Pengamat Intelijen: Lockdown Bukan Strategi Tepat Tangani Covid-19

Situasi di Indonesia berbeda dengan negara maju. Jumlah pekerja harian/informal masih dominan dibandingkan pekerja formal.

Pengamat Intelijen: Lockdown Bukan Strategi Tepat Tangani Covid-19
Antrian warga pekerja di halte TransJakarta Lebak Bulus saat diberkalukan pembatasan transportasi masal mulai Senin (16/3).

MONITORDAY.COM - Pengamat intelijen Stanislaus Riyanta menilai bahwa langkah lockdown atau isolasi bukanlah langkah yang tepat untuk menangani penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia. Menurutnya, lockdown merupakan langkah yang berlebihan dan justru akan memperburuk situasi jika jadi diberlakukan.

"Jika lockdown dilakukan maka yang terjadi adalah kekacauan yang bisa menjurus kepada konflik sosial," ujar Riyanta, dalam keterangan tertulis, Senin (16/3).

Ia menjelaskan, bahwa situasi di Indonesia berbeda dengan negara maju. Jumlah pekerja harian/informal masih dominan dibandingkan pekerja formal.

"Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor informal mendominasi pekerjaan di Indonesia. Pada Februari 2019, tercatat penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor informal sebanyak 74 juta jiwa. Sementara penduduk yang bekerja di sektor formal hanya 55,3 juta jiwa," terangnya.

Menurut dia, jika pemerintah melakukan lockdown, maka dapat dibayangkan yang terjadi adalah sebagian besar orang kehilangan pendapatan dan tidak bisa mengakses kebutuhan dasarnya.

Selain itu, Ia mengungkapkan bahwa di Indonesia saat ini budaya disiplinnya belum kuat, tingkat kesejahteraannya juga belum baik. Hal tersebut tentu akan menjadi masalah jika dilakukan lockdown.

"Masyarakat yang bekerja secara informal akan kehilangan pendapatan dan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Jika hal itu terjadi maka potensi terjadinya kriminalitas cukup tinggi," ujar dia.

Apalagi, lanjut Riyanta, jika lockdown dilakukan di Ibukota Negara DKI Jakarta, dampaknya akan sangat sistemik. Karena putaran uang Indonesia yang sebagian besar berada di Jakarta akan terganggu, dan tentu saja imbasnya terjadi kepada perekonomian nasional. Lockdown justru akan memperburuk sutuasi saat ini.

Namun jika pemerintah ingin membatasi pergerakan orang secara ekstrim, menurut dia, yang harus dilakukan adalah pemerintah menyiapkan kebutuhan dasar terutama kepada masyarakat yang bekerja di sektor informal. Tujuannya adalah supaya mereka tidak perlu beraktifitas untuk mencari pendapatan.

"Jika aktifitas masyarakat dikunci tanpa adanya suplai kebutuhan dasar maka bisa memicu suatu geraka perlawanan yang dampaknya bisa sistemik," lanjut dia.

Karena itu, Riyanta berpendapat bahwa lockdown bukan strategi yang tepat saat ini, karena lockdown akan memperburuk situasi sosial masyarakat. Strategi yang tepat adalah pembatasan sosial pada tingkat tertentu sesuai karakteristik wilayah masing-masing tanpa berlawanan dengan kebijakan pemerintah pusat.

"Tentu saja hal tersebut dapat sukses jika ada peran serta masyarakat yang mau taat dan disiplin dalam menjalankan arahan pemerintah," tandasnya.