Ombudsman Sebut Harga Gabah Turun Bukan Karena Rencana Impor Beras

Ombudsman Sebut Harga Gabah Turun Bukan Karena Rencana Impor Beras
Foto/net

MONITORDAY.COM - Harga Gabah pada Februari 2021 mengalami penurunan di angka Rp4.700 per kilogram, dibanding pada bulan yang sama di tahun 2020 yakni Rp5.176 per kilogram. Panurunan harga ini dikaitkan oleh sebagian pihak dengan adanya rencana pemerintah impor 1 juta ton beras.

Menanggapi hal itu, Ombudsman Republik Indonesia menyebutkan penurunan harga bukan karena rencana impor tersebut, melainkan sesuai dengan hukum ekonomi supply and demand karena pasokan melimpah saat panen raya.

"Saat musim panen raya, tanpa impor pun harga gabah akan turun seiring hukum supply and demand," kata Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika, dalam keterangannya, Rabu (24/3/2021).

Yeka menilai, polemik kebijakan impor beras ini menjadi gaduh yang kemudian dikait-kaitkan dengan harga beras yang ada saat ini. Padahal kata dia, seperti tahun lalu tidak ada impor, namun harga beras tetap turun.

"Karena itulah pemerintah memiliki kewajiban untuk menstabilkan harga gabah di pasaran melalui Perum Bulog dengan cara menyerap gabah hasil petani. Tugas penyerapan gabah ini dilakukan oleh Bulog tidak hanya pada masa panen raya, melainkan sepanjang tahun," ujarnya.

Selama tahun 2020, Perum Bulog telah menyerap beras hasil produksi dalam negeri mencapai 1,24 juta ton. Sebanyak 14 persen diserap pada periode Januari-April, dan paling besar menyerap di periode Mei-Agustus yaitu 55 persen dari total serapan tahun 2020. "Ketika harga jatuh, Bulog menyerap, harga otomatis terdongkrak karena demand naik," jelas Yeka.

Selain karena stok melimpah, harga gabah di tingkat petani juga bisa menurun akibat dari mutu hasil panen yang rendah. Menurut Yeka, rendahnya mutu gabah apabila memiliki kandungan air yang tinggi.

"Gabah dengan kandungan air yang tinggi membuat biaya penanganan gabah menjadi beras di penggilingan lebih tinggi karena harus melalui proses pengeringan tambahan yang memerlukan waktu dan biaya lebih. Namun kemudian setelah gabah menjadi beras harganya bisa meningkat dikarenakan ada biaya tambahan untuk pengeringan tersebut," jelas Yeka.