Pentingnya Internaliasi Nilai PRE 3E Jamkrindo untuk Menghadapi New Normal
Pandemi Covid-19 meniscayakan kehidupan new normal, perusahaan seperti Jamkrindo penting untuk melakukan internalisasi nilai-nilai baru.

PANDEMI COVID-19 merupakan kejadian luar biasa. Kemunculannya tiba-tiba, bikin banyak negara kalang kabut. Negara super power seperti Amerika Serikat tak terkecuali. Pun begitu negara-negara berkembang model Brazil hingga Indonesia.
Tidak cuma mempengaruhi aspek kesehatan, tapi juga berdampak luas kepada sektor ekonomi dan sosial. Hampir seluruh negara berada di zona perlambatan bahkan diambang krisis gegara virus yang disebut-sebut muncul pertama kali di penghujung 2019 ini.
Menghadapi krisis akibat virus kurang ajar seperti Covidid-19 memang membutuhkan extra ordinary action. Terutama bagi para pelaku usaha yang selama ini sudah menghadapi beragam krisis dan tantangan. Fluktuasi dalam bisnis bisa dikatakan merupakan sebuah keniscayaan. Bahkan dari titik nadir inilah, inovasi dan terobosan terkadang malah muncul.
Walaupun di atas kertas setiap krisis pasti berbeda, baik dari dampak maupun jangkauannya, namun satu hal yang pasti bahwa setiap bisnis ataupun organisasi harus siap beradaptasi, agile dengan dinamika dan perubahan apa pun yang terjadi.
Seperti dituntukkan managemen PT Jamkrindo (Persero), yang sangat responsive menyikapi pandemi. Sejak awal alarm penyebaran virus ini masuk di Indonesia, berbagai langkah kolaborasi positif telah dilakukan. Misalnya seperti pembuatan protokol BCM, sosialisasi masif kepada seluruh insan Jamkrindo, hingga penyiapan infrastruktur baik dari segi teknologi, atau aturan-aturan yang memudahkan dan memastikan bisnis tetap berjalan dan berlangsung walaupun dengan kondisi remote.
Sistem yang dibuat diramu sedemikian rupa agar dampak dari pandemi ini dapat diminimalkan baik secara bisnis maupun non bisnis. Sejak tanggal 18 Maret 2020 misalnya, perusahaan telah menerbitkan petunjuk teknis work from home bagi segenap insan Jamkrindo, disusul kemudian tanggal 20 Maret mulai intensif diskusi untuk memperkuat strategi BCM menghadapi pandemi. Fokus utamanya adalah keselamatan dan kesehatan karyawan yang ditindaklanjuti dengan pengurangan mobilisasi pegawai.
Keberhasilan langkah-langkah proaktif dan responsive itu juga terlihat dari nihilnya kasus covid-19 di lingkungan internal Jamkrindo, dan tentunya kita berharap kondisi tersebut bisa dipertahankan dengan kesadaran bersama untuk melakukan daya upaya memutus rantai penyebaran covid-19.
Akar Penopang Jamkrindo
Sebagai perusahaan penjaminan terdepan, selain melakukan mitigasi risiko terkait penyebaran covid-19, Jamkrindo juga melakukan business impact analysis dan telah memiliki analisa terukur mengenai proses bisnis kritikal yang harus tetap dijalankan perusahaan di tengah bencana sehingga tetap mampu memberikan layanan standar minimum kepada pemangku kepentingannya di tengah work from home atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Jamkrindo juga senantiasa memantau setiap aspek risiko secara cermat mulai dari risiko strategi, risiko operasional, risiko kredit, risiko kepatuhan hingga risiko reputasi. Proses manajemen menyeluruh telah dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan dampak pandemi terhadap operasional, termasuk juga framework untuk membangun ketahanan dengan kemampuan respon yang efektif melindungi kepentingan stakeholders, reputasi, brand dan aktivitas values-creation.
Namun secangih-canggihnya sebuah sistem didesain, tentunya akan menjadi sia-sia jika tidak ada “values” yang menjadi akar penopang utama. Nilai ini lah yang kemudian menjadi landasan untuk membangun awareness sekaligus strategi dalam menghadapi situasi tidak normal saat ini.
