Pemilu Damai Akan Terwujud Jika Kontestan Tidak Mengeksploitasi Politik Identitas
Direktur Said Aqil Siradj (SAS) Institute, Imdadun Rahmat menyatakan bahwa menjelang pesta demokrasi, jangan sampai kontestan melakukan cara-cara adu domba untuk merebut kekuasaan.
_1.jpg)
MONITORDAY.COM - Direktur Said Aqil Siradj (SAS) Institute, Imdadun Rahmat menyatakan bahwa menjelang pesta demokrasi, jangan sampai kontestan melakukan cara-cara adu domba untuk merebut kekuasaan. Sebaliknya, kontestan pemilu harus menggunakan program, visi, keunggulan kapasitas pribadinya untuk menarik simpati konstituen, menarik simpati pemilih, tidak malah mengeksploitasi isu identitas.
"Identitas itu bisa isu agama, aliran, bisa suku, bisa ras, bisa keyakinan politik, sekarang sudah tidak zamannya lagi memainkan isu itu. Karena itu bahaya itu, sangat bahaya bagi demokrasi," kata Imdadun kepada monitorday.com, di Kampus UIN Jakarta, Kamis, (19/4/2018).
Menurut Dia, seharusnya kontestan pemilu baik Individu maupun Partai Politik memberikan pencerahan, pendidikan politik yang benar, bukan justru melakukan pembodohan. Karena itu, peran Civil Society penting untuk melakukan counter terhadap adu domba politik identitas yang kerap kali dilakukan oleh kontestan pemilu.
"Untuk menjaga warga agar tidak diprovokasi, dan menjadi korban dari adu domba dan provikasi isu sara, ujaran kebencian, agar masyarakat tidak terpolarisasi, tidak saling bermusuhan antara yang satu dengan yang lainnya," tegas Imdadun. Kemudian Ia juga menyebut, jangan sampai melakukan politisasi agama. Artinya agama ditunggangi untuk merebut kekuasaan politik. Menurutnya itu justru telah menghianati agama.
"Kalau agama dijadikan koridor atau petunjuk bagaimana berpolitik, apa yang ingin diraih dan apa yang ingin dicita-citakan itu boleh. Kalau menungganginya untuk kepentingan politik dan meraih dukungan, itu namanya menghianati agama," imbuh Imdadun. Karena itu, Muhammadiyah dan NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia mempunyai peran yang signifikan dalam menjaga kedamaian dan agar keadaan tetap kondusif saat pemilu.
Bahkan, Imdadun mengatakan sukses tidaknya pemilu merupakan pertaruhan bagi Muhammadiyah dan NU jika tidak ingin dianggap gagal untuk mengawal berjalannya pesta demokrasi. "Karena kedua organisasi ini yang mengklaim sebagai penggembala umat. Jika penggembalanya liar kemana-mana itu kan berarti kedua organisasi ini gagal, jadi ini pertaruhan bagi NU dan Muhammadiyah. Jadi harus kerja keras," terangnya.
Jika sudah seperti itu, kata Imdadun, momentum pemilu diharapkan bisa menjadi ajang segregasi kepentingan, untuk memeperjuangkan aspirasi politik, serta untuk memilih pemimpin yang sesuai dan cocok dengan apa yang dicita-citakan masyarakat.