Pasca Pilpres AS: Potret Kebijakan Luar Negeri Biden Seperti Ini

Peta politik luar negeri AS pasca Pilpres menjadi sorotan dunia.

Pasca Pilpres AS: Potret Kebijakan Luar Negeri Biden Seperti Ini
Pengamat Hubungan Internasional Binus University, Prof. Dr. Tirta Nugraha Mursitama (dok: Monitorday.com)

 
MONITORDAY.COM - Potrtet kebijakan luar negeri pasca kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat menjadi sorotan dunia. Betapa tidak, dinamika di negeri adidaya tersebut cukup mempengaruhi berbagai kebijakan, mulai dari ekonomi, sosial juga politik. 

Pengamat Hubungan Internasional Universitas Binus, Tirta Mursitama mengungkapkan tiga  hal menarik untuk melihat kebijakan luar negeri AS pasca berlangsungnya pilpres di negeri paman sam yang hingga kini masih di ungguli Biden dibandingkan Trump sebagai Petahana. 

"Ada tiga catatan yang perlu menjadi sorotan bersama terkait arah kebijakan luar negeri AS pasca pilpres yang untuk sementara ini Biden-Harris masih unggul dari Trump sebagai petahana, ," ujar Tirta di Diskusi Virtual Kopi Pahit dengan tajuk "Geopolitik Ekonomi Pasca Pilpres AS" Sabtu (21/11/2020). 

Menurut Tirta, hal menarik pertama yang bisa ditelaah adalah platform Partai Politik pengusung Biden-Harris dari Partai Demokrat, yang mengutamakan multilateralisme, yakni sebuah pendekatan yang lebih ideologis dan mengajak mitra atau negara aliansinya di berbagai kawasan.

Trump dalam empat tahun jabatannya telah menjadi seorang tokoh yang sulit ditebak sikapnya, serta menampilkan karakter politik luar negeri yang nasionalistik, cenderung melihat ke dalam, dan tidak terlalu menaruh respek pada nilai-nilai aliansi yang selama ini dipegang dalam tradisi politik AS.

Evaluasi itu termasuk soal sikap AS dalam menjalin relasi multilateral, misalnya dalam isu penanganan pandemi Covid-19, keamanan nuklir, juga respons global terhadap perubahan iklim. 

Kebijakan luar negeri Trump sejauh ini dinilai  bersifat transaksional, mengacak-acak, dan sepihak. Pandangan ini juga bersifat pribadi dan tidak menentu, dibentuk oleh nalurinya dan hubungannya dengan para pemimpin dunia yang tidak semuanya sejalan serta didorong oleh isi Twitter-nya.

Biden menilai bentuk dari nasionalisme "America First" yang diinisiasi Trump meninggalkan perjanjian internasional yang dia yakini memberi kerugian bagi AS. 

Selanjutnya, yang kedua adalah tulisan Biden di Foreign Affairs March/April lalu yang berjudul Why America Must Lead Again: Rescuing .US. Foreign Policy After Trump. 

Joe Biden memaparkan visi kebijakan luar negerinya bagi Amerika untuk memulihkan kepemimpinan yang bermartabat di dalam negeri dan kepemimpinan yang dihormati di panggung dunia.

Dengan alasan bahwa kebijakan AS  di dalam dan luar negeri sangat terkait, Joe Biden mengumumkan bahwa sebagai presiden, ia akan memajukan keamanan, kemakmuran, dan nilai-nilai Amerika Serikat dengan mengambil langkah segera untuk memperbarui demokrasi dan aliansi AS.

Biden pun menempatkan Amerika  sebagai pemimpin dunia untuk mengatasi tantangan global yang paling mendesak.

Kemudian yang ketiga adalah platform kampanye Biden - Harris dengan tag line "Build Back Better": Salah satu poin di dalamnya  adalah mengembalikan kejayaan ekonomi domestik Amerika dengan mengangkat ekonomi kaum kelas menengah pekerja Amerika Serikat

Salah satu programnya adalah membangun kembali industri manufaktur AS dengan inovasi dengan menciptakan berbagai produk sebagai "Made in America" dan "In All of America". 

Berkaca pada ketiga pertimbangan tersebut  yang bakal membawa peran AS di kawasan Asia, dan juga kawasan lain menjadi kuat. 

Tidak hanya itu, saran Tirtra, akan lebih aktif, dengan pendekatan dialogis dengan merangkul para mitra atau aliansi negara-negara di berbagai kawasan dengan pertimbangan utama memperbaiki ekonomi domestik di satu sisi dengan tetap membuka peluang kerjasama ekonomi kawasan dan global.

Khususnya di Asia,  pertarungan pengaruh akan semakin ramai dengan kemungkinan AS kembali bergabung ke Trans- Pacific Partnership (TPP) menghadapi China dengan RCEP.

Di sisi lain, AS dibawah Biden kedepan bakal mengkombinasikan kekuatan domestik dan global untuk mewujudkan Why America Must Lead Again. 

Selain Tirta Mursitama yang merupakan Guru Besar HI dari Universitas Binus, Kopi Pahit juga menghadirkan Dr. Arifi Saiman (Konjen RI New York),  Eryan Ramdhani (PhD di International Politic Fudan University Tiongkok) Taufan Agasta (Redaktur Monday Media Group) dan Dani Setiawan (Litbang Monday Media Group).