Pemetaan Pangan dan Skenario Ekonomi Terburuk Akibat Covid-19 Perlu Disiapkan

The Economist menujukkan Indonesia berada pada ranking 62 dari 113 negara. Dengan clustering menggunakan metode k-means di Tableau analytics, hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia bisa dikategorikan ke dalam negara yang berpotensi terhadap kerawanan pangan ditengah wabah corona atau Covid-19.  Karenanya, pemetaan pangan dan skenario ekonomi terburuk akibat Covid-19 perlu disiapkan.

Pemetaan Pangan dan Skenario Ekonomi Terburuk Akibat Covid-19  Perlu Disiapkan
Ekonom Milenial, Dr. Harry Patria

MONITORDAY.COM - Mengacu data Food and Agricultual Organization (FAO) dan The Economist tahun 2019,  Indonesia dikategorikan ke dalam kelompok rawan pangan ditengah Covid-19, menujukkan Indonesia berada pada ranking 62 dari 113 negara. Stabilitas produksi Indonesia yang ditunjukkan oleh per capita food production variability dan political stability and absence of violence termasuk berada dibawah rata-rata negara lainnya.

Demikian paparan Ekonom Milenial dari Indeks Komoditas Indonesia, Dr Harry Patria di diskusi KOPI PAHIT via virtual zoom, minggu (19/4/2020) yang juga menukil data Global Food Security Index.

Selanjutnya, Harry mengelaborasi melalui spatial analisis data yang menunjukkan bahwa kawasan Indonesia Timur relatif rentan dibandingkan Indonesia Barat. 

Menurut Harry, dengan clustering menggunakan metode k-means di Tableau analytics, hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia bisa dikategorikan ke dalam negara yang berpotensi terhadap kerawanan pangan. 

Dengan kenyataan tersebut, kebijakan stimulus ekonomi dan bantuan sosial sebaiknya tidak pukul rata namun mempertimbangkan tingkat kerawanan pangan dan relatif terbatasnya akses logistik di kawasan Indonesia Timur.

Update data kerawanan pangan di tengah pandemik saat ini menjadi keniscayaan yang diperlukan dalam menyusun scenario planning yang digunakan oleh Pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan industri dalam penyusunan rencana bisnis kedepan

Kabupaten yang rawan pangan

Dalam lingkup nasional, peta kerawanan pangan juga dilansir oleh Kementerian Pertanian melalui peta ketahanan dan kerentanan pangan, terdapat kabupaten yang rentan dengan kerawanan pangan dengan rincian 81 kabupaten dari 416 kabupaten (19%) yang terdiri dari 26 kabupaten (6%) Prioritas 1; 21 kabupaten (5%) Prioritas 2; dan 34 kabupaten (8%) Prioritas 3. Kabupaten Prioritas 1 tersebar di 17 kabupaten di Provinsi Papua, 6 Kabupaten di Provinsi Papua Barat, 2 kabupaten di Provinsi Maluku, dan 1 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kota yang rawan pangan

Demikian juga dengan kawasan kota dengan rincian 7 Kota dari 98 kota di Indonesia (7,14%). Pada wilayah perkotaan, terdapat 2 kota (2%) Prioritas 1, yaitu Kota Subulussalam di Aceh dan Kota Tual di Maluku; 2 kota (2%) Prioritas 2, yaitu Kota Gunung Sitoli di Sumatera Utara dan Kota Pagar Alam di Sumatera Selatan; serta 3 kota (3%) Prioritas 3, yaitu Kota Tanjung Balai di Sumatera Utara, Lubuk Linggau di Sumatera Selatan, dan Tidore Kepuluan (Maluku Utara). Karakteristik kota rentan pangan ditandai dengan rumah tangga dengan pangsa pengeluaran pangan yang tinggi, akses air bersih yang rendah, dan balita stunting yang tinggi.

Ekonom Milenial ini menghimbau agar Pemerintah dan industri merujuk ke data analisis agar bisa mengelompokkan cluster yang paling rawan baik dari pandemik dan pangan hingga daerah yang relatif aman. 

Dengan prediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang negatif 3% oleh IMF di era pandemik, Pemerintah disarankan perlu menggunakan skenario ekstrim dengan shock dan recovery ekonomi yang relatif lama (L-shaped) termasuk juga ekonomi yang terjun bebas (I-shaped).

Melalui dashboard analytics, bisa ditelisik krisis yang telah terjadi akibat flu Spanyol pada tahun 1918 dengan pemulihan ekonomi yang relatif panjang (L-shaped) sedangkan SARS pada tahun 2002 pemulihannya relatif cepat (V-shaped).

"Perlu digaris bawahi adalah, pemetaan pangan dan skenario ekonomi terburuk akibat Covid-19  perlu disiapkan. Oleh karena itu, Pemerintah perlu mengupdate data dan mensinergikan dengan data penyebaran kasus Covid-19. Untuk bagian barat, masih tergolong aman tapi bagian timur justru sebaliknya," ujarnya

Ekonom Milenial ini pun mengakui salah satu skenario yang mencengangkan adalah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bisa tumbuh pada sekitar 2,5 persen dengan skenario moderat bahkan negatif dengan skenario berat pada tahun ini. 

Sektor agribisnis merupakan tumpuan dalam menghadapi krisis pandemik. Namun, sektor ini mengalami shock baik dari sisi permintaan yang berimbas pada sisi pasokan. Krisis pandemik Covid-19 berdampak negatif terhadap permintaan pasar ekspor.

Di sisi lain, terjadi peningkatan pengangguran yang berimbas pada daya beli dan konsumsi masyarakat. Implikasinya, permintaan agregat turun sehingga menyebabkan kontraksi di sisi pasokan.

Menurunnya volume penjualan akan menyebabkan biaya rata-rata menjadi relatif tinggi sehingga pada tingkat tertentu menyebabkan kerugian perusahaan dan menghantam sisi pasokan sendiri. 

Kendati demikian, Ekonom Milenial ini mengapresiasi upaya yang dilakukan Pemerintah dan berbagai pihak melalui PSBB, stimulus ekonomi dan bantuan sosial.

"Melalui diskusi ini, saya ajak semua pihak terus berkolaborasi dan berinovasi melakukan terobosan baik dari kebijakan lintas sektoral, manajemen krisis, teknologi, model bisnis, dan program kepedulian sosial sembari terus memupuk optimisme di era pandemik. Saya juga percaya bahwa “Sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5)," pungkasnya.

Selain Dr. Harry Patria, turut hadir CEO Monday Media Group, Muchlas Rowi yang juga Komisaris Independen Jamkrindo,  Dirjen Perikanan Tangkap KKP (Zulficar Mochtar), Rektor Institut Pertanian Bogor (Prof. Dr. Arif Satria) Pimpinan Umum Media Samudranesia (Nelly Marinda S), Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM (M. Riza Damanik, PhD), Ketua Dewan Nasional Konsorium Pembaruan Agraria (Iwan Nurdin) dan Ketua Harian KNTI (Dani Setiawan).

Diskusi KOPI PAHIT ini telah mendapatkan peak point yakni bagaimana setiap narasumber saling berbagi gagasan, urung rembuk, sharing ilmu, dan mengais ide-ide visioner terutama ketahanan pangan ditengah wabah Covid-19.

Animo peserta  terlihat dari ragam pertanyaan yang diajukan kepada narasumber sehingga upaya KOPI PAHIT, forum diskusi media nasional Monitorday.com, jaringan Monday Media Group berjalan sukses karena telah memantik antusias peserta diskusi virtual ini.