Mukjizat Kelahiran Rasulullah
RASULULLAH dilahirkan dalam keadaan yatim.

RASULULLAH dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya Abdullah, meninggal ketika ibunya sedang mengandung dua bulan. Lalu ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muththalib, dan disusuinya sebagaimana tradisi Arab waktu itu kepada seorang wanita Bani Sa’ad bin Bakar, bernama Halimah binti Dzu’aib. Halimah (yang berarti lemah lembut) kemudian membawa Muhammad ke dusunnya.
Keberadaan Muhammad kecil ternyata memberikan berkah yang besar kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Para perawi sirah sepakat bahwa pedalaman Bani Sa’ad pada waktu itu sedang mengalami musim kemarau, sehingga ladang peternakan dan pertanian menjadi kering. Tidak lama setelah Muhammad kecil datang di rumah Halimah, berada di kamarnya dan menyusuinya, menghijaulah kembali pepohonan dan tumbuhan di sekitar rumahnya, sehingga domba yang pulang kandang, diisi dengan perut yang telah kenyang dan sarat air susu.
Ketika keberadaan Nabi saw. di pedalaman Bani Sa’ad, disinilah terjadi peristiwa pembelahan dada sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim kemudian ia dikembalikan kepada ibunya setelah genap berumur lima tahun.
Ketika sudah berumur enam tahun, ibunya Aminah meninggal dunia. Kemudian berada dalam asuhan kakeknya, Abdul Muththalib. Tetapi setelah genap berusia delapan tahun, ia ditinggal oleh kakeknya. Setelah itu, dia diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Kehadiran dan keberadaan Rasulullah saw di tempat ini menjadi sebab utama bagi datangnya barakah dan sebagai pembuktian dari Allah Swt. Karena Rasulullah saw terlahir sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, sebagaimana ditegaskan oleh Allah di dalam firmannya: "Dan kami tidak mengutus kamu kecuali sebagai rahmat bagi segenap alam."
Peristiwa pembelahan dada yang dialami oleh Rasulullah saw. ketika berada di pedalaman Bani Sa’ad dianggap sebagai salah satu pertanda kenabian dan isyarat pemilihan Allah Swt. kepadanya untuk suatu perkara yang besar dan mulia.
Tujuan peristiwa ini, bukanlah untuk mencabut kelenjar atau gumpalan sumber kejahatan di dalam jasad Rasulullah saw. Apabila kejahatan itu sumbernya terletak pada kelenjar yang ada di dalam jasad, atau pada gumpalan yang ada pada salah satu bagiannya, niscaya orang jahat bisa menjadi baik jika melakukan operasi bedah ini. Akan tetapi, tujuan dari peristiwa itu adalah sebagai pengumuman kelahiran manusia agung, Rasulullah saw, merupakan persiapan untuk mendapatkan pemeliharaan (‘ishmah) dan wahyu semenjak kecilnya dengan jiwa dan raga yang terjaga. Sehingga umat manusia akan lebih mudah mengimani Rasulullah saw dan membenarkan semua risalahnya. Dengan demikian, peristiwa tersebut bisa dianggap sebagai operasi pembersihan diri secara spiritual, tetapi melalui proses fisik empirik sebagai pengumumam ilahiah kepada semua makhluknya.
[Mrf]