Manajemen, dalam hal ini direksi Jamkrindo, telah menyusun nilai-nilai yang harus diinternalisasikan dalam situasi pandemi, yaitu Proaktif Responsif Empati. Eksekusi, Eksekusi, Eksekusi atau PRE 3E. Nilai PRE 3E ini memiliki arti bahwa segenap insan Jamkrindo harus Inisiatif dalam merespon gangguan/bencana yang terjadi, harus Cepat tanggap menghadapi gangguan/bencana yang terjadi, memiliki empati sepenuh hati saat terjadi mengenai kondisi gangguan/bencana, dan memiliki keberanian dan kecepatan dalam mengeksekusi yaitu menyelamatkan nyawa, data, dan bisnis.
Tak hanya dalam tataran konsep semata, Nilai PRE 3E secara masif disosialisasikan ke seluruh internal Jamkrindo berikut dengan contoh-contoh perilakunya. Dalam Tataran proaktif misalnya, seorang leader diwajibkan untuk mensosialisasikan perilaku-perilaku proaktif antara lain tindakan aktif dan antisipatif dalam upaya pencegahan terhadap dampak suatu risiko, secara sadar dan aktif berperan dalam membangun risk awareness dan sense of crisis, menumbuhkan sense of belonging yang kuat terhadap korporasi dalam membangun risk culture dengan menyelaraskan kepentingan individu, keluarga dan korporasi secara seimbang, serta selalu mengedepankan prioritas strategi operasional dan bisnis untuk kepentingan sustainability korporasi dalam jangka panjang.
Dalam konteks empati value misalnya, perilaku yang diharapkan muncul ialah dukungan sepenuh hati seluruh insan Jamkrindo kepada semua yang memerlukan, baik dukungan materiil, motivasi, coaching, mentoring, counselling untuk membangkitkan semangat dan meringankan beban sesama. Tak hanya itu segenap insan Jamkrindo juga harus tetap secara produktif berkontribusi positif sebagai wujud aksi kepedulian seluruh insan Perusahaan terhadap kondisi Korporasi dan lingkungan.
Ketika sistemnya sudah dibangun, dan nilai yang mendasarinya telah dibentuk dan disosialisasikan secara masif, pertanyaan selanjutnya tentu kepada efektivitas dan evaluasi. Pada level reaksi dan pembelajaran, yang patut dibanggakan ialah dalam hasil survei yang dilakukan terkait dengan nilai-nilai PRE 3E, mayoritas insan Jamkrindo lebih dari 90 persen memahami tentang definisi dan implementasi PRE 3E.
Kuadran perubahan
Namun dalam tataran behavior, penyesuaian masih terus dilaksanakan dan membutuhkan waktu untuk menemukan pola idealnya. Seperti diketahui secara umum, proses transformasi memerlukan perubahan yang dilakukan dalam cakupan empat kuadran. Keberhasilan proses transformasi suatu organisasi tidak bisa utuh tanpa pendekatan secara sistematis yang dilakukan di empat kuadran.
Kita bisa melihat dua aspek perubahan dalam proses transformasi, yaitu perubahan yang terjadi pada aspek Eksternal atau Internal dan pada aspek Individual atau Kolektif. Aspek internal artinya perubahan yang terjadi didalam. Perubahan didalam atau internal ini meliputi perubahan di level identitas (siapa diri kita atau kelompok kita), perubahan di level mindset (values dan belief), perubahan di level pemikiran dan perasaan/emosi
Aspek eksternal artinya perubahan yang terjadi dan bisa dilihat dari ‘luar’ atau ‘eksternal’. Ini termasuk perubahan perilaku, tindakan, sikap, dan kemampuan. Perubahan juga bisa dilihat dari sisi individual atau kolektif. Perubahan disisi individu hanya menyangkut satu individu. Perubahan kolektif artinya perubahan yang terjadi secara bersama-sama dalam kelompok ataupun organisasi.
Jika dirinci lebih dalam lagi Kuadran 1 menggambarkan aspek perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang (internal) secara individu (bukan secara kolektif). Perubahan individual di kuadran ini terdiri dari mindset (values dan belief) yang dipengaruhi aspek kognitif, psikologis, spiritual. Kuadran ini menunjukkan terjadinya pergeseran kesadaran di aspek kognitif, psikologis dan spiritual menuju kearah baru. Tanpa perubahan di kuadran ini maka perubahan yang akan terjadi tidak akan bersifat sementara.
