Nyali Menlu Retno Diuji, Beranikah 9-Dash Line disuarakan di KTT ASEAN ke-36?

Isu sembilan garis putus-putus (9 Dash Line) yang selalu diklaim oleh pihak Tiongkok bakal jadi isu hangat di KTT ASEAN ke-36. Nyali Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi diuji untuk menyeruakan isu ini demi kepentingan kawasan ASEAN.

Nyali Menlu Retno Diuji, Beranikah 9-Dash  Line disuarakan di KTT ASEAN ke-36?
Beranikah 9-Dash Line disuarakan di KTT ASEAN ke-36?

MONITORDAY.COM - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bakal mengangkat isu sembilan garis putus-putus (9 Dash) yang selalu diklaim oleh pihak Tiongkok pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ke-36 pada jum'at (26/6) 

"Isu ini penting bagi ASEAN untuk menunjukkan solidaritas mengenai prinsip-prinsip hukum internasional. ujar Menlu  Retno Marsudi, di jakarta

Menlu  Retno  memandang KTT ASEAN ke-3 ini momen penting untuk Indonesia menyuarakan perdamaian kawasan dan stabilitas Laut Natuna Utara yang sempat diprotes oleh Tiongkok karena Indonesia merubah nama laut China Selatan menjadi natuna utara. 

Retno menekankan pembahasan mengenai Code of Conduct (Coc) atau Kode Etik, yang diyakini akan berkontribusi dalam terciptanya kondisi di Laut Natuna Utara yang nyaman.

“Menyangkut klaim dari negara claimers (penggugat), saya pastikan bahwa Indonesia bukan negara claimers. Dalam hal ini tentunya negoisasi diantara negara claimers menjadi kunci. Selain itu, Indonesia juga mendorong agar negosiasi CoC yang terhenti karena pandemi juga sudah waktunya dimulai lagi. Karena, kita meyakini bahwa CoC akan berkontirbusi dalam penciptaan kondisi environment ,” jelasnya.

Sementara itu, Jose Tavarez, direktur jenderal kerja sama ASEAN di bawah Kementerian Luar Negeri Indonesia, mengatakan hajatan KTT ASEAN ke-36 tahun ini berbeda dari sebelumnya. Bahkan lebih padat dikarenakan negara-negara anggota masih berjuang  melawan COVID-19, sehingga pertemuan virtual dinilai sangat tepat.

"agenda KTT ASEAN di jadwalkan dua hari  yakni  27-28 Juni di Vietnam, kemudian  dialihkan lebih awal dengan virtual pada jum'at (26/6) hari ini," jelasnya.

Selain itu, Tavarez mengungkapkan keamanan para pemimpin negara dan beban kerja mereka yang berat selama pandemi juga jadi pertimbangan perubahan agenda pertemuan. 

Mengacu pada penghitungan Organisasi Kesehatan Dunia.Tavarez membeberkan jumlah kematian akibat Covid-19 di wilayah Asia Tenggara menyentuh angka 3.245, sementara jumlah yang terinfeksi mencapai 111.218, dengan 55.152 pemulihan

Singapura tetap menjadi negara dengan infeksi tertinggi di Asia Tenggara dengan 39.387 kasus dan 25 kematian.

Indonesia sendiri menjadi negara terparah kedua di kawasan Asean dengan 35.295 kasus dengan tingkat kematian tertinggi  mencapai 2.000 kematian.

Filipina telah melaporkan 24.175 kasus dan 1.036 kematian, sementara Malaysia telah mendaftarkan 8.369 kasus dan 118 kematian.