Mengembalikan Kejayaan Bumi Sriwijaya

Palembang dahulu kala pernah berkuasa hingga ke Afrika Selatan, kejayaan itu mesti dikembalikan melalui sungai-sungai yang akan kembali difungsikan.

Mengembalikan Kejayaan Bumi Sriwijaya
ilustrasi foto

MONDAYREVIEW - Sementara baling-baling speed boat menghentak-hentak berbenturan dengan derasnya aliran Sungai Ogan, membuat khawatir perasaan siapa pun, Harnojoyo malah asyik mengobrol dengan orang di sebelahnya. Seolah tak peduli dengan derasnya aliran sungai, ia pun mulai bercerita perihal pengalaman pertama kalinya ia melaksanakan program gotong royong safari subuh berjamaah. Dari wajahnya, tak tampak rasa khawatir sedikit pun.

Udara masih terasa sangat dingin, sementara perjalanan masih cukup panjang. Suara mesin speed boat yang agak berisik dan memecah pagi yang beku, terus memecah keheningan pagi di sepanjang aliran sungai Ogan, untuk melaksanakan safari subuh di Masjid Syeikh M Azzhari kawasan Pulau Seribu, Kecamatan Kertapati.

Sepertinya, Walikota Palembang, Harnojoyo, telah mantap dengan program yang terlihat ringan namun memiliki dampak yang dahsyat ini. Tidak lah banyak orang yang tahu jika program gotong royong dan safari subuh berjamaah yang rutin dilaksanakan walikota Palembang Harnojoyo justeru memberi dampak besar terhadap Kota Palembang.

Setidaknya, itu diakui oleh Joseph R Donovan, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia saat melakukan lawatannya ke Kota Palembang, dalam rangka kunjungan kerja serta serta mengisi acara terkait lingkungan hidup di Universitas Sriwijaya (Unsri) beberapa bulan lalu.

“Kota Palembang akan menjadi kota terbersih di dunia, jika gerakan moral yang dilakukan Walikota Palembang, terus dilakukan,” kata Donovan ketika itu.

Donovan yang merupakan ahli di bidang lingkungan ini juga ingin belajar banyak dari gerakan moral gotong royong yang dilaksanakan Walikota Palembang dan telah memberikan dampak positif bagi masyarakat dan Kota Palembang sendiri. Ketertarikan Donovan terhadap kegiatan tersebut juga karena program tersebut dinilai cukup efektif dalam mengubah perilaku masyarakat dalam terhadap lingkungannya, mereka jadi lebih peduli.

“Sebagai ahli di bidang lingkungan, saya lihat banyak keuntungan yang didapatkan Palembang. Selain penghematan anggaran, ini juga dapat mengubah perilaku masyarakat kita yang semakin tergerus dengan kemajuan teknologi. Karena kita ketahui, gotong royong adalah budaya masyarakat Indonesia,” tuturnya penuh keyakinan.

Menyikapi apa yang pernah disampaikan Dubes Amerika Serikat tersebut, Harnojoyo tidak ingin larut dalam rasa bangga atas pujian yang diberikan. Bahkan, ia ingin belajar lebih banyak dari negara-negara maju seperti Amerika, sehingga dapat diaplikasikan dalam mewujudkan Palembang yang elok dan bertaraf internasional.

“Sesuai visi misi Palembang EMAS 2018, kita ingin Palembang menjadi kota tujuan. Untuk mewujudkan semua itu, perlu ada pembenahan dari berbagai sektor, termasuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembenahan moral agar kita tidak menjadi masyarakat yang berkualitas serta memiliki rasa tanggung jawab,” tuturnya.

Lebih lanjut disampaikan Harnojoyo, apa yang dilakukan pihaknya melalui program gotong royong aktif dilaksanakan setiap minggu pagi dan safari subuh yang dilaksanakan setiap hari adalah langkah awal mewujudkan visi misi Palembang Elok Madani Aman dan Sejahtera (EMAS) 2018.

“Kita ingin ke depan, semakin maju kotanya, semakin maju masyarkatnya serta menjadi masyarakat yang cerdas dan bertanggung jawab,” pungkasnya.

Harnojoyo juga berharap, ke depan semua lapisan masyarakat dapat ikut dalam kegiatan rutin gotong royong yang dilaksanakan setiap Minggu pagi. Karena melalui gotong royong, tidak hanya memberikan manfaat kebersihan bagi lingkungannya masing-masing, tetapi kegiatan ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat itu sendiri.

