Menyiapkan Sekolah Tangguh Bencana

Data Bank Dunia menunjukkan sekitar 76 persen sekolah di Indonesia berada di daerah rawan bencana. Ini artinya kurang lebih 60 juta peserta didik bisa terkena dampak dari bencana.

Menyiapkan Sekolah Tangguh Bencana
Seismograf untuk mendeteksi getaran gempa bumi. ANTARA

MONDAYREVIEW.COM – Institut Teknologi Bandung mengumumkan sebuah riset, bahwa ada ancaman tsunami 20 meter yang mengancam Pantai Selatan Pulau Jawa. Tsunami tersebut diperkirakan akan terjadi jika gempa besar melanda kawasan tersebut. Riset tersebut menggunakan data gempa dari katalog BMKG dan katalog International Seismological Center (ISC) periode April 2009 sampai November 2018, menunjukkan adanya zona memanjang di antara pantai selatan Pulau Jawa dan Palung Jawa yang hanya memiliki sedikit aktivitas kegempaan. Riset juga memanfaatkan data GPS dari 37 stasiun yang dipasang di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama enam tahun terakhir.

Prediksi semacam ini tidak perlu direspon dengan ketakutan atau kepanikan, namun respon yang tepat adalah kewaspadaan. Secara geografis, Indonesia memang negara yang rawan bencana, baik bencana alam murni seperti gempa dan tsunami, maupun bencana alam yang diakibatkan oleh ulah manusia seperti banjir. Sayangnya pendidikan kita belum banyak yang mengajarkan materi mitigasi bencana. Sekolah pun masih sedikit yang sadar bencana dan tangguh bencana. Padahal betapa bencana dapat menimpa kita kapan saja tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Data Bank Dunia menunjukkan sekitar 76 persen sekolah di Indonesia berada di daerah rawan bencana. Ini artinya kurang lebih 60 juta peserta didik bisa terkena dampak dari bencana. Guna menyiapkan sekolah yang aman bencana, Kemdikbud, bekerja sama dengan BNPB, UNICEF, Plan International Indonesia, Yayasan Sayangi Tunas Cilik, dan Wahana Visi Indonesia dan didanai penuh oleh Kementerian Luar Negeri Jeman (GFFO) mengembangkan portal online pembelajaran sekolah aman bencana guna meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Portal online ini diharapkan dapat digunakan oleh seluruh tenaga pendidik dan praktisi satuan pendidikan aman bencana di Indonesia.

Institut Teknologi Bandung dalam rangka pengabdian masyarakat memberikan pelatihan kepada Sekolah yang berada di sekitar Gunung Agung Bali untuk siap memitigasi bencana. Siswa dan guru SMPN 5 Kubu, Karangasem menjadi lokasi pelatihan dan sosialisasi SSB pada 1-2 November 2018 yang dilaksanakan oleh tim Kelompok Keahlian (KK) Petrologi, Volkanologi, Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB) didukung komunitas filantropis I am An Angel (IAA). Ratusan siswa dan guru melakukan simulasi penyelamatan diri dengan serius di sekolahnya yang berada di kaki Gunung Agung dan dekat jalur lahar.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat kurikulum khusus penanggulangan bencana pada tingkat sekolah, mengingat pengetahuan masyarakat tentang bencana alam ataupun penanggulangannya masih minim. BNPB memberikan contoh seperti bencana banjir. Menurutnya apabila pengetahuan terkait bencana sudah diberikan dari usia dini, anak-anak bisa ikut mengingatkan orang tuanya sehingga meminimalisir korban dan kerugian.

Apa yang dilakukan oleh Kemdikbud, ITB dan BNPB mesti didukung oleh berbagai pihak guna meningkatkan kemampuan mitigasi dan pencegahan bencana bagi siswa siswi usia sekolah. Sekolah juga bisa menjadi benteng pertahanan dari dampak bencana atau posko relawan kebencanaan.