Pada kuadran ini kita dapat menyimpulkan bahwa Insan Jamkrindo telah memiliki modal awal, atau dasar utama untuk menuju kepada kuadran IV. Hasil survei yang telah dilakukan di seluruh unit kerja menggambarkan bahwa setiap orang nampaknya sudah memiliki kesadaran internal mengenai urgensi PRE 3E untuk keberlanjutan bisnis.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya ialah inisiatif atau langkah apa yang harus dilakukan agar transformasi dari kuadrat 1 hingga ke IV bisa mengalami percepatan, faktor pengungkit apa yang dibutuhkan sehingga kita tidak kehilangan momentum, dan bagaimana agar nilai-nilai PRE 3E bisa memberikan dampak signifikan tidak hanya sebatas awareness namun juga dampak keberlanjutan bisnis, karena seperti yang telah disebutkan diatas, bila kita hanya bergerak ditempat atau sebatas di kuadran I atau II yang terjadi ialah nilai-nilai tersebut hanya kan dikenang sementara tanpa adanya perubahan yang berarti.
Nilai-nilai tersebut meskipun sangat erat berkaitan dengan “People’ namun pada dasarnya tidak hanya bisa mengandalkan salah satu organ dalam Jamkrindo saja, misalnya Divisi SDM. Kesuksesan perubahan budaya kolektif tersebut hanya bisa dilakukan bila ada kolaborasi dari segenap insan Jamkrindo.
Percepatan bisa dilakukan bila semua leader atau pemimpin irama senada untuk menggerakan perusahaan ke arah lebih baik sesuai dengan Values dan purpose yang telah disepakati bersama. Para pemimpin dari setiap level, direksi, kadiv hingga kepala bagian harus bisa menjadi role model yang kuat untuk timnya masing-masing. Be a LEADER with Values and Purpose.
Mari bersama tularkan semangat PRE 3E dan terapkan hal tersebut dalam berbagai aspek kehidupan, hingga kebiasaan tersebut bisa mengakar kuat dan menjadi budaya kolektif di Jamkrindo. Karena pada dasarnya nilai tersebut tidak hanya dibutuhkan saat kondisi pandemi saja, namun juga sangat adabtable diaplikasikan di kondisi new normal ke depan.
Pasca wabah corona ini juga yang harus diperhatikan ialah adaptasi terhadap kondisi new normal. Di mana mungkin pola-pola terdahulu akan berubah seiring dengan kebiasaan, peluang serta tantangan baru. Sebagai sebuah organisasi atau individu kita dituntut untuk bisa agile terhadap perubahan dan dinamika terbaru. Di sinilah pentingnya nilai Proaktif untuk memetakan segala peluang dan tantangan, responsif untuk memberikan solusi terhadap setiap hambatan, empati terhadap keinginan pasar, dan menjadi individu yang berani dan siap melakukan eksekusi.
Mengambil sedikit ungkapan Presiden Jokowi, Kita harus Mulai Berdamai dengan Covid-19, yang diartikan sebagai senantiasa produktif dan melakukan penyesuaian terhadap tatanan kehidupan baru. Situasi pandemi ini sebaiknya jangan dilihat dari kacamata growth mindset bukan melalui kacamata fix mindset. Dengan adanya pandemi ini maka akan semakin membuka pikiran kita mengenai banyak area yang bisa dilakukan improvement. Banyak hal bisa direorientasi dan diredefinisi. Tinggal bagaimana kita melatih kepekaan kita dan lebih empati terhadap keinginan pasar.
Starbucks, McDonalds dan Gojek misalnya telah menangkap kekhawatiran para customernya atas masifnya dan cepatnya penyebaran virus corona dengan meluncurkan layanan contactless services dimana konsumen bisa memesan makanan/minuman tanpa harus banyak melakukan kontak fisik. Mulai dari proses pembayaran cashless, pesanan di pesan dahulu via apps/call, hingga pengantaran bebas kontak di lobi menjadi fitur yang saat ini berguna untuk menjamin konsumen agar tak terpapar virus.
Begitu juga dengan TOTO yang mengeluarkan produk sanitary yang memungkinkan penggunanya tidak perlu memegang atau menekan tombol apapun ketika menggunakannya. Ditambah dengan fitur ultraviolet yang membuat penggunanya lebih aman terhindar dari bakteri, sebagai respon terhadap perubahan perilaku konsumen saat wabah merebak.
Mari gunakan momentum ini untuk melakukan perubahan dan terobosan. Dengan mempedomani nilai dan semangat PRE 3E kita bisa memberikan dampak nyata terhadap perusahaan. Eksekusi….Eksekusi…Eksekusi !