Gotong royong ini akan mengubah prilaku masyarakat, sehingga akan menjadikan masyarakat yang lebih bertanggung jawab. Selain itu, pemerintah dapat menghemat anggaran kebersihan, dan mengalokasikannya ke hal yang lebih penting khususnya pendidikan. “Selama tiga tahun melaksanakan gotong royong, setidaknya ada ratusan anak sungai yang sudah kita bersihkan bersama masyarakat, sehingga dapat menghemat anggaran lebih kurang Rp24 miliar,” terangnya lagi.

Sementara, hikmah yang didapat dari program safari subuh, silaturahmi antar masyarakat jadi lebih erat. Bahkan, selama safari, dirinya dapat menyerap lngsung aspirasi masyarakat secara langsung. "Selama safari Subuh, puluhan laporan diterima dan lebih dari 10 orang mendapat bantuan pengobatan. Dan ini adalah langkah awal kita, dan berharap ke depan hal ini dapat diikuti pihak lain," tuturnya.

Inspirasi Sang Nenek

Lahir di Desa Sindang Panjang, Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan, Harnojoyo tumbuh besar dengan kasih sayang kedua orangtuanya. Rumah mungil sederhana yang jauh dari kesan mewah, menjadi saksi bagaimana Harnojoyo kecil hidup dengan limpahan kasih sayang mereka.

Selain kedua orangtua, Sang Nenek memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan karakternya. Sang Nenek, seringkali memberi wejangan agar berbuat lebih banyak untuk orang lain. Sepulang dari sekolah, Harnojoyo kecil kerap diajak Sang Nenek untuk ikut mengerjakan tugas-tugas kecil secara bersama, bergotong royong bersama cucu-cucunya yang lain.

Dari Sang Nenek pula, Harnojoyo belajar tentang arti penting sebuah tanggung jawab dan kerja keras. Sehingga di usia remajanya, Harnojoyo telah terbiasa mengerjakan tugas dan pekerjaan secara tuntas dan penuh tanggung jawab. Bila hasil pekerjaannya dianggap kurang memuaskan, ia pun tak sungkan untuk dikritik dan memperbaiki kesalahannya.

Merantaulah, maka engkau akan menemukan pengganti orang-orang yang engkau tinggalkan. Berpeluhlah engkau dalam usaha dan upaya, karena lezatnya kehidupan baru terasa setelah engkau merasakan payah dan peluh dalam bekerja dan berusaha. Begitu kata Imam Syafi’i dalam sebuah sya’irnya.

Usai menamatkan Sekolah Menengah Pertamanya, Harnojoyo seolah ingin merasakan sensasi merantau seperti dalam syair tersebut. Ia pun memutuskan untuk pergi ke kota Lampung, salah satu kota yang dikenal sebagai kota pendidikan di Tanah Sumatera.

Di Negeri Berbilang Kaum ini, Harnojoyo melabuhkan diri di SMA YP UNILA. Ia sadar bahwa pendidikanlah yang nanti mampu membekalinya untuk hidup mandiri. Tekad yang kuat ia tancapkan, layar ia kembangkan, tak ada kata pulang sebelum cita-cita ia wujudkan.

Hari demi hari ia lalui dengan penuh keyakinan, tak pernah terbersit kata untuk menyerah di tengah jalan. Harnojoyo muda tumbuh kian mandiri dan cita-cita yang tinggi. Saat muncul keinginan untuk terus melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi, Harnojoyo tidak lantas berpangku tangan atau merajuk kepada orangtuanya. Sebaliknya, ia mulai berpikir untuk mencari kerja guna meringankan beban orangtua dan tentu saja juga meraih cita-cita.

Singkat cerita, Harnojoyo diterima bekerja di PT Bank Bali Lampung. Muda, penuh tenaga, namun tak banyak gaya, begitulah Harnojoyo di kala muda. Bisa bekerja di sebuah bank terkemuka, tak membuatnya jumawa dan berleha-leha. Karena itu baginya, selama masih bisa membagi waktu dan yakin bisa, maka pekerjaan apa pun ia terima. Termasuk menjadi sopir taxi di hotel Marcopolo, yang ia jalani setelah pulang bekerja. Hingga menjadi kernet angkot pun, tak sungkan ia lakukan. Hebatnya, dengan sejumlah pekerjaan sampingan yang dijalani, Harnojoyo ternyata masih bisa mendulang prestasi di pekerjaan utamanya, di PT. Bank Bali.

