University of South Australia dan Draganfly Inc Kembangkan Drone Pengidentifikasian Covid-19

Rencananya drone tersebut akan di produksi dapat memiliki sensor khusus yang mampu mencari orang yang terjangkit Corona di tengah keramaian.

University of South Australia dan Draganfly Inc Kembangkan Drone Pengidentifikasian Covid-19
Ilustrasi/ Net

MONITORDAY. COM - University of South Australia (UniSA) bekerjasama dengan perusahaan spesialisasi drone asal Kanada, Draganfly Inc, membentangkan drone yang mampu mengidentifikasi orang yang terjangkit virus Corona (Covid-19) di tengah kerumunan massa.

Rencananya drone tersebut akan di produksi dapat memiliki sensor khusus yang mampu mencari orang yang terjangkit Corona di tengah keramaian. Kemudian, Drone pandemi ini mampu memonitor suhu, detak jantung, dan frekuensi pernapasan. Drone itu bahkan disebut dapat mendeteksi bersin dan batuk.

Teknologi ini awalnya diluncurkan pada 2017 oleh Ketua Pertahanan Sistem Sensor Profesor Javaan Chahl, Ali Al-Naji, dan Asanka Perera. Kabarnya mereka menunjukkan kemampuan drone untuk mengukur tingkat jantung dan pernapasan, menganalisis gerakan manusia untuk mendeteksi batuk dan bersin pada jarak hingga 10 meter dengan menggunakan video.

Dilansir dari situs resmi UniSA, Senin (30/03/2020), Chahl mengatakan bahwa tingkat deteksi tidak sempurna, tetapi ini adalah alat praktis untuk melihat apakah ada penyakit di tengah keramaian. 

Menurut UniSA, tujuan drone adalah dengan mengintegrasikan data pasien dengan pemangku kebijakan.Selain itu, screening untuk infeksi virus, teknologi ini juga memiliki aplikasi seperti memantau inkubator bayi, digunakan di medan perang, hingga bencana alam.

Sementara, Dilansir dari New Atlas menyebutkan salah satu masalah utama dalam mengendalikan pandemi seperti virus Covid-19 adalah mencari tahu siapa yang terinfeksi dan seberapa luas penyakit itu. 

Salah satu cara untuk melakukan ini adalah melakukan tes corona untuk adalah mencari orang yang terjangkit corona. Akan tetapi tes ini dianggap tidak praktis karena sampel yang diambil sangat banyak. Sehingga, Chahl memilih untuk melakukan tes dengan menggunakan penginderaan jauh dan algoritme komputer.

Sebelumnya, Indonesia dan beberapa negara lain juga telah menggunakan drone untuk melawan corona. Drone digunakan untuk melakukan penyemprotan disinfektan.