Pengamat Politik UI: Menyamakan Sosok Sandi Dengan Bung Hatta, Sesat Pikir dan Blunder

Komunikasi Politik UI : Sesat Berfikir Menyamakan Capres dengan Bung Hatta

Pengamat Politik UI:  Menyamakan Sosok Sandi Dengan Bung Hatta, Sesat Pikir dan Blunder

MONITORDAY.COM -  Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI), Dr. Ari Junaedi menyanyangkan strategi kampanye "ngasal" yang dilakukan kubu Prabowo-Sandi. Jurus kampanye terbaru seperti yang dinyatakan juru bicara koalisi yang didukung Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat ini "menyamakan" Sandiaga Uno dengan proklamator Bung Hatta.

Karuan saja, publik mem"bully" bahkan menyebut kesalahan besar mensejajarkan tokoh kaliber internasional seperti Bung Hatta dengan "anak kemari  sore" seperti Sandiaga Uno. Tidak ketinggalan cucu langsung Bung Hatta Gustika Jusuf Hatta sontak bereaksi tidak sudi kakeknya disetarakan dengan Sandiaga Uno.

"Saya memprediksikan dua hal dari pernyataan Dahnil Anzar. Pertama memang karena kedangkalan berpikir dari seorang Dahnil Anzar Simanjuntak terutama kelemahan dalam aspek komparasi tokoh dan sejarah bangsa sehingga blunder dalam mengeluarkan pernyataan yang sesat. Ke dua memang kelompok koalisi Prabowo - Sandi tengah memainkan strategi "playing victim". Dengan reaksi negatif dari masyarakat mengenai pernyataan ini, tujuan tersebut telah tercapai. Sandi lagi-lagi menjadi "korban" dari cibiran publik. Sangat disayangkan sebagai mantan akademisi, Dahnil Anzar ada di kubangan kotor ini," ujar Ari Junaedi.

Menurut amatan peraih penghargaan World Custom Organization di tahun 2014 dibidang tata laksana komunikasi ini, dalam jangka panjang kubu Prabowo - Sandi akan memainkan strategi-strategi "kedunguan" untuk meraih simpati publik. "Belum lepas dengan pernyataan konyol soal harga bawang dan cabai yang Rp 100 ribu, tempe setipis ATM, pernyataan blunder soal nelayan atau tingkah "norak" memakai petai di kepala serta main keseimbangan di tembok kuburan, Sandi akan menggunakan perbagai cara untuk mengerek elektabilitasnya. Dia sadar untuk melawan jejak rekam prestasi 4 tahun pemerintahan Jokowi harus tidak ada cara lain, selain dengan memutar balikkan mindset calon pemilih ke hal-hal yang irasional, "nyeleneh" serta mengundang kontroversi," ungkap Ari Junaedi yang juga pembimbing disertasi di Pascasarjana Universitas Padjadjaran itu.

Dalam pandangan Ari Junaedi, kampanye-kampanye kita masih terjebak dengan politik identitas. Sangat lucu dan menggelikan jika Prabowo misalnya diidentikkan dengan Soekarno atau Sandiaga Uno seperti Muhammad Hatta. "Akan mirip jika Mahathir Muhammad yang disebut "Soekarno kecil" karena keberaniannya memunculkan produk-produk nasional semasa dia memerintah Malaysia dulu. Akan menggelikan jika Prabowo menyandang sematan Soekarno padahal tidak terbukti di rekam jejaknya. Kenapa pula Prabowo atau Sandiaga Uno tidak berani menyebut dirinya titisan Soemitro Djodjohadikoesoemo atau Soeharto misalnya ? Kenapa pula harus Bung Hatta ?. Itu yang tidak make sense," ujar Ari Junaedi