Bagi Harnojoyo, pekerjaan apa pun harus dijalani dengan penuh optimis. Apalagi dengan keyakinan bahwa bekerja merupakan bagian dari ibadah kepada Sang Pencipta. Ia pun kian ikhlas dan serius dalam bekerja.

Berbekal keyakinan dan pengalamannya hidup jauh dari keluarga, Harnojoyo pun kian mantap menggapai cita-cita untuk menempuh pendidikan di Fakultas Sosial dan Politik, Jurusan Administrasi Negara di Universitas Bandar Lampung (UBL).

Tak lama setelah menyelesaikan pendidikan strata satunya di UBL, Harnojoyo memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis pujaannya yang berasal dari daerah yang sama. Lalu setelah kelahiran anak pertamanya pada tahun 1997, Harnojoyo diajak istri tercinta untuk hijrah ke Kota Palembang, tempat dimana ia berasal.

Di Kota Palembang, Harnojoyo tetap melanjutkan pekerjaannya di Bank Bali cabang Palembang. TIdak lama kemudian pada tahun 1998 ia memutuskan untuk keluar dari Bank Bali yang saat itu sudah Sembilan tahun ia geluti. Berbekal pengalamannya yang ia jalani di dunia kerja tersebut, serta melihat peluang dalam berjualan ayam yang sangat menjanjikan, lalu ia putuskan mencoba berbisnis. Atas restu keluarganya bisnis jualan ayam dirintis mulai dari nol, mulai dari jualan di pasar 16 Ilir Palembang sebagai pedagang ayam kaki lima, hingga menjadi “broker” ayam.

Ketika usaha jualan ayamnya menunjukkan performa yang bagus, Harnojoyo mulai berpikir untuk mengembangkan usahanya agar dapat bermanfaat bagi orang lain dengan melibatkan saudara dan sahabatnya. Dan benar saja, berbekal keyakinan dan juga pengalamannya bekerja, usaha ayam yang dirintisnya dari nol tersebut berkembang pesat, bahkan hingga saat ini.

Sadar bahwa untuk mempertahankan sebuah bisnis, inovasi dan jaringan menjadi kunci, maka Harnojoyo pun memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Membangun relasi dan memperluas pergaulan, hanya itu yang terpikir dalam benak Hanojoyo, tidak lebih.

Setelah berdiskusi dan berkonsultasi dengan beberapa temannya, Harnojoyo kemudian memutuskan untuk masuk sebagai kader Partai Demokrat tahun 2003. Partai Demokrat menjadi pilihan Harnojoyo karena dilatari atas kekagumannya pada sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Lalu karena keseriusan dan militansinya sebagai kader, ia dipercaya untuk menjadi ketua DPAC Partai Demokrat Kecamatan Ilir Barat I, hingga maju sebagai Calon Legislatif dan akhirnya terpilih menjadi Anggota DPRD Kota Palembang tahun 2004.

Tidak hanya sampai disitu, karier politiknya kian meroket saat ia dipercaya memimpin Partai Demokrat Kota Palembang periode 2005-2010. Lalu tak lama kemudian, ia pun terpilih kembali menjadi Anggota DPRD Kota Palembang pada Pemilihan Legislatif tahun 2009. Berkat kepercayaan rekan-rekannya di Fraksi Demokrat dan Anggota DPRD fraksi lainnya, ia kemudian terpilih menjadi Ketua DPRD Kota Palembang periode 2009 – 2014.

Dengan posisinya sebagai Ketua DPRD dan Ketua DPC Partai Demokrat Kota Palembang, Harnojoyo kian akrab dengan sejumlah problem yang dihadapi masyarakat Kota Palembang. Lantas, sebagai orang yang sejak kecil diajarkan apa arti penting kerja keras dan tanggungjawab, seketika itu hatinya terketuk untuk berbuat lebih banyak untuk masyarakat di Kota Palembang.

