimin ketika tidak lama sesudah itu, Utsman bin Affan kembali ke perkemahan dalam keadaan selamat. Sungguh pun begitu ikrar Ridhwan tetap berlaku sebagai tanda kesetiaan dan kekompakan umat Islam. Rasulullah ﷺ bahagia sekali dengan kekompakan umatnya sebab terlihat jelas eratnya hubungan kasih sayang sesama mereka. Selain itu nyata sekali terlihat bahwa kaum muslimin sangat besar keberaniannya. Mereka bersedia menghadapi maut tanpa ragu-ragu lagi.

Utsman bin Affan berhasil meyakinkan orang Quraisy bahwa kaum muslimin benar-benar ingin berhaji.  Namun, karena Quraisy sudah mengirim Khalid bin Walid dengan membawa Panji perang, Mereka takut orang akan mengatakan bahwa mereka adalah penakut jika mengizinkan kaum muslimin memasuki Mekah.

Maka perundingan pun berlanjut terus. Kali ini Suhail bin Amr menjadi juru runding Quraisy. Setelah lama berunding, akhirnya disepakati beberapa hal penting berikut:

 ~ Rasulullah ﷺ harus pulang tahun ini dan bisa berhaji tahun depan. Saat itu kaum muslimin tidak boleh membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Orang Quraisy tidak boleh menghalangi dengan cara apa pun.

~ Gencatan senjata selama 10 tahun tidak boleh ada yang menyerang pihak mana pun.

~ Selama 10 tahun itu, barang siapa yang ingin bergabung dengan kaum muslimin dipersilahkan. Begitu juga yang ingin bergabung dengan Quraisy.  Jika ada suku yang telah menggabungkan diri diserang oleh pihak yang lain itu berarti perang.

 ~ Siapa pun orang Quraisy yang bergabung kepada Rasulullah ﷺ tanpa izin walinya maka ia harus dikembalikan. Sementara itu siapa pun dari pihak Rasulullah ﷺ yang bergabung dengan Quraisy tidak boleh dikembalikan lagi.

Perjanjian ini kemudian dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah, terjadi pada tahun ke-6 Hijriyah atau 628 masehi. Setelah perjanjian ini, Bani Khuzaah langsung bergabung dengan Rasulullah ﷺ. Sementara itu lawannya, Bani Bakr bergabung dengan pihak Quraisy.