Pengangguran Masih Didominasi Lulusan SMK, BPS Sebut Pendidikan Vokasi Belum Maksimal

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, penurunan ini didominasi dari tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Pengangguran Masih Didominasi Lulusan SMK, BPS Sebut Pendidikan Vokasi Belum Maksimal
Ilustrasi foto/Net

MONDAYREVIEW - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbarunya. Dalam laporan tersebut, disebutkan angka pengangguran pada triwulan 1-2018 berkurang 140 ribu orang. Penurunan ini, sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang turun menjadi 5,13 persen pada Februari 2018.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, penurunan ini didominasi dari tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menurun 2,49 persen dari 11,41 persen pada Agustus 2017 menjadi 8,9 persen pada Februari 2018.

Kepala BPS Suhariyanto menyebut dominasi pengangguran dari tingkat pendidikan vokasi ini disebabkan oleh pendidikan vokasi kita yang masih belum maksimal.

“Hal ini disebabkan oleh pendidikan vokasi kita yang masih kurang,” ujar Suhariyanto di kantornya, Jakarta Pusat, Senin 7 Mei 2918.

Dalam laporan tahun sebelumnya, BPS juga mencatat jumlah lulusan SMK yang mendominasi pengangguran sebesar 11,41 persen dari total 7,04 juta pengangguran per Agustus 2017.

Menteri Perancanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro pernah menuturkan, jika pemerintah akan melakukan revitalisasi melalui tiga hal, yaitu perbaikan kurikulum, alat belajar, dan guru. Hal penting lainnya adalah mewajibkan program magang pelajar SMK di perusahaan swasta. Tapi nyatanya, angka pengangguran per Februari 2018 masih didominasi lulusan SMK.

Meski begitu, program revitalisasi tentu saja tak bisa diukur secara instan. Apalagi bila melihat tahapannya, revitalisasi pada tahun 2017 masih berjalan pada tahap konsolidasi. Sehingga tingkat kebekerjaan sekolah-sekolah kejuruan sejatinya baru bisa dilihat di laporan BPS selanjutnya.

Saat ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Pembinaan SMK tengah melakukan upaya revitalisasi pendidikan vokasi. Kunci utama dari revitaliasi SMK menurut Mendikbud Muhadjir Effendy adalah kesesuaian antara demand dengan supply atau link and match. Itu sebabnya berbagai standar pendidikan di SMK terus dibenahi, terutama kurikulum yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar dalam merespon derasnya persaingan.

Konkritnya, Revitalisasi SMK ini fokus untuk; membuat peta jalan SMK; menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai kebutuhan pengguna lulusan (link and match); meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK; meningkatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia usaha/industri; meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK; dan membentuk Kelompok Kerja Pengembangan SMK.

Untuk tahun 2017 kemarin, seperti ditetapkan dalam Peta Jalan Pendidikan Vokasi 2017-2019, bahwa tahun 2017 merupakan tahun konsolidasi, maka apa yang dilakukan Tim Revitaliasi Direktorat Pengembangan SMK beserta sekolah-sekolah SMK sesungguhnya berusaha fokus pada pencapaian 3 aspek utama, yaitu: peningkatan akses layanan mutu, penyelarasan kurikulum (termasuk inovasi pembelajaran), dan inovasi kelembagaan.

Hasilnya, banyak SMK yang mulai berbenah, antara lain menyelaraskan kurikulumnya dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja, meningkatkan kompetensi guru dengan berbagai pelatihan dan pemagangan di dunia industri/dunia usaha, meningkatkan mutu kelembagaan, meningkatkan kerjasama dengan kementrian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia usaha/industri.

[Mrf]