Menjaga Demokrasi Kita
Kita sepakat bahwa demokrasi di Indonesia tidak boleh sampai mati.

MONDAYREVIEW.COM – Anies Baswedan kembali menjadi buah bibir berkat unggahannya di media sosial. Anies mengunggah foto saat sedang membaca sebuah buku berjudul How Democracy Dies yang artinya bagaimana demokrasi bisa mati. Seperti judulnya, buku tersebut membahas mengenai ancaman-ancaman yang membuat demokrasi di suatu negara runtuh. Salah satu yang akan meruntuhkan demokrasi adalah sentiment otoritarianisme dalam sebuah negara. Tentu bukan tanpa alasan Anies mengunggah foto tersebut. Banyak tafsir yang beredar berkaitan dengan foto viral tersebut.
Diprediksi Anies bermaksud menyindir pemerintah pusat kaitan dengan peristiwa yang menimpa Habib Rizieq. Dimana spanduk HRS dicopot paksa oleh TNI yang dipimpin oleh Pangdam Jaya. Dimana dalam kasus HRS ini Anies termasuk pihak yang dipanggil untuk dimintai pertanggung jawaban. Anies juga dituduh berpihak kepada HRS dan membekingi HRS bersama dengan Jusuf Kalla. Hal ini menjadi headline bagi majalah Gatra. Serangan balik Anies melalui gambar tersebut cukup berhasil menarik perhatian public.
Namun banyak pihak yang menyanggah gambar Anies tersebut. Pihak ini menyayangkan buku yang dibaca Anies mengenai ancaman bagi demokrasi. Namun Anies sendiri dianggap justru melakukan hal yang mengancam demokrasi dengan berpihak kepada HRS dan FPI. Anies dianggap sedang membicarakan dirinya sendiri saat mengunggah foto tersebut. Muncul juga reaksi yang bersifat lelucon yang dilakukan oleh Denny Siregar dan Abu Janda. Muncul juga meme dari pendukung Anies yang menyandingkan Anies dengan Jokowi yang sedang membaca buku komik Si Juki.
Terlepas dari pertarungan politik yang terjadi antara pendukung Anies vs. penentangnya, namun kita sepakat bahwa demokrasi di Indonesia tidak boleh sampai mati. Apapun alasannya jangan sampai kita mundur kembali kepada sistem otoriter. Banyak yang mengkritik demokrasi hari ini yang terlihat melahirkan kondisi yang tidak stabil dan kondusif. Namun itulah demokrasi, memang berisik. Konsekuensi demokrasi adalah terciptanya ketegangan-ketegangan kreatif dan juga kegaduhan. Selama masih dalam koridor hukum maka hal tersebut sah dalam demokrasi.
Berbeda halnya dengan sistem otoriter yang terlihat baik dalam penampilannya. Sistem otoriter menawarkan stabilitas politik dan kondusifitas. Namun sistem otoriter meniscayakan adanya kelompok-kelompok tertindas yang dibungkan oleh rezim otoriter. Dalam demokrasi kelompok ini tidak diberi kesempatan untuk bersuara. Padahal suara mereka penting untuk menjadi penyeimbang dari otoritas. Biar bagaimanapun, demokrasi kita mesti tetap dijaga dari kecenderungan kembali ke sistem otoriter. Yang bisa mengontrolnya adalah rakyat banyak di saat anggota legislative sudah tidak keras suaranya.
Di satu sisi demokrasi harus dijaga dengan mencegah adanya pembungkaman terhadap oposisi. Dalam negara demokrasi, oposisi merupakan mitra bukan musuh pemerintah. Namun oposisi pun harus juga mempunyai komitmen terhadap demokrasi. Jangan sampai pihak oposisi justru mempunyai tendensi untuk membunuh demokrasi. Misalnya jika kelompok oposisi ditunggangi kelompok-kelompok yang mengharamkan demokrasi dan ingin mengubah dasar negara, hal ini perlu dicegah. Oleh karena itu semua pihak bertanggung jawab untuk menjaga demokrasi, dari pihak yang ingin membungkam oposisi, dan dari pihak yang ingin merongrong demokrasi.