Muhammadiyah Punya Potensi Besar Kembangkan Jejaring Bisnis

Muhammadiyah Punya Potensi Besar Kembangkan Jejaring Bisnis
Potensi Besar Jejaring Bisnis Muhammadiyah/(Foto/Net)

MONITORDAY.COM - Sebagai salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah selain mengemban misi dakwah di bidang sosial dan pendidikan, juga memiliki jejaring bisnis yang berpotensi besar untuk dioptimalkan. 

Hal ini ditegaskan dalam diskusi virtual yang digelar Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB) bertajuk “Bangkitnya Usaha dan Jaringan Bisnis Muhammadiyah”, pada Senin (27/4/2021). 

Turut hadir sebagai pembicara Muchlas Rowi (Pengusaha, Komisaris Independen PT Jamkrindo), Prof. Dr. Bambang Setiaji (Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah). 

Kemudian Bambang Wijanarko (Jaringan Saudagar Muhammadiyah), Hendri Saparini, SE., Ph.D (Ekonom), Serta Deni Asy’ari (Direktur Utama PT. Syarikat Cahaya Media). 

Dalam pengantarnya sebagai moderator, tokoh JIB yang juga pengamat ekonomi Dani Setiawan mengatakan bahwa dakwah Muhammadiyah saat ini perlu menggarap bidang-bidang lain selain yang selama ini telah dilakukan, seperti pendidikan dan kesehatan.

"Muhammadiyah tidak hanya mendorong satu dakwah yang sifatnya sudah menjadi expertise seperti di bidang pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Tetapi juga dakwah di bidang ekonomi," kata Dani.

Muchlas Rowi dalam kesempatan itu menyampaikan beberapa strategi yang harus dilakukan dalam rangka pengembangan jaringan usaha Muhammadiyah. 

Antara lain kemandirian, kolaborasi dengan dunia usaha dan industri, kolaborasi dengan organisasi filantropi, kolaborasi dengan instansi pemerintah, dan kolaborasi dengan BUMN. 

Selain itu, Muchlas Rowi juga menekankan tentang potensi luar biasa yang belum digarap di Muhammadiyah, yakni potensi alumni. 

"Muhammadiyah dapat memanfaatkan potensi para alumninya yang punya berbagai akses untuk ikut serta dalam membesarkan Muhammadiyah sebagaimana halnya yang dilakukan oleh alumni-alumni di perguruan-perguruan tinggi dalam dan di luar negeri," kata Muchlas Rowi. 

Sementara itu, Direktur Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari mengatakan bahwa potensi bisnis di Muhammadiyah sangat besar. Hal ini yang kemudian mengilhami Suara Muhammadiyah mengubah arah gerak yang dulunya murni sebagai penerbitan dan pusat syi’ar Muhammadiayah menjadi pusat bisnis Muhammadiyah. 

“Suara Muhammadiyah sebenarnya bukan baru kali ini melakukan gerakan ekonomi jejaring. Tetapi sejak 2014-2015, kami mendirikan outlet yang namanya SM Corner atau Suara Muhammadiyah Corner yang hari ini sudah ada 80 gerai di seluruh Indonesia dan aktif berjalan semuanya,” paparnya. 

Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah yang juga tergabung dalam Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM), Bambang Wijanarko, sepakat bahwa dalam kondisi saat ini bisnis yang dapat berjalan dengan baik adalah yang dikelola oleh jamaah. 

Seperti close loop economy yang juga telah diterapkan JSM, yaitu pengelolaan bisnis terpadu di satu daerah mulai dari pengelolaan modal, bahan baku, produksi, hingga pemasaran yang dikolela dari, oleh, dan untuk jamaah Persyarikatan. 

Sementara itu, Rektor UMKT Prof Bambang Setiaji menyampaikan bahwa Muhammadiyah memiliki potensi yang sangat besar untuk berkiprah di ranah ekonomi. Karena umat Islam, termasuk Muhammadiyah terus berkembang di Indonesia. 

Selain itu, Prof Bambang juga mengingatkan jutaan alumni sekolah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang bisa mendorong usahanya sendiri maupun usaha Persyarikatan. 

“Optimis generasi Muslim mendatang akan lebih berperan dalam kewirausahaan, memajukan bangsa dan memberi lapangan kerja bagi sesama,” terangnya. 

Terakhir, Ekonom Hendri Saparini mengatakan bahwa Indonesia sebagai rumah besar dapat bermanuver melakukan berbagai aktivitas ekonomi meskipun dalam keadaan pandemi Covid-19. 

Hal ini dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak dan juga pelaku usahanya tidak sedikit. Sehingga ada optimisme di dari hal tersebut. 

“Jadi, ini bikin kita optimis, dengan Muhammadiyah. Memang ini peluang yang harus kita manfaatkan,” tegasnya.