Menyambut Hari Pangan Sedunia, Penelitian Ini Cocok Menjadi Solusi
Ngakeul warisan turun temurun dari Sunda. Ngakeul bisa juga berarti mengaduk-aduk nasi agar air yang terkandung dalam nasi bisa hilang secara sempurna.

MONDAYREVIEW.COM - Apakah modern itu? Apakah berarti dengan modern, maka segala macam kearifan lokal dari generasi yang sudah-sudah harus tergerus dan tergantikan? Nyatanya kearifan lokal bernama ngakeul dapat selaras dengan masalah kekinian dan menjadi solusi tepat guna. Hal itulah yang ditunjukkan oleh tiga peneliti muda dari provinsi Banten dengan judul penelitian “Ngakeul Sebagai Upaya Menghemat Konsumsi Beras Menuju Ketersediaan Pangan Yang Sehat Bagi Masyarakat Kampung Kadubitung”. Buah penelitian tersebut menghasilkan medali emas di Lomba Penelitian Siswa Nasional SMP 2017 (LPSN SMP 2017) bidang Ilmu Pengetahuan Sosial, Kemanusiaan dan Seni.
Dari kesimpulan yang diungkap tiga siswi (Dinda Regista Aprilia, Suji, Najmi Luthfia Nazhfia) dari SMPN 2 Cipanas tersebut terungkap eksistensi ngakeul sebagai salah satu kearifan lokal di Kampung Kadubitung mulai tergeser oleh perkembangan tehnologi alat penanak nasi modern. Dari hasil angket dan wawancara diketahui bahwa lebih dari 80 persen masyarakat Kadubitung sudah mulai meninggalkan tradisi ngakeul dan beralih pada cara memasak modern.
Ngakeul dapat menghemat konsumsi beras dengan cara membandingkan jumlah nasi yang terbuang dari yang diakeul dengan yang tidak diakeul. Dari hasil observasi diketahui nasi yang terbuang dari yang diakeul sebesar 9 kg atau 40 persen lebih rendah dari pada nasi yang tidak diakeul per bulan.
Ngakeul dapat membantu ketersediaan pangan yang sehat. Nasi akeul juga memiliki tingkat amilosa yang lebih rendah (1-2%), dibandingkan nasi yang tidak diakeul dengan tingkat amilosa lebih tinggi yakni lebih dari 2 %. Tingkat amilosa yang rendah sangat baik bagi kesehatan karena dapat mencegah penyakit diabetes.
Awal mula ide penelitian ini sendiri bermula dari pengalaman pribadi Najmi yang merasa nasi di rumahnya cepat basi. Lalu dia menanyakan kepada ibunya apakah nasi cepat basi seperti ini? Sang ibu yakni Windi Tri Hastuti mengatakan dulu ada tradisi ngakeul. Windi Tri Hastuti sendiri merupakan guru pembimbing dari ketiga siswi ini. Berlatarbelakangkan sebagai guru IPS, Windi Tri Hastuti juga merupakan seorang penulis.
“Ngakeul warisan turun temurun dari Sunda. Ngakeul juga bisa berarti kegiatan yang dilakukan setelah memasak nasi. Ngakeul bisa juga berarti mengaduk-aduk nasi agar air yang terkandung dalam nasi bisa hilang secara sempurna,” terang Najmi seperti dilansir situs ditpsmp.