Harnojoyo pun memutuskan untuk ikut maju pada Pemilukada Kota Palembang tahun 2013 sebagai Calon Wakil Walikota dari Partai Demokrat berpasangan dengan Romi Herton sebagai Calon Walikota dari Partai PDI Perjuangan. Dengan strategi jitu dan mesin partai yang kuat serta merata ke setiap wilayah kecamatan di Kota Palembang, menjadi modal besar pasangan RH atau Romi-Harno untuk memenangkan Pilwalkot tahun 2013 tersebut.

Ada banyak prestasi yang berhasil diraih pasangan Romi-Herno ketika memimpin Kota Palembanga. Di masa kepemimpinannya, Kota Palembang sebagai Kota Metropolitan mendapatkan banyak penghargaan, salah satunya ialah Adipura Kencana Tahun 2014, Kota Udara Terbersih 2015 hingga Kota layak huni dan lainnya. Sayang, Romi Herton di tengah jalan, tepatnya tahun 2015, tersandung kasus hukum yang memaksa Harnojoyo untuk menjadi Plt. Walikota selanjutnya.

Tak ingin larut dalam kesedihan, Harnojoyo langsung tancap gas dan bertekad di sisa masa kepemimpinannya, ia dapat berkarya dan memberikan yang terbaik bagi Masyarakat Kota Palembang hingga dapat bermanfaat bagi generasi masa mendatang. Harnojoyo mengungkapkan, dirinya tak akan berhenti berbuat lebih banyak untuk kemajuan Kota Palembang.

Berbuat Lebih Banyak

“Sungai adalah guru terbaik baik dalam kehidupan.” Begitu para bijak bestari sering katakan tentang peran sungai dan kemajuan peradaban. Tak berlebihan memang, karena nyatanya hampir semua peradaban di dunia yang pernah mencapai puncak kejayaan, selalu memulai peradabannya dari sungai. Bangsa-bangsa besar yang ada saat ini, mengembangkan peradabannya di kawasan sungai besar yang melintasi sungai Nil di Mesir, Euphrat dan Tigris di Irak, Gangga di India dan Kuning di China. Disanalah pusat-pusat peradaban tertua di dunia.

Sadar akan pentingnya sungai bagi kemajuan peradaban, Harnojoyo pun pernah mengatakan bila salah satu mimpi besarnya adalah mengembalikan fungsi sungai di Palembang, yang pernah memberikan kejayaan masyarakat Palembang saat zaman Kerajaan Sriwijaya. "Dulu kita pernah berkuasa hingga ke Afrika Selatan, dan kejayaan itu akan kita kembalikan, melalui sungai-sungai yang akan kembali kita fungsikan," sampainya.

Meski mendapat hujatan dari pihak-pihak yang kontra terhadap programnya, bagi Harnojoyo hal tersebut justru menjadi pelecut untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat Palembang. Karena apa yang diimpikannya, mewujudkan Palembang EMAS 2018, adalah hal yang lebih penting ketimbang memikirkan apa yang tidak disukai orang lain terhadap hal baik yang dilakukannya.

Bagi Pria kelahiran 18 September 1967 ini, yang ia lakukan tak lebih dari upayanya menjalankan pesan kedua orangtuanya, H. Sapril dan Hj. Ruhinah untuk terus melangkah berbuat yang terbaik, meski akan ada batu penghalang.

Sama seperti saat ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan yang telah lama ia geluti di Bank Bali, dan memilih berjualan ayam. "Sejak awal saya hanya berpikir bagaimana masyarakat Palembang bisa sejahtera, bukan mendengarkan orang-orang yang kontra dengan sikapnya," tuturnya.

Meski harus berjalan gontai, namun dengan keyakinan yang menjadi dasarnya, Harnojoyo tidak pernah memandang apa yang dikerjakan, namun lebih kepada bagaimana ia mengerjakannya. Itulah kenapa, ketika ushanya berjalan sukses, ia pun berpikir untuk mengembangkan usahanya agar dapat bermanfaat bagi orang lain.

"Modal saya ketekunan dan yakin. Sama seperti saat saya berhenti dari bank Mega, meneruskan jualan ayam dan terjun ke dunia Politik. Hal itu juga menjadi modal serta keyakinan untuk mengembangkan usahanya hingga lebih besar lagi, dengan memutuskan terjun ke Dunia politik. Itu juga mendasari saya untuk berbuat lebih banyak dengan menggerakkan gotong royong di kalangan masyarakat," tuturnya. [